Jakarta (ANTARA) - Ekonom Teuku Riefky mengatakan perlambatan inflasi Amerika Serikat (AS) saat ini dapat membuka peluang bank sentral AS atau The Fed untuk memangkas suku bunga acuannya pada pekan ini.
"Rilis data inflasi AS yang terkini membuka jalan untuk The Fed memangkas suku bunga acuannya secara bertahap mulai minggu ini," kata ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) itu di Jakarta, Rabu.
Suku bunga acuan bank sentral AS atau Fed Funds Rate (FFR) saat ini bertahan di level 5,25-5,50 persen. Para pelaku pasar menantikan hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) September 2024 yang akan dirilis malam ini, terutama untuk melihat arah kebijakan suku bunga AS.
Riefky menuturkan tingkat inflasi AS di Agustus melambat cukup signifikan dari 2,9 persen year on year (yoy) pada Juli 2024 ke 2,5 persen yoy dan lebih rendah dari estimasi para ekonom yang dihimpun oleh Reuters sebesar 2,6 persen yoy.
Lebih lanjut, angka inflasi AS menyentuh titik terendahnya dalam tiga tahun terakhir akibat tren disinflasi yang terjadi secara persisten dalam lima bulan terakhir.
Berdasarkan faktor pendorongnya, tekanan harga mulai melemah akibat turunnya harga bensin dan beberapa kelompok barang rumah tangga utama, seperti kebutuhan sehari-hari.
Namun, inflasi inti AS cenderung stabil di 3,2 persen yoy dari Juli ke Agustus akibat dorongan disinflasi yang diimbangi oleh kenaikan harga tiket maskapai, asuransi mobil, biaya sewa rumah dan biaya terkait perumahan lainnya.
Naiknya biaya perumahan dan jasa lainnya mengindikasikan adanya kekakuan harga atau price stickiness di beberapa komponen barang dan jasa yang menjadi alasan The Fed untuk tidak melakukan pelonggaran moneter secara agresif.
Kemudian, perkembangan di pasar tenaga kerja AS juga menguatkan kemungkinan untuk The Fed segera melakukan pemangkasan suku bunga. Tingkat pengangguran AS turun ke 4,2 persen pada Agustus 2024 dari 4,3 persen di bulan sebelumnya, dengan naiknya tambahan lapangan pekerjaan dari 89.000 di Juli menjadi 142.000 pada Agustus 2024.
Walaupun meningkat, lanjut dia, tambahan lapangan kerja cenderung di bawah ekspektasi yang mengindikasikan adanya perlambatan momentum di pasar tenaga kerja dan menjadi dorongan tambahan oleh The Fed untuk memangkas suku bunga acuan.
Baca juga: IHSG diprediksi variatif di tengah "wait and see" kebijakan The Fed
Baca juga: BSI respons positif prediksi pemangkasan suku bunga The Fed
Baca juga: Rupiah naik dipicu oleh peningkatan proyeksi pemotongan suku bunga Fed
Ekonom: Perlambatan inflasi AS buka peluang The Fed pangkas suku bunga
18 September 2024 12:11 WIB
Orang-orang berjalan di luar Federal Reserve Bank of New York di New York City, AS, Rabu (18/3/2020). ANTARA/REUTERS/Lucas Jackson/am.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: