Kigali, Rwanda (ANTARA) - Uni Eropa pada Selasa (17/9) mengumumkan pendanaan baru senilai 44,4 juta dolar AS atau sekitar Rp681 miliar untuk manufaktur lokal dan akses yang adil terhadap produk kesehatan yang berkualitas, aman, efektif, dan terjangkau di Rwanda.

Pendanaan itu diumumkan bersamaan dengan konferensi Farma dan Bioteknologi Afrika Timur yang berlangsung selama dua hari di ibu kota Rwanda, Kigali.

Pendanaan itu bertujuan untuk meningkatkan akses yang adil terhadap obat-obatan dan produk kesehatan melalui berbagai proyek baru yang didanai Uni Eropa, termasuk penelitian dan pengembangan farmasi, pengembangan keterampilan, kewirausahaan, rantai pasokan, dan penguatan regulasi.

Proyek-proyek ini diresmikan pada Desember lalu oleh Presiden Uni Eropa Ursula von der Leyen dalam pertemuan dengan Presiden Rwanda Paul Kagame.

“Proyek-proyek ini akan mendukung Rwanda dalam visinya untuk menjadi pusat regional bagi industri farmasi dan bioteknologi, serta untuk mendirikan produksi farmasi dan vaksin domestik,” kata Duta Besar Uni Eropa untuk Rwanda, Belen Calvo Uyarra.

Baca juga: Rwanda dan Korsel sepakati perjanjian pendanaan tingkatkan pendidikan

Pendanaan ini melengkapi kegiatan lain dari Uni Eropa dan negara-negara anggotanya di bawah Inisiatif Team Eropa untuk Manufaktur dan Akses ke Vaksin, Obat, dan Teknologi Kesehatan di Afrika (MAV+) yang mencakup Rwanda.

Yvan Butera, menteri negara Rwanda untuk kesehatan, mengatakan bahwa pemerintah berkomitmen untuk membangun pusat manufaktur farmasi guna memfasilitasi akses ke produk medis di Rwanda dan seluruh Afrika.

Dia menyatakan bahwa pendanaan ini menandakan bahwa pengembangan kapasitas manufaktur farmasi lokal dan penanganan ketidakseimbangan kesehatan global tetap menjadi prioritas.

Pelaksanaan proyek-proyek tersebut akan dilakukan oleh lembaga-lembaga negara anggota Uni Eropa bekerja sama erat dengan pemerintah Rwanda.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Hadiri peresmian Kedubes Rwanda, Menlu RI dorong peningkatan hubungan