Beirut (ANTARA) - Jumlah korban tewas akibat ledakan penyeranta (pager) di Lebanon pada Rabu (18/9) bertambah menjadi 14 orang, dengan korban luka-luka mencapai 450 orang, kata Kementerian Kesehatan Lebanon.

Ledakan terdengar pada Rabu sore di wilayah pinggiran selatan Beirut dan beberapa wilayah di Lebanon selatan dan timur.

Laporan keamanan mengindikasikan bahwa sebuah alat komunikasi nirkabel meledak di wilayah pinggiran selatan Beirut saat pemakaman empat anggota Hizbullah, dengan ledakan serupa yang memicu kebakaran pada mobil dan bangunan tempat tinggal, yang mengakibatkan beberapa orang terluka.

Media lokal mengatakan perangkat yang meledak diidentifikasi sebagai model ICOM V82, perangkat walkie-talkie yang dilaporkan buatan Jepang. Layanan darurat dikerahkan ke tempat kejadian untuk membawa korban luka ke rumah sakit setempat.

Sementara itu, Komando Angkatan Darat Lebanon mengeluarkan pernyataan yang mendesak warga untuk tidak berkumpul di dekat lokasi kejadian agar tim medis dapat masuk.

Sejauh ini Hizbullah belum mengomentari insiden tersebut.

Ledakan itu terjadi setelah serangan sehari sebelumnya, ketika militer Israel diduga menargetkan baterai penyeranta atau pager yang digunakan oleh anggota Hizbullah, yang mengakibatkan tewasnya 12 orang, termasuk dua anak-anak, dan sekitar 2.800 orang terluka.

Dalam sebuah pernyataan pada Selasa (17/9), Hizbullah menuduh Israel "bertanggung jawab penuh atas agresi kriminal yang juga menargetkan warga sipil," dan mengancam akan membalas. Israel belum mengomentari ledakan tersebut.

Ketegangan di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel meningkat pada 8 Oktober 2023, menyusul rentetan roket yang diluncurkan oleh Hizbullah ke Israel sebagai bentuk solidaritas atas serangan Hamas sehari sebelumnya. Israel kemudian membalas dengan menembakkan artileri berat ke Lebanon tenggara.

Pada Rabu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengumumkan bahwa Israel berada di "awal babak baru perang" melawan Hizbullah.