Rupiah bergerak naik ke posisi Rp11.517 per dolar
13 Mei 2014 10:29 WIB
Analis memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hanya bergerak di kisaran sempit dalam perdagangan hari ini. (FOTO ANTARA/Eric Ireng)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak naik menjadi Rp11.517 per dolar AS dari posisi terakhir sebelumnya Rp11.524 per dolar AS.
"Rupiah kembali bergerak menguat setelah sempat stagnan, sentimen domestik masih cukup kuat menopang mata uang domestik untuk melanjutkan penguatan," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra.
Ia mengatakan neraca transaksi berjalan Indonesia serta situasi yang cukup kondusif menjelang Pemilu Presiden masih dapat menjaga nilai tukar uang rupiah.
"Kendati demikian, pergerakan rupiah masih dibayangi oleh sentimen eksternal seperti gejolak krisis di Ukraina sehingga diperkirakan membatasi minat investor untuk agresif masuk ke aset mata uang beresiko, salah satunya rupiah," kata dia.
Menurut dia, rupiah cenderung bergerak di kisaran sempit seiring dengan antisipasi pasar terhadap pengumuman data penjualan ritel Amerika Serikat.
Selain itu, lanjut dia, bank sentral Amerika Serikat (the Federal Reserve) juga terus mengurangi stimulus keuangannya. Saat ini the Federal Reserve menganggarkan 45 miliar dolar AS per bulan untuk program pelonggaran kuantitatifnya (Quantitative Easing/QE).
"Rupiah kembali bergerak menguat setelah sempat stagnan, sentimen domestik masih cukup kuat menopang mata uang domestik untuk melanjutkan penguatan," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra.
Ia mengatakan neraca transaksi berjalan Indonesia serta situasi yang cukup kondusif menjelang Pemilu Presiden masih dapat menjaga nilai tukar uang rupiah.
"Kendati demikian, pergerakan rupiah masih dibayangi oleh sentimen eksternal seperti gejolak krisis di Ukraina sehingga diperkirakan membatasi minat investor untuk agresif masuk ke aset mata uang beresiko, salah satunya rupiah," kata dia.
Menurut dia, rupiah cenderung bergerak di kisaran sempit seiring dengan antisipasi pasar terhadap pengumuman data penjualan ritel Amerika Serikat.
Selain itu, lanjut dia, bank sentral Amerika Serikat (the Federal Reserve) juga terus mengurangi stimulus keuangannya. Saat ini the Federal Reserve menganggarkan 45 miliar dolar AS per bulan untuk program pelonggaran kuantitatifnya (Quantitative Easing/QE).
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014
Tags: