Accra (ANTARA) - Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (Economic Community of West African States/ECOWAS), uni politik dan ekonomi yang beranggotakan 15 negara, sedang mempertimbangkan pengadopsian rencana aksi regional untuk memerangi polusi plastik, ungkap seorang pejabat pada Senin (16/9).

Bernard Yao Koffi, direktur bidang lingkungan dan sumber daya Alam ECOWAS, menyampaikan hal itu pada sebuah wawancara dalam lokakarya selama dua hari yang didukung oleh Kelompok Bank Dunia (World Bank Group). Lokakarya ini bertujuan membantu subkawasan tersebut mengatasi polusi plastik.

"Banyak negara anggota kami telah meluncurkan rencana aksi nasional untuk mengatasi polusi plastik, bahkan beberapa di antaranya berencana melarang penggunaan plastik sekali pakai. Namun, upaya-upaya ini menghadapi tantangan implementasi," kata Koffi.
Pemandangan Cape Coast Castle, bekas tempat penampungan budak, di Cape Coast, Ghana, pada 19 Juni 2024. ANTARA/Xinhua/Li Yahui.


ECOWAS saat ini berupaya mengadopsi pendekatan kolektif untuk ancaman tersebut karena situasinya yang serius dan berdampak besar terhadap lingkungan, laut, akuakultur, dan biota laut, ujarnya.

Ancaman plastik juga menimbulkan risiko kesehatan bagi manusia lantaran banyak biota laut yang dikonsumsi manusia ditemukan mengandung plastik dalam jumlah besar dalam sistem pencernaan dan organ dalam lainnya, tuturnya.

"Ini merupakan masalah bersama yang harus kita atasi bersama. Kita perlu mengidentifikasi berbagai hambatan dan mencari solusi bersama untuk mengatasi ancaman ini," imbuhnya.

Rencana aksi regional yang diusulkan tersebut akan berfokus pada berbagai langkah, termasuk di antaranya mengedukasi publik, mempromosikan alternatif plastik untuk kemasan dan kantong, serta mendorong upaya daur ulang (recycle) dan penggunaan ulang (reuse).