New York (ANTARA) - Lebih dari 100 mantan pejabat dan anggota parlemen Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik menyatakan dukungan terhadap Wakil Presiden Amerika Serikat dan kandidat presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris, pada Rabu (18/9).

Mereka juga menyebut kandidat dari Partai Republik sekaligus mantan presiden AS Donald Trump "tidak layak untuk kembali menjabat sebagai presiden."

Dalam surat yang dibagikan oleh tim kampanye Harris, 111 anggota Partai Republik, termasuk sejumlah mantan pejabat yang menjabat pada masa pemerintahan mantan presiden Ronald Reagan, George H.W. Bush, George W. Bush, dan Trump, mengatakan bahwa meskipun mereka tidak setuju dengan kebijakan-kebijakan Harris, "kami percaya bahwa dia memiliki karakteristik yang penting untuk menjabat sebagai presiden, sedangkan Donald Trump tidak."

"Sebagai presiden," demikian tertulis dalam surat itu, Trump "menciptakan kekacauan harian dalam pemerintahan, memuji musuh-musuh kita dan melemahkan sekutu-sekutu kita, memolitisasi militer dan merendahkan para veteran kita, memprioritaskan kepentingan pribadinya di atas kepentingan Amerika, dan mengkhianati nilai-nilai, demokrasi, dan dokumen-dokumen pendirian negara ini."

Mereka mengecam hasutan Trump untuk menyerang Capitol pada 6 Januari 2021, mengatakan bahwa "dia telah melanggar sumpah jabatannya dan membawa ancaman bagi negara kita."

"Siapa pun yang mengutamakan dirinya sendiri di atas Konstitusi tidak boleh menjadi presiden AS," sebut surat itu, mengutip pernyataan mantan wakil presiden AS Mike Pence.

Para tokoh yang ikut menandatangani surat itu meliputi dua mantan menteri pertahanan, Chuck Hagel dan William S. Cohen; dua mantan direktur Badan Intelijen Pusat (Central Intelligence Agency/CIA), Michael V. Hayden dan William H. Webster; serta satu mantan direktur intelijen nasional, John D. Negroponte.

Robert B. Zoellick, mantan presiden Bank Dunia, dan delapan mantan anggota Kongres juga mendukung surat tersebut.

Surat itu dikeluarkan beberapa hari setelah mantan wakil presiden AS Dick Cheney dan putrinya Liz Cheney, mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS dan salah satu kritikus konservatif Trump yang paling lantang, mengumumkan bahwa mereka akan memilih Harris.