Anindya sebut tiga program utama dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran
19 September 2024 19:41 WIB
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia hasil Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Anindya Bakrie (kanan) saat sesi diskusi pada gelaran Milken Asia Summit, di Singapura, Rabu (18/9/2024). ANTARA/Dokumen pribadi/am.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia hasil Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Anindya Bakrie memaparkan tiga program utama untuk mendukung Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
"Kami berusaha melakukan tiga hal di Kadin Indonesia. Pertama, meningkatkan kemitraan publik-swasta dan melibatkan banyak BUMN," ujar Anindya melalui keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis
Anindya menyampaikan hal itu, di sela gelaran Milken Asia Summit 2024, di Singapura, Rabu (18/9).
"Kedua, kita perlu melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan internasional untuk bekerja sama dengan Indonesia, karena Indonesia membutuhkan banyak kerja sama, investasi, dan ekspor. Ketiga, memberdayakan usaha kecil dan menengah, yang merupakan 90 persen dari perusahaan di Indonesia," kata dia lagi.
Ia mengatakan hal baik mengenai Pemerintahan Prabowo ke depan merupakan kesinambungan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dia mengakui melihat kemajuan yang nyata atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,5 persen.
"Dan fokus Pak Prabowo sebagai presiden adalah pada reformasi struktural, infrastruktur digital, dan transisi energi serta peningkatan nilai tambah ekonomi," ujarnya pula.
Anindya juga mengharapkan Pemerintahan Prabowo-Gibran juga memfokuskan pada hilirisasi critical minerals.
"Indonesia memiliki banyak critical minerals seperti nikel, tembaga, dan timah yang termasuk lima teratas di dunia serta potensi energi terbarukan hingga 500 gigawatt. Kita juga memiliki keanekaragaman hayati yang dapat dilindungi dan dikapitalisasi untuk mendukung pertumbuhan industri," katanya lagi.
Selain itu, ia juga mengaku optimis terhadap potensi kebijakan Pemerintahan Prabowo-Gibran terkait perdagangan bebas (FTA) dengan Amerika Serikat (AS).
"Saya pikir Pak Prabowo akan memperkuat FTA dengan AS. Karena apa yang kita lihat, Presiden Prabowo memiliki kesempatan secara geopolitik untuk menunjukkan Indonesia sebagai pemimpin Global South, tak hanya sebagai pemimpin Asia Tenggara, tetapi juga sebagai faktor penyeimbang antara Timur dan Barat yang justru dibutuhkan dunia," katanya lagi.
Anindya melanjutkan "melihat rekam jejak beliau (Prabowo) dalam membangun diplomasi di masa lalu, termasuk sebagai Menteri Pertahanan saat ini, kita tidak bisa mengatakan hal lain selain optimis tentang apa yang bisa Indonesia lakukan ke depan".
Anindya hadir dalam Milken Asia Summit dalam kapasitas sebagai Ketua Umum Kadin Indonesia sekaligus sebagai CEO Bakrie & Brothers, dan Presiden Komisaris VKTR.
Ia diundang dalam diskusi sesi publik bertema "Mendorong Transisi Menuju Pertumbuhan Berkelanjutan". Dalam diskusi tersebut, Anindya menjelaskan semakin banyaknya dunia usaha yang beralih ke green-shoring yang berbasis pada prioritas tanggung jawab terhadap lingkungan.
Dalam hal ini, Grup Bakrie menyadari perlunya memindahkan produksi ke daerah yang memprioritaskan tanggung jawab lingkungan yang juga membuka peluang investasi besar terutama di Indonesia.
Anindya menambahkan Indonesia memimpin dengan potensi energi terbarukan dari biofuel, solar, dan geothermal (panas bumi) serta menargetkan untuk memproduksi 23 persen energinya dari sumber terbarukan pada 2025, demi mendukung strategi net-zero emission jangka panjang.
Ia juga berpendapat di antara tantangan beralih ke green-shoring adalah memerlukan investasi signifikan dalam infrastruktur, teknologi hijau, dan kepatuhan environmental, social, and governance (ESG) dengan pengembalian funding yang mungkin tertunda.
