Jakarta (ANTARA) - Kajian studi literatur dan analisis data keluarga risiko stunting oleh Fokus Kesehatan Indonesia (FKI) dan BKKBN menunjukkan bahwa kualitas air minum serta sanitasi yang jelek di lingkungan keluarga meningkatkan risiko stunting hampir 1,5 kali.

"Kajian FKI ini menemukan bahwa pencegahan stunting memang tidak bisa hanya fokus pada intervensi gizi semata, tetapi untuk jangka panjang agar pencegahan stunting optimal maka sanitasi lingkungan dan akses air bersih juga harus mendapat fokus lebih,” kata Direktur Eksekutif FKI, Nila F Moeloek.

Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis, Nila mengatakan bahwa kajian terbaru mengungkapkan bahwa sanitasi yang layak dan akses terhadap air bersih menjadi faktor inti dalam pencegahan stunting pada anak-anak. Temuan ini diperoleh lewat kajian ilmiah FKI yang bertajuk "Memahami Stunting dari Inti".

Dia menambahkan, studi ini menekankan pentingnya peningkatan akses air bersih dan air minum serta sanitasi yang layak sebagai bagian dari solusi komprehensif dalam mengatasi stunting di Indonesia.

“Sanitasi buruk menyebabkan anak-anak lebih rentan terhadap infeksi, seperti diare, yang mengganggu penyerapan nutrisi dan memperparah kondisi malnutrisi. Itu sebabnya akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak sangat penting untuk memastikan anak-anak tumbuh sehat dan terbebas dari stunting," ujar dia menambahkan.

Nila menjelaskan, menurut data dari Kementerian Kesehatan, sekitar 21,6 persen anak di bawah usia lima tahun di Indonesia masih mengalami stunting. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi pertumbuhan fisik, tetapi juga berdampak jangka panjang pada perkembangan kognitif, prestasi pendidikan, dan produktivitas ekonomi di masa depan.

Menurut dia, stunting, kondisi anak yang tumbuh lebih pendek dari standar usianya karena kekurangan gizi kronis, tidak hanya disebabkan oleh kurangnya asupan makanan bergizi, tetapi juga terkait erat dengan lingkungan hidup yang tidak sehat.

"Kami menyerukan kolaborasi lintas sektor yang lebih kuat, terutama di daerah-daerah terpencil, untuk memastikan bahwa setiap anak memiliki akses ke air bersih dan sanitasi yang layak,” kata Nila menambahkan.

Selain itu, menurut dia, penting mengoptimalkan skrining dan pencegahan anemia seperti intervensi pemberian tablet besi atau asupan gizi sumber protein dan zat besi.

"Upaya terintegrasi ini diharapkan dapat memberikan hasil nyata dalam menurunkan prevalensi stunting dan menciptakan menciptakan generasi mendatang yang lebih sehat dan produktif," ujarnya.

Baca juga: Studi AASH: Perlu kebijakan akses makanan sehat untuk atasi stunting

Baca juga: APKESMI dorong pengoptimalan pemberdayaan masyarakat cegah stunting