Medan (ANTARA) - Bagi pemain bulu tangkis, berteriak setelah mencetak poin dalam pertandingan, selain untuk menambah kepercayaan diri, juga untuk mengintimidasi mental lawan.

Apabila kepercayaan diri sedang bagus, bermain di lapangan pun menjadi tanpa tekanan. Permainan terbaik pun keluar sehingga peluang besar membawa kemenangan ada di tangan.

Ini yang dilakukan Aurelia Salsabila, tunggal putri Jawa Timur yang melaju ke final Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara 2024.

Berstatus non unggulan, Aurelia menjadi bukti bahwa unggulan dalam sebuah turnamen hanyalah peringkat di atas kertas.

Unggulan kedua dari Jawa Tengah, Aura Ihza Aulia, dibuatnya menyerah 19-21, 14-21, dalam tempo 57 menit pada laga semifinal di GOR PBSI Sumut, Deli Serdang, Rabu.

Ia menang pengalaman dari Aura yang adalah juniornya. Meski pemain non unggulan dalam PON ini, pada April lalu Aurelia menjadi juara Malta International 2024 dan finalis Seleknas dua tahun lalu.

Aura kehilangan sentuhannya. Setelah pertandingan itu, tatapan matanya juga masih kosong, bertanya-tanya mengapa ia bisa kalah.

Sebaliknya, Aurelia menyelesaikan pertandingan sampai sesi wawancara bersama pewarta berakhir, terlihat bahagia dengan wajah sangat lepas.

Baca juga: Bulu tangkis - Singkirkan dua teratas, Sausan dan Aurelia temu di final

Pertarungan mental dalam perebutan satu tiket partai puncak dimenangkan Aurelia dengan teriakan-teriakannya.

"Kalau aku enggak teriak, pasti hawaku enggak ada, hilang. Itu dari kecil," kata Aurelia kepada wartawan setelah pertandingan.

Inspirasi Aurelia adalah tunggal putri asal Spanyol yang kini berperingkat tiga dunia, Carolina Marin.

Marin berteriak dalam saat bertanding. Pebulu tangkis berusia 31 tahun itu mengungkapkan bahwa berteriak adalah respon alamiah tubuhnya.

Itu adalah karakter yang membuatnya selalu merasa lebih percaya diri kala berlaga. Soal lawannya yang tidak nyaman dengan teriakan itu, dia hanya bilang, "itu bukan masalah saya, itu masalah mereka".

Saat kemenangan sudah hampir di tangan, pada poin-poin terakhir gim kedua, Aurelia kembali berselebrasi.

Aurelia merayakan poin dengan berteriak ke arah satu titik, tertuju kepada pelatih Jawa Tengah, Hayom Rumbaka, yang pernah melatihnya semasa berguru di Perkumpulan Bulu Tangkis (PB) Djarum.

"Dulu Mas Hayom itu kan pelatihku juga, jadi kan dia sempet melatih grupku, jadi kayak aku selalu meyakinkan, aku mau buktiin dong ke pelatih-pelatihku yang dulu, kalau aku bisa," kata pebulu tangkis 20 tahun itu.

"Aku cuma berjanji sama diriku, aku cuman mau teriak satu aja, tapi nolehnya ke Mas Hayom. Akhirnya terjadi," tambahnya.

Baca juga: Bulu tangkis - Jadwal lengkap pertandingan final PON 2024


Tak ingin dikalahkan cedera

Menjelang Kejuaraan Dunia Junior BWF (WJC) pada 2022, musibah menimpa Aurelia Salsabila.

Sudah jatuh tertimpa tangga. Cedera parah pada pergelangan kaki menimpanya saat sedang persiapan menuju kejuaraan dunia junior itu di Pelatnas PBSI, Cipayung, beberapa waktu setelah dia ditundukkan Mutiara Ayu Puspitasari dengan 15-21, 19-21, dalam Seleknas 2022.

"Nah habis final, karantina nih, persiapan WJC. Jatuh. End. Jatuh di Cipayung sebelum berangkat," kata Aurelia.

Cedera itu membuatnya putus asa karena karier bulu tangkisnya yang diniatkan untuk membahagiakan orang tuanya, kini di ujung tanduk.

Ia tak kuat menahan rasa sakit, tak kuat menahan kecewa. Ia kemudian menelepon orang tuanya dan meminta keluar dari karantina menjelang persiapan WJC.

"Nah, terus abis itu, saya jatuh kan, jatuh, terus saya tanya orangtua, mah kok aku capek, aku enggak kuat, aku mau keluar aja, boleh enggak aku keluar," tambahnya.

