Bandung (ANTARA News) - Penyakit tanaman Nematota Sisa Kuning (NSK) menjadi salah satu pengganggu utama bagi sayuran kentang di sentra pertanian di Indonesia, kata Guru Besar Fitapologi Fakultas Pertanian Unpad Prof Dr Sadeli Natasasmita di Bandung, Senin.

"Produksi kentang masih rendah karena masih dilakukan secara konvensional dan banyaknya organisme pengganggu, salah satunya NSK," kata Sadeli.

Menurut dia, kerugian yang ditimbulkan oleh NSK dapat menurunkan produksi kentang hingga 70 persen.

Selain itu telur nematoda ini dapat bertahan hingga 30 tahun.

Apabila populasi NSK semakin tinggi maka penurunan produksi kentang akan semakin besar bahkan dapat mencapai 80 persen.

"Pada tahun 2010 saja angka penurunan produksi akibat serangan rendah NSK mencapai angka 133.062 ton," kata Sadeli.

Sadeli menjelaskan terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan NSK.

Cara pengendalian itu di antaranya sanitasi bibit detoksifikasi NSK, penjemuran bibit kentang, perendaman bibit kentang dalam chlorox dan perendaman bibit kentang dengan air rendaman kayu.

"Perendaman bibit kentang dengan air rendaman kayu afasia, mahoni, pinus dan suren tidak begitu dianjurkan karena dapat menurunkan pertumbuhan kentang sampai 17,5-25 persen," katanya.

Ia menyebutkan suhu sangat berpengaruh pada perkembangbiakan NSK. Menurutnya NSK hanya mengalami perkembangbiakan pada suhu 15-21 derajat celcius.

Oleh karena itu, NSK tidak akan ditemukan di dataran rendah yang memiliki temperatur tinggi.

"Pada dataran rendah tidak NSK tidak akan ditemukan," kata guru besar Fakultas Pertanian Unpad itu.

Lebih lanjut ia menjelaskan penelitian mengenai pengendalian NSK saat ini masih terbatas namun ia berharap beberapa penelitian yang telah ada mampu mengatasi pengendalian NSK.

"Penelitian mengenai NSK masih sangat terbatas sehingga informasi masih terbilang kurang," kata Sadeli.