Ia menjelaskan, peristiwa likuifaksi pascagempa Palu-Sigi-Donggala (Pasigala) enam tahun lalu harus dapat menjadi refleksi bangsa ini, betapa informasi ancaman bahaya dan kerentanannya menjadi penting bagi pemangku kepentingan baik di pusat, di daerah, bahkan bagi masyarakat umum.
Ia mengatakan hal ini mengakibatkan tingkat risiko yang tinggi pula terhadap ancaman harta benda dan jiwa.
"Melalui kegiatan ini, kami ingin mengajak dan menginformasikan kepada masyarakat untuk meningkatkan upaya mitigasi dalam kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana," katanya.
Ia juga mengajak semua pemangku kepentingan dan masyarakat untuk dapat menyediakan data kebencanaan sebagai langkah awal mitigasi dalam memberikan informasi.
Hal ini, katanya, terkait pengelolaan bencana, penataan ruang, pengembangan wilayah, dan kawasan.
Sosialisasi ini menghadirkan Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Udrekh, dari Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Sulteng Yasin Baculuz, dan Akademisi Universitas Tadulako Arifin sebagai narasumber.