Banda Aceh (ANTARA) - Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara 2024 bukan merupakan penampilan terbaik bagi atlet angkat berat Papua Barat Andarias Mandowen. Tampil di kelas 93 kilogram, pria 35 tahun itu “hanya” menduduki posisi kedua dan harus rela membawa pulang medali perak.

Andarias tercatat telah tiga kali berlaga di pentas PON. Pada PON Riau 2016, ia memenangi medali perunggu, kemudian meraih medali emas pada PON Jawa Barat 2016. Ia absen pada PON Papua 2021 karena mengalami cedera otot paha belakang.

Meski gagal menjadi yang nomor satu, Andarias sama sekali tidak merasa menyesal, karena ia yakin Tuhan telah memilihkan jalan yang terbaik bagi dirinya.

“Saya berdoa bukan hanya untuk diri sendiri, saya berdoa bagaimana Tuhan bisa sertai pertandingan ini dengan baik. Memberikan kesehatan kepada teman-teman saya supaya bisa bertanding dengan baik, dan Tuhan tahu siapa yang terbaik, Tuhan akan memberikan berkatnya. Itu doa saya,” kata Andarias saat ditemui di GOR Seramoe, Rabu (18/9).

“Dan hari ini saya mendapatkan medali perak, saya merasa puas, karena itu yang terbaik yang Tuhan kasih,” tambahnya.

Bagi Andarias, Tuhan bukan hanya menjawab doa-doa yang ia panjatkan, tetapi juga hadir memberi ketenangan saat dirinya dilanda suasana kalut.

Seperti saat terjadi kesalahan teknis ketika ia melakukan percobaan squat kedua dengan berat 355 kilogram. Kesalahan sistem membuatnya dinyatakan gagal melakukan angkatan, sehingga ia harus mengulangi angkatan itu pada percobaan ketiga.

“Saya sempat berdiri lama, dan itu pengikat kaki (untuk melakukan angkatan squat) sudah mulai terasa kram, dan waktu kaki mulai kram, ego saya mulai muncul, dan saya sempat keluarkan suara bahwa, suaranya nadanya agak kasar, bahwa ini sudah kram kaki, kenapa harus terlambat, dan waktu kami gagal, saya kembali (ke belakang arena), ada perasaan masuk seperti ini, “tenangkan diri, sabar,” kata Andarias yang menganut Kristen Advent itu.

Andarias yang telah menekuni angkat berat sejak 2005, menceritakan beberapa jatuh-bangun sepanjang karier olahraganya. Namun lagi-lagi, berkat kepasrahan sepenuhnya terhadap kuasa Tuhan, pria kelahiran Saukorem, Papua Barat Daya, itu yakin dirinya tidak pernah berjuang sendirian.

“Saat kami mempercayakan semuanya kepada Tuhan, dalam proses pertandingan saya bisa melihat keajaiban itu. Dan saya percaya bahwa sebagai manusia normal, sebagai manusia normal saya tidak mungkin pikul besi sekitar 350 kilogram lebih, tetapi ada kekuatan ekstra yang diberikan Tuhan untuk bisa melakukan itu. Dengan berat badan saya seperti ini, saya bisa melakukan itu,” pungkasnya.

Baca juga: Baju robek tidak rintangi langkah Maria Magdalena menangi medali emas

Baca juga: Sri Hartati kemungkinan besar tak akan tampil lagi di PON selanjutnya