Ia mengatakan porsi belanja operasi dalam APBD sebesar 73,45 persen atau sebanyak Rp17,6 triliun, sedangkan belanja modal berjumlah Rp2,8 triliun atau 11,91 persen.
"Kalau dilihat di 15 kabupaten serta kota untuk belanja modal cukup rendah dengan rentang 6,34 persen hingga 22,69 persen. Sedangkan saat ini rata-rata belanja pegawai di atas 40 persen, sehingga perlu meningkatkan belanja modal guna meningkatkan pertumbuhan daerah," katanya.
Dia menjelaskan porsi belanja tidak terduga di 15 kabupaten dan kota di Provinsi Lampung berjumlah Rp91,6 miliar atau 0,38 persen, dan belanja transfer Rp3,4 triliun 14,21 persen dari total belanja daerah di Provinsi Lampung sebesar Rp24 triliun.
"Karena belanja daerah masih di dominasi oleh belanja aparatur dan belanja operasional dengan pengelolaan kurang efisien, kemudian minimnya belanja daerah dalam mendukung belanja yang berorientasi pada layanan infrastruktur publik. Maka perlu mendorong peningkatan kualitas belanja daerah," ucap dia.
Kemudian pengaturan serta penguatan disiplin belanja daerah dalam APBD dengan melakukan sinkronisasi program prioritas daerah dengan program di provinsi dan nasional. Lalu pemenuhan mandatory spending dan penggunaan SiLPA berbasis kinerja.
Diketahui untuk daerah yang memiliki realisasi belanja modal terbesar adalah Kabupaten Lampung Selatan dengan jumlah Rp326 miliar, sedangkan yang terendah Kabupaten Pesisir Barat dengan jumlah Rp89,4 miliar.
Baca juga: BPKAD Lampung: Realisasi pendapatan daerah Rp32,2 triliun per Agustus
Baca juga: Pemprov Lampung memproyeksikan pendapatan daerah 2024 Rp7,53 triliun