Menteri Rosan: Indonesia punya potensi EBT besar untuk dikembangkan
17 September 2024 18:36 WIB
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Rosan Roeslani ditemui usai menghadiri Leaders Forum: Menuju Indonesia Hijau di Hotel St. Regis, Jakarta, Selasa (17/9/2024). (ANTARA/Maria Cicilia Galuh)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Rosan Roeslani menyebut Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang sangat besar yang masih bisa untuk dikembangkan.
Rosan menyebut potensi energi terbarukan ini mencapai 3.677 gigawatt yang berasal dari tenaga surya, angin, air, arus laut, biomassa, panas bumi dan lainnya.
"Kita punya potensi yang lebih, kita punya potensi yang sangat besar, sekarang bagaimana kita meng-utilisasi," ujar Rosan di Jakarta, Selasa.
Untuk industri baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), kata Rosan, saat ini menjadi nomor satu terbesar di dunia. Hal ini akan semakin diperkuat dengan banyaknya negara-negara yang mulai beralih ke kendaraan listrik.
Menurut Rosan, potensi dari industri ini masih bisa untuk terus dikembangkan dengan memberikan kebijakan yang efektif dan efisien.
"Banyak kita di negara-negara besar itu sudah menyampaikan bahwa pada 2030 tidak akan mempergunakan kendaraan berbasis fosil. Jadi arahnya sudah ke situ, di mana seperti itu kita punya potensi yang lebih," katanya.
Lebih lanjut, potensi yang besar ini disebut Rosan juga dapat mendorong terwujudnya cita-cita net zero emission atau nol emisi karbon pada 2060.
Namun demikian, Rosan menilai bahwa target penurunan emisi karbon berjalan cukup lambat.
Saat ini, energi baru terbarukan yang digunakan di Indonesia baru mencapai 14 persen, sedangkan target 2025 seharusnya bisa 23 persen.
"Jadi kita memang ketinggalan dari target-target kita," ucapnya.
Baca juga: PLN optimalkan pembangkit EBT lewat Nusantara Control Center
Baca juga: PLN dan perusahaan Jerman jajaki kerja sama infrastruktur EBT di RI
Rosan menyebut potensi energi terbarukan ini mencapai 3.677 gigawatt yang berasal dari tenaga surya, angin, air, arus laut, biomassa, panas bumi dan lainnya.
"Kita punya potensi yang lebih, kita punya potensi yang sangat besar, sekarang bagaimana kita meng-utilisasi," ujar Rosan di Jakarta, Selasa.
Untuk industri baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), kata Rosan, saat ini menjadi nomor satu terbesar di dunia. Hal ini akan semakin diperkuat dengan banyaknya negara-negara yang mulai beralih ke kendaraan listrik.
Menurut Rosan, potensi dari industri ini masih bisa untuk terus dikembangkan dengan memberikan kebijakan yang efektif dan efisien.
"Banyak kita di negara-negara besar itu sudah menyampaikan bahwa pada 2030 tidak akan mempergunakan kendaraan berbasis fosil. Jadi arahnya sudah ke situ, di mana seperti itu kita punya potensi yang lebih," katanya.
Lebih lanjut, potensi yang besar ini disebut Rosan juga dapat mendorong terwujudnya cita-cita net zero emission atau nol emisi karbon pada 2060.
Namun demikian, Rosan menilai bahwa target penurunan emisi karbon berjalan cukup lambat.
Saat ini, energi baru terbarukan yang digunakan di Indonesia baru mencapai 14 persen, sedangkan target 2025 seharusnya bisa 23 persen.
"Jadi kita memang ketinggalan dari target-target kita," ucapnya.
Baca juga: PLN optimalkan pembangkit EBT lewat Nusantara Control Center
Baca juga: PLN dan perusahaan Jerman jajaki kerja sama infrastruktur EBT di RI
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024
Tags: