Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) meyakini bahwa pompanisasi dan skema pengelolaan lahan pertanian yang semula dikelola keluarga menjadi korporasi, menjadi solusi strategis guna mencapai swasembada pangan, serta menempatkan Indonesia sebagai pemain utama di pasar pangan global. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa mengatakan, pihaknya terus mendorong transformasi sektor pertanian di Indonesia melalui pembangunan korporasi pertanian dengan pendekatan kluster dan pemanfaatan teknologi modern, serta pompanisasi, mengingat kedua hal tersebut bisa memacu produktivitas dan daya saing industri pangan domestik.

Menurut dia saat berkunjung ke pertanian Brantley Farming Co di Arkansas, Amerika Serikat, rancangan pertanian korporasi dan pompanisasi yang dilakukan pihaknya sejalan dengan konsep pengelolaan lahan pertanian di AS.

Dirinya menyampaikan, ciri khas dari pertanian korporasi Brantley Farming Co di Arkansas salah satunya, yakni adanya investasi bersama dalam kelompok untuk mengintegrasikan teknologi pertanian presisi (precision agriculture), sehingga dapat mengoptimalkan proses tanam, irigasi, serta aplikasi pestisida dan pupuk.

Selain itu, otomatisasi dalam penanaman, penyemprotan, serta panen juga telah mampu menekan kebutuhan tenaga kerja dan biaya produksi secara signifikan.

Lebih lanjut, analisis berbasis big data digunakan untuk manajemen tanah, prediksi hasil panen, dan pemantauan efektivitas input produksi seperti varietas bibit padi unggul. Konsep ini juga mengadopsi integrasi vertikal, menggabungkan usaha budidaya dengan pengolahan dan pemasaran, termasuk ekspor.

Amran menyampaikan, di Indonesia Kementerian Pertanian telah mulai mengimplementasikan konsep korporasi dengan cara membangun lahan pertanian baru seluas 3 juta hektare melalui optimalisasi lahan suboptimal, termasuk lahan rawa di Merauke, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah.

Sementara untuk pompanisasi yang tengah dijalankan oleh pihaknya turut selaras dengan konsep modernisasi di wilayah Amerika Serikat tersebut, serta telah terbukti mampu meningkatkan produktivitas hasil pertanian dalam negeri di tengah El nino.

Menurut dia, berdasarkan data Kerangka Sampling Area (KSA) yang diterbitkan BPS, proyeksi produksi beras pada bulan Agustus sebesar 2,84 juta ton, September 2,87 juta ton, dan Oktober 2,59 juta ton. Hal tersebut jauh lebih besar dari produksi beras dalam lima tahun terakhir di bulan yang sama.


Baca juga: Mentan: Mitigasi risiko kemarau panjang dengan pompanisasi
Baca juga: Mentan komparasi swasembada pangan pada era Jokowi dan era Soeharto
Baca juga: Wamentan optimistis pertanian Indonesia siap capai swasembada beras