Baca juga: Ekonom sarankan perselisihan Kadin diselesaikan kekeluargaan
Baca juga: Kemendag: Transaksi perdagangan antarwilayah capai Rp1.621,51 triliun
"Kami berusaha melakukan tiga hal di Kadin Indonesia. Pertama, meningkatkan kemitraan publik-swasta dan melibatkan banyak BUMN," ujar Anindya melalui keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis
Anindya menyampaikan hal itu, di sela gelaran Milken Asia Summit 2024, di Singapura, Rabu (18/9).
"Kedua, kita perlu melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan internasional untuk bekerja sama dengan Indonesia, karena Indonesia membutuhkan banyak kerja sama, investasi, dan ekspor. Ketiga, memberdayakan usaha kecil dan menengah, yang merupakan 90 persen dari perusahaan di Indonesia," kata dia lagi.
Ia mengatakan hal baik mengenai Pemerintahan Prabowo ke depan merupakan kesinambungan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dia mengakui melihat kemajuan yang nyata atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,5 persen.
"Dan fokus Pak Prabowo sebagai presiden adalah pada reformasi struktural, infrastruktur digital, dan transisi energi serta peningkatan nilai tambah ekonomi," ujarnya pula.
Anindya juga mengharapkan Pemerintahan Prabowo-Gibran juga memfokuskan pada hilirisasi critical minerals.
"Indonesia memiliki banyak critical minerals seperti nikel, tembaga, dan timah yang termasuk lima teratas di dunia serta potensi energi terbarukan hingga 500 gigawatt. Kita juga memiliki keanekaragaman hayati yang dapat dilindungi dan dikapitalisasi untuk mendukung pertumbuhan industri," katanya lagi.
Selain itu, ia juga mengaku optimis terhadap potensi kebijakan Pemerintahan Prabowo-Gibran terkait perdagangan bebas (FTA) dengan Amerika Serikat (AS).
"Saya pikir Pak Prabowo akan memperkuat FTA dengan AS. Karena apa yang kita lihat, Presiden Prabowo memiliki kesempatan secara geopolitik untuk menunjukkan Indonesia sebagai pemimpin Global South, tak hanya sebagai pemimpin Asia Tenggara, tetapi juga sebagai faktor penyeimbang antara Timur dan Barat yang justru dibutuhkan dunia," katanya lagi.
Anindya melanjutkan "melihat rekam jejak beliau (Prabowo) dalam membangun diplomasi di masa lalu, termasuk sebagai Menteri Pertahanan saat ini, kita tidak bisa mengatakan hal lain selain optimis tentang apa yang bisa Indonesia lakukan ke depan".
Anindya hadir dalam Milken Asia Summit dalam kapasitas sebagai Ketua Umum Kadin Indonesia sekaligus sebagai CEO Bakrie & Brothers, dan Presiden Komisaris VKTR.
Ia diundang dalam diskusi sesi publik bertema "Mendorong Transisi Menuju Pertumbuhan Berkelanjutan". Dalam diskusi tersebut, Anindya menjelaskan semakin banyaknya dunia usaha yang beralih ke green-shoring yang berbasis pada prioritas tanggung jawab terhadap lingkungan.
Dalam hal ini, Grup Bakrie menyadari perlunya memindahkan produksi ke daerah yang memprioritaskan tanggung jawab lingkungan yang juga membuka peluang investasi besar terutama di Indonesia.
Anindya menambahkan Indonesia memimpin dengan potensi energi terbarukan dari biofuel, solar, dan geothermal (panas bumi) serta menargetkan untuk memproduksi 23 persen energinya dari sumber terbarukan pada 2025, demi mendukung strategi net-zero emission jangka panjang.
Ia juga berpendapat di antara tantangan beralih ke green-shoring adalah memerlukan investasi signifikan dalam infrastruktur, teknologi hijau, dan kepatuhan environmental, social, and governance (ESG) dengan pengembalian funding yang mungkin tertunda.
Baca juga: Ekonom sarankan perselisihan Kadin diselesaikan kekeluargaan
Baca juga: Kemendag: Transaksi perdagangan antarwilayah capai Rp1.621,51 triliun
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024
Tags: