Jakarta (ANTARA) - PT Astra International Tbk (ASII) melalui anak usahanya PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memaparkan dampak fenomena cuaca La Nina terhadap produktivitas pertambangan batu bara dan perkebunan kelapa sawit (CPO) milik perseroan.

UNTR dan AALI merupakan entitas usaha Astra yang masing-masing secara berurutan bergerak di bidang kontraktor pertambangan batu bara dan perkebunan kelapa sawit.

Corporate Secretary UNTR Sara K Loebis dalam Media Day Astra di Jakarta, Rabu, menjelaskan bahwa saat curah hujan tinggi maka produktivitas akan melandai seiring dengan area pertambangan batu bara yang kondisinya licin.

Planning kami, pasti ada musim hujan di kuartal terakhir dan pertama, di musim kering biasanya menggenjot supaya bisa lebih cepat mencapai titik tertentu. Saat musim hujan range pekerjaan agak melandai, lokasi tambang licin, pergerakan alat berat lebih susah,” ujar Sara.

Namun demikian, Ia menyebut terdapat sisi positif dari curah hujan yang tinggi yaitu akan menyebabkan aliran sungai lebih lancar, yang mana merupakan jalur kapal tongkang pengangkut batu bara milik perseroan dari Kalimantan Tengah ke pesisir Kalimantan Selatan.

“Positifnya hujan cukup banyak, dari sisi penjualan batu bara, di Kalimantan agak ke tengah harus diantarkan ke selatan sejauh 400 kilometer (km). Kalau kering, sungai agak cetek, kalau hujan kami syukuri karena bisa kami lewati,” ujar Sara.

Dalam kesempatan sama, Vice President Communications and Public Affairs AALI Fenny Anggraeni Sofyan menyampaikan bahwa apabila curah hujan tinggi maka produktivitas tanaman di perkebunan kelapa sawit perseroan akan meningkat.

Namun demikian, lanjutnya, curah hujan yang tinggi bisa menyebabkan operasional perseroan akan terkendala seiring dengan tinggi muka air perkebunan yang di atas standar.

Sebagai informasi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini kekeringan dalam level Waspada, Siaga, dan Awas di beberapa wilayah Indonesia seiring dengan tanda-tanda fenomena La Nina yang saat ini masih belum tampak di Tanah Air.

Berdasarkan hasil analisis perkembangan musim kemarau di Indonesia Dasarian I September 2024 oleh BMKG, sebanyak 64 persen Zona Musim (ZoM) Indonesia masuk musim kemarau.

La Nina merupakan kondisi anomali iklim global berupa keadaan suhu permukaan laut (SPL) atau sea surface temperature (SST) di Samudra Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin dibandingkan suhu normalnya.

Saat La Nina terjadi, sebagian besar wilayah Indonesia mengalami peningkatan curah hujan sebanyak 20 hingga 40 persen. Kondisi ini bisa terjadi pada periode Juni-Juli-Agustus (JJA) dan September-Oktober-November (SON).

Baca juga: Astra masuk daftar 1.000 perusahaan terbaik dunia versi TIME
Baca juga: Astra: Perlu teknologi sesuai kebutuhan publik dukung dekarbonisasi