Jaya Negara saat puncak peringatan HUT Puputan Badung Ke-118 di Denpasar, Jumat (20/9) malam mengatakan peringatan Perang Puputan yang diperingati setiap tanggal 20 September didasari oleh peristiwa heroik rakyat Bali, terutama dari Kerajaan Badung yang bertempur sampai titik darah penghabisan atau puputan melawan penjajah Belanda.
Dia mengatakan momentum 20 September 1906 merupakan peristiwa yang memperlihatkan kepada dunia bahwa segenap Rakyat Bali yang dipimpin oleh Raja Badung yakni I Gusti Ngurah Made Agung yang memiliki dedikasi dan idealisme tinggi, berjuang dengan segenap jiwa raga dalam menjaga setiap jengkal tanah kelahiran.
"Ini merupakan semangat sebagai bangsa besar yang tidak pernah melupakan sejarah perjuangan para pendahulunya, marilah kita maknai nilai-nilai kepahlawanan para pejuang kita yang patut diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat dijadikan inspirasi oleh generasi muda untuk mengisi pembangunan ini," ujarnya
Jaya Negara mengatakan dalam Perang Puputan Badung itu, terdapat sebuah bisama Mati Tan Tumut Pejah yang bermakna mati di medan perang, namun perjuangan tidak pernah mati.
Inilah yang menjadi sejarah Pemerintah Kota Denpasar dengan motto Pura Dhipa Bara Bhavana yang menekankan kewajiban pemerintah untuk mewujudkan kemakmuran masyarakat.
Hal ini diaplikasikan pemerintah dalam program prioritas pengentasan kemiskinan dan mewujudkan kemakmuran masyarakat.
“Peringatan ke-118 Perang Puputan Badung, khususnya bisama Mati Tan Tumut Pejah menjadi inspirasi dan edukasi bagi kita semua, bagaimana para penglingsir puri dan pendahulu kita dalam meraih kemerdekaan," katanya.
Baca juga: Pemkot Denpasar gelar "mahabandana prasada" serangkaian Puputan Badung
Sementara itu, Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta yang bertindak selaku inspektur upacara dalam sambutannya mengajak seluruh masyarakat Badung dan Kota Denpasar agar jangan sekali melupakan sejarah.
Hal ini lantaran para raja-raja, pahlawan dan pejuang terdahulu mempertahankan wilayah hingga titik darah penghabisan yang kini dikenal dengan istilah puputan.
“Hendaknya spirit perjuangan para pendahulu kita dalam peristiwa Puputan Badung ini menjadi inspirasi, semangat serta tauladan dalam mengisi kemerdekaan saat ini,” ujarnya.
Penancapan Keris Pusaka oleh Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara bersama Panglingsir Puri se-Kota Denpasar menjadi pemuncak Peringatan ke-118 Puputan Badung di Kota Denpasar, Jumat malam.
Rangkaian peringatan Puputan Badung diawali dengan pembacaan sejarah singkat Puputan Badung yang terjadi pada Tahun 1906 dimana, peperangan tersebut terjadi atas perlawanan sengit Rakyat Badung kepada Kolonialisme Belanda.
Hal tersebut dipicu atas Hak Tawan Karang yang bertentangan dengan Belanda kala itu.
Rangkaian peristiwa heroik ini dikemas dalam sebuah garapan kolosal multidisipliner sebagai upaya penghormatan dan eksistensi sejarah Perang Puputan Badung yang menghadirkan 1.500 lebih seniman dari berbagai genre seni.
Karya kolaborasi ini tidak hanya memperkaya pemahaman tentang peristiwa sejarah, tetapi juga meningkatkan apresiasi terhadap budaya dan seni Bali.
Melalui berbagai bentuk ekspresi artistik, kolaborasi ini menciptakan pengalaman yang mendalam, memicu refleksi, dan memperkuat penghargaan terhadap perjuangan dan keberanian yang ditunjukkan oleh para pejuang Bali.
Dalam kesempatan tersebut turut diserahkan Bantuan BKK dengan nilai Rp59.980.302.341 dari Pemerintah Kabupaten Badung kepada Pemerintah Kota Denpasar dan Bantuan Hibah kepada 52 kelompok masyarakat Kota Denpasar yang diserahkan langsung Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta dan diterima Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara bersama perwakilan kelompok masyarakat.
Baca juga: Yayasan Westerlaken Belanda kembalikan tombak puputan Klungkung