Ia pulang ke Surabaya dan hasil MRI (Magnetic Resonance Imaging) dokter mengatakan pergelangan kakinya putus. Ia harus dioperasi dengan kemungkinan pulih 85 persen dan ini bukan solusi terbaik baginya yang memasuki usia haus prestasi.

"MRI. Hasilnya, putus total. Dan itu memang harus operasi, kalau diakali juga disuntik pun, itu juga udah enggak bisa," kata Aurelia.

Baca juga: Hasil lengkap semifinal bulu tangkis PON 2024 pada hari ini

"Kalau operasi 85 persen, enggak bakal berhasil, akhirnya, mama saya bilang kayak, ya udah enggak usah operasi. Dokternya juga ngasih, oke, saya kasih 5 tahun, tapi setelah itu, kamu harus operasi. Karena ini parah," tambahnya.
Tunggal putri Jawa Timur Aurelia Salsabila beraksi pada pertandingan semifinal Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024 melawan wakil Jawa Tengah Aura Ihza Aulia. Aurelia keluar sebagai pemenang dan melaju ke final setelah mengalahkan Aura dengan skor 21-19, 21-14. (ANTARA/Naufal Ammar)


Ia memilih jalan lain, salah satunya berkunjung ke Masase Cedera Olahraga (MCO) milik Arief Setiawan.

Otot-ototnya yang tegang diredakan. Dan ini membuatnya bangkit setelah tiga bulan mendekam cedera. "Itu kayak dirilis doang ototnya sebenernya, tapi ngaruh gitu".

Walaupun demikian, perawatan ini hanya menahan rasa sakit sesaat. Sewaktu-waktu rasa sakit pada pergelangan kakinya kembali muncul. Total, ia sudah lima kali ke MCO Arief Setiawan yang terkenal di Semarang itu.

Turnamen pertamanya setelah cedera parah adalah di Nganjuk pada 2022. Di sana, debutnya setelah cedera berakhir dengan trofi juara. Turnamen itu secara perlahan menata lagi kariernya.

Ia kemudian ketagihan mengikuti turnamen-turnamen kelas provinsi di Jawa Timur yang juga dia akhiri dengan naik podium tertinggi.

Motivasinya untuk bangkit adalah Carolina Marin yang tidak menyerah oleh cedera lutut parah yang membuatnya mengubur mimpi tampil di panggung impian Olimpiade Tokyo 2020.

Malta International Series 2024 pada April lalu menjadi bukti Aurelia dapat melalui fase-fase sulit dalam hidupnya.

Ia menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang tampil di sana dan juara setelah mengalahkan Frederikke Lund dari Denmark dengan skor 23-21, 21-17.

Baca juga: Richie tak ingin kalah dari Ubaid di final tunggal putra bulu tangkis


Ingin gantung raket dengan emas

Sayang, aksi-aksi Aurelia tak lagi bisa disaksikan setelah PON 2024 usai karena ia telah memilih gantung raket atas pertimbangan bersama keluarganya.

Cedera pergelangan kaki yang tak kunjung membaik dan sebaliknya semakin parah adalah salah satu faktornya. Ada faktor kuat lain yang tak bisa Aurelia ungkapkan yang mendasari keputusannya untuk pensiun dini.

Kamis ini dalam laga final di GOR PBSI Sumut, Deli Serdang, Sausan Dwi Ramadhani dari Jawa Tengah akan menentukan apakah gantung raket Aurelia berakhir indah dengan emas atau berakhir dengan perak.

Yang pasti, untuk mencapai podium tertinggi, dia siap mati-matian. Apalagi ujiannya untuk hanya tampil dalam PON 2024 tidaklah mudah. Dua pekan sebelum kompetisi bulu tangkis dalam pesta olahraga empat tahunan itu mulai, cederanya kembali kambuh setelah terjatuh.

Namun, ini tak membuat Aurelia menyerah karena perjuangannya sudah terlampau jauh.

Ia menguatkan hatinya untuk tampil dalam PON 2024, pesta olahraga empat tahunan pertamanya, sekaligus terakhirnya. Ia ingin menutup karier bulu tangkisnya dengan indah dan bangga.

Pada pertandingan final nanti, tugasnya adalah berusaha sekuat tenaga di lapangan. Sisanya, ia serahkan kepada Tuhan yang sudah mengatur jalan hidupnya.

"Sampai mati pun enggak apa-apa. Ini kan terakhir ya, masa enggak mau dipaksa gitu. Mau sakit, mau gimana, nanti pokoknya paksa terus aja," kata Aurelia.

Baca juga: Jawa Tengah kunci juara umum bulu tangkis PON 2024 lebih cepat