Tim peneliti dari Jepang edukasi mitigasi bencana di Ambon
17 September 2024 19:47 WIB
Penjabat Wali Kota Ambon, Dominggus N Kaya (Kanan) bersama peneliti program program Science and technology research partnership for sustainable development (Satreps) dari Jepang. ANTARA/ Ho- Diskominfo sandi Ambon.
Ambon (ANTARA) - Tim peneliti Program Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development (Satreps) dari Jepang melakukan edukasi mitigasi bencana di Kota Ambon.
Penjabat (Pj) Wali Kota Ambon, Dominggus N Kaya mengatakan Satreps merupakan proyek kerja sama antara Jepang dan Indonesia melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan universitas di kedua negara yang terfokus pada mitigasi bencana tsunami.
"Kami berjumpa dengan tim peneliti dari universitas di Jepang dan Indonesia, diantaranya Universitas Tohuku, Universitas Pattimura, dan Syah kuala, juga lembaga JICA, BRIN, yang telah melaksanakan kegiatan edukasi mitigasi bencana di Ambon, " katanya di Ambon, Selasa.
Ia mengatakan kehadiran tim untuk mengembangkan kerja sama dengan mitra di Kota Ambon yakni pemerintah dan lembaga masyarakat lainnya terkait edukasi bencana.
Baca juga: Peneliti BRIN sebut pentingnya pengetahuan terkait gempa bumi
"Mereka juga memasang CCTV untuk memantau perkembangan tsunami yang ditempatkan di kantor BMKG di Tanjung Latuhalat Kota Ambon guna peringatan dini," katanya.
Selaku pemerintah, pihaknya memberikan apresiasi terkait sejumlah kegiatan yang dilaksanakan dalam program kerja sama dua negara ini. "Diharapkan dari kegiatan yang dilakukan berbagi pengalaman pengetahuan dan edukasi, kita dapat terselamatkan dari bencana," katanya.
Kepala Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh mengakui Ambon menjadi salah satu lokasi kajian dari tim peneliti, selain Bali dan Ibukota Nusantara (IKN).
Ambon dipilih, kata dia, karena pertimbangan BNPB, dengan potensi bencana yang terjadi yakni tsunami akibat gempa bumi dan longsor bawah laut.
Baca juga: Hujan dan angin kecang akibatkan banjir dan pohon tumbang di Ambon
Edukasi mitigasi bencana alam gempa bumi dan tsunami merupakan upaya persiapan untuk mencegah risiko kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa, apabila terjadi gempa kuat dan membangkitkan tsunami dengan skenario terburuk.
Beberapa hal yang wajib diperhatikan untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi tsunami yakni mencari info jalur evakuasi dan tempat aman, mengetahui info siaga bencana setempat saat liburan ke pantai, latihan evakuasi di berbagai kondisi, mencari tahu cara menyelamatkan hewan peliharaan. Kemudian mengetahui peralatan peringatan dini setempat mengenali bunyi atau atau tanda peringatan dini tsunami, bersama-sama membangun dinding penahan gelombang tsunami, menanam tanaman bakau di sepanjang garis pantai.
Pihaknya berharap pertemuan dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon dan pemangku kepentingan lainnya akan memperkaya pemenuhan data terhadap mitigasi bencana tsunami yang dapat dimiliki oleh pemerintah dan masyarakat lewat proyek ini.
Baca juga: Bencana longsor di liloboy tidak timbulkan korban jiwa
Penjabat (Pj) Wali Kota Ambon, Dominggus N Kaya mengatakan Satreps merupakan proyek kerja sama antara Jepang dan Indonesia melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan universitas di kedua negara yang terfokus pada mitigasi bencana tsunami.
"Kami berjumpa dengan tim peneliti dari universitas di Jepang dan Indonesia, diantaranya Universitas Tohuku, Universitas Pattimura, dan Syah kuala, juga lembaga JICA, BRIN, yang telah melaksanakan kegiatan edukasi mitigasi bencana di Ambon, " katanya di Ambon, Selasa.
Ia mengatakan kehadiran tim untuk mengembangkan kerja sama dengan mitra di Kota Ambon yakni pemerintah dan lembaga masyarakat lainnya terkait edukasi bencana.
Baca juga: Peneliti BRIN sebut pentingnya pengetahuan terkait gempa bumi
"Mereka juga memasang CCTV untuk memantau perkembangan tsunami yang ditempatkan di kantor BMKG di Tanjung Latuhalat Kota Ambon guna peringatan dini," katanya.
Selaku pemerintah, pihaknya memberikan apresiasi terkait sejumlah kegiatan yang dilaksanakan dalam program kerja sama dua negara ini. "Diharapkan dari kegiatan yang dilakukan berbagi pengalaman pengetahuan dan edukasi, kita dapat terselamatkan dari bencana," katanya.
Kepala Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh mengakui Ambon menjadi salah satu lokasi kajian dari tim peneliti, selain Bali dan Ibukota Nusantara (IKN).
Ambon dipilih, kata dia, karena pertimbangan BNPB, dengan potensi bencana yang terjadi yakni tsunami akibat gempa bumi dan longsor bawah laut.
Baca juga: Hujan dan angin kecang akibatkan banjir dan pohon tumbang di Ambon
Edukasi mitigasi bencana alam gempa bumi dan tsunami merupakan upaya persiapan untuk mencegah risiko kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa, apabila terjadi gempa kuat dan membangkitkan tsunami dengan skenario terburuk.
Beberapa hal yang wajib diperhatikan untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi tsunami yakni mencari info jalur evakuasi dan tempat aman, mengetahui info siaga bencana setempat saat liburan ke pantai, latihan evakuasi di berbagai kondisi, mencari tahu cara menyelamatkan hewan peliharaan. Kemudian mengetahui peralatan peringatan dini setempat mengenali bunyi atau atau tanda peringatan dini tsunami, bersama-sama membangun dinding penahan gelombang tsunami, menanam tanaman bakau di sepanjang garis pantai.
Pihaknya berharap pertemuan dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon dan pemangku kepentingan lainnya akan memperkaya pemenuhan data terhadap mitigasi bencana tsunami yang dapat dimiliki oleh pemerintah dan masyarakat lewat proyek ini.
Baca juga: Bencana longsor di liloboy tidak timbulkan korban jiwa
Pewarta: Penina Fiolana Mayaut
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024
Tags: