Jakarta (ANTARA) - Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh industri asuransi jiwa saat ini adalah performa buruk produk asuransi kesehatan individu (individual health insurance).

Hal ini dipicu oleh peningkatan klaim kesehatan yang diiringi oleh tingginya inflasi medis dalam beberapa tahun terakhir.

"Penyebab utamanya adalah harga dasar (base pricing) yang terlalu rendah, penyesuaian tarif yang belum sesuai dengan inflasi medis, dan kebijakan underwriting yang kurang tepat," kata Direktur Teknik Operasi Indonesia Re, Delil Khairat dalam siaran pers pada Jumat.

Selain itu, produk penyakit kritis (critical illness) juga menjadi sorotan.

PT Reasuransi Indonesia Utama (Indonesia Re) menggelar acara tahunan Indonesia Re Actuarial Seminar (IAS) 2024 yang berlangsung pada tanggal 9 - 11 September 2024. Acara IAS tahun ini mengangkat isu-isu penting seputar perkembangan produk kesehatan, pengembangan produk penyakit kritis (critical illness), serta berbagai tantangan dan solusi terkait bisnis Asuransi dan Reasuransi Jiwa.

Indonesia Re memiliki peran strategis dalam menghadapi tantangan industri asuransi jiwa di tahun 2024, seperti peningkatan kualitas underwriting dengan mengembangkan dan menyebarkan praktik underwriting yang lebih ketat dan akurat, yang dapat memperhitungkan variabel-variabel baru seperti perubahan demografis dan peningkatan risiko kesehatan tertentu.

Lebih dari itu, Indonesia Re berusaha menyesuaikan produk asuransi kesehatan individu untuk mencerminkan kondisi pasar saat ini dan kebutuhan konsumen, termasuk penawaran produk baru yang lebih fleksibel dan tersegmentasi.Indonesia Re Actuarial Seminar 2024 menjadi ajang yang penting bagi industri asuransi jiwa di Indonesia.

Melalui seminar yang dihadiri oleh tim aktuaris, valuasi, pricing, pengembangan produk, underwriter dari perusahaan-perusahaan asuransi jiwa, serta karyawan Indonesia Re itu diharapkan dapat tercipta solusi-solusi inovatif untuk meningkatkan kualitas produk, memperkuat bisnis, dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada nasabah.

Dalam sambutannya, Delil Khairat menekankan perlunya diskusi antar perusahaan asuransi untuk memecahkan masalah bersama.

"Yang paling penting untuk kita bangun adalah ekosistem asuransinya, siapkan resolusi untuk potensial risiko yang akan terjadi, proses bisnisnya dipermudah dan efektif. Kita cari titik temu untuk menggarap ekosistem ini secara bersama. Saya harap diskusi semacam ini bisa sering diadakan dan bisa menemukan akar permasalahan industri asuransi jiwa yang selama ini kita hadapi," katanya.

Dari internal Indonesia Re saat ini berusaha memaksimalkan utilisasi data. "Di Indonesia Re ini ada jutaan data yang terkumpul dan dikurasi.

"Tapi karena belum well structured, well stored, ini yang perlu diperbaiki, dan Indonesia Re tengah berusaha mencapai itu. Salah satu upaya yang dilakukan ialah digitalisasi bisnis.," kata Delil lebih lanjut.

Direktur Keuangan dan Aktuaria, Maria Elvida Rita Dewi berharap dengan terselenggaranya Indonesia Re Actuarial Seminar (IAS) 2024 dapat menjalin dan juga meningkatkan hubungan baik dengan mitra bisnis di market asuransi jiwa.

"Selain itu, kami juga berharap acara IAS 2024 bisa jadi pemicu terciptanya acara-acara serupa yang dapat meningkatkan wawasan tentang industri perasuransian," katanya.