Perkembangan motorik anak bisa diasah di rumah
17 September 2024 17:24 WIB
Sejumlah anak dari Komunitas Balance Bike Bekasi berlatih sepeda tanpa pedal dalam semangat kemerdekaan, di Lapangan Decathlon, Summarecon, Bekasi, Minggu (18/8/2019). Sepeda tanpa pedal dengan slogan 'no pedal no worries' dapat melatih motorik dan sensorik anak usia dini. ANTARA/Rangga Pandu Asmara Jingga/aa
Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Unit Kerja Koordinasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Amanda Soebadi mengatakan perkembangan motorik anak bisa diasah di rumah, tidak melulu harus mengikuti program khusus.
Dokter anak konsultan neurologi dr. Amanda Soebadi, Sp.A(K), M.Med (ClinNeurophysiol) saat diskusi daring yang diikuti dari Jakarta, Selasa, mengatakan stimulasi untuk perkembangan motorik anak yang optimal bukan sesuatu yang mewah dan mahal.
"Bisa di rumah, berikan anak kesempatan untuk eksplorasi lingkungan," kata Amanda.
Stimulasi perkembangan motorik bisa dilakukan dengan mengajak anak bermain, apakah sambil duduk atau tengkurap, sesuai dengan usia dan perkembangan yang sudah dicapai anak.
Baca juga: Dokter spesialis anak ingatkan gizi seimbang demi perkembangan motorik
Baca juga: Indonesia kaya dengan permainan tradisional, latih motorik anak
"Berikan pengalaman sensoris yang beraneka ragam," kata Amanda.
Amanda juga mengingatkan jika mengajak anak beraktivitas motorik menggunakan kursi bersabuk, posisi yang disarankan adalah maksimal 2 jam dalam satu hari.
Baby gym atau gymnasium khusus bayi dan balita, kata Amanda menjelaskan, adalah salah satu pilihan stimulasi, namun, tidak harus.
Jika orang tua mampu dan anak senang mengikuti program tersebut, maka silakan fasilitasi anak dengan baby gym. Baby gym biasanya diikuti oleh bayi berusia 6 bulan hingga 2 tahun.
Amanda mengingatkan orang tua bahwa pada rentang usia tersebut, pada umumnya anak bermain sendiri. Dia belum berada pada fase main bersama teman.
Jika anak terlihat tidak senang berada di tempat yang mengharuskan dia bermain bersama, Amanda mengingatkan hal itu adalah lumrah.
Orang tua, kata Amanda, wajib memahami tahapan perkembangan motorik anak supaya anak bisa mendapatkan perawatan atau intervensi jika terjadi keterlambatan. Dia mengatakan perkembangan motorik yang paling mudah diamati adalah motorik kasar, yang melibatkan otot besar.
Menurut penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rerata bayi berusia 4 bulan bisa mengangkat kepala sendiri, tengkurap tanpa bantuan pada usia 6 bulan, dan duduk sendiri pada usia 6-7 bulan.
Pada usia 7-8 bulan, bayi bisa berdiri sambil berpegangan pada benda sekitar. Kemudian pada usia 8-9 bulan dia mulai merangkak, berjalan sambil berpegangan (9 bulan) dan mulai berjalan sendiri pada usia 12-16 bulan.
Baca juga: Epilepsi dapat mengganggu perkembangan otak dan motorik kasar anak
Baca juga: Dokter tak sarankan anak belajar berjalan di usia 7 bulan
Baca juga: Orangtua harus peka terhadap perkembangan sosial emosional anak
Dokter anak konsultan neurologi dr. Amanda Soebadi, Sp.A(K), M.Med (ClinNeurophysiol) saat diskusi daring yang diikuti dari Jakarta, Selasa, mengatakan stimulasi untuk perkembangan motorik anak yang optimal bukan sesuatu yang mewah dan mahal.
"Bisa di rumah, berikan anak kesempatan untuk eksplorasi lingkungan," kata Amanda.
Stimulasi perkembangan motorik bisa dilakukan dengan mengajak anak bermain, apakah sambil duduk atau tengkurap, sesuai dengan usia dan perkembangan yang sudah dicapai anak.
Baca juga: Dokter spesialis anak ingatkan gizi seimbang demi perkembangan motorik
Baca juga: Indonesia kaya dengan permainan tradisional, latih motorik anak
"Berikan pengalaman sensoris yang beraneka ragam," kata Amanda.
Amanda juga mengingatkan jika mengajak anak beraktivitas motorik menggunakan kursi bersabuk, posisi yang disarankan adalah maksimal 2 jam dalam satu hari.
Baby gym atau gymnasium khusus bayi dan balita, kata Amanda menjelaskan, adalah salah satu pilihan stimulasi, namun, tidak harus.
Jika orang tua mampu dan anak senang mengikuti program tersebut, maka silakan fasilitasi anak dengan baby gym. Baby gym biasanya diikuti oleh bayi berusia 6 bulan hingga 2 tahun.
Amanda mengingatkan orang tua bahwa pada rentang usia tersebut, pada umumnya anak bermain sendiri. Dia belum berada pada fase main bersama teman.
Jika anak terlihat tidak senang berada di tempat yang mengharuskan dia bermain bersama, Amanda mengingatkan hal itu adalah lumrah.
Orang tua, kata Amanda, wajib memahami tahapan perkembangan motorik anak supaya anak bisa mendapatkan perawatan atau intervensi jika terjadi keterlambatan. Dia mengatakan perkembangan motorik yang paling mudah diamati adalah motorik kasar, yang melibatkan otot besar.
Menurut penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rerata bayi berusia 4 bulan bisa mengangkat kepala sendiri, tengkurap tanpa bantuan pada usia 6 bulan, dan duduk sendiri pada usia 6-7 bulan.
Pada usia 7-8 bulan, bayi bisa berdiri sambil berpegangan pada benda sekitar. Kemudian pada usia 8-9 bulan dia mulai merangkak, berjalan sambil berpegangan (9 bulan) dan mulai berjalan sendiri pada usia 12-16 bulan.
Baca juga: Epilepsi dapat mengganggu perkembangan otak dan motorik kasar anak
Baca juga: Dokter tak sarankan anak belajar berjalan di usia 7 bulan
Baca juga: Orangtua harus peka terhadap perkembangan sosial emosional anak
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024
Tags: