Artikel
Optimalisasi pemasaran digital bagi UMKM
Oleh Sugiharto Purnama
16 September 2024 18:21 WIB
Penjual menunjukkan perhiasan dari mutiara yang dipamerkan dalam acara pengabdian masyarakat internasional bertajuk UMKM Inovatif Menuju Pemasaran Digital di Aula KPPN Mataram, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat (13/9/2024). ANTARA/Sugiharto Purnama
Mataram (ANTARA) - Kehadiran internet yang dikemas melalui pemasaran digital membuat usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kini bisa bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar. Kreativitas dan inovasi menjadi kunci keberhasilan dalam meraup ceruk pasar.
Data yang dihimpun Statista menyebutkan ada 5,45 miliar pengguna internet di seluruh dunia yang setara dengan 67,1 persen populasi global pada Juli 2024. Dari jumlah itu terdapat sebanyak 5,17 miliar atau setara 63,7 persen adalah pengguna media sosial.
Statistik itu memperlihatkan kekuatan internet dan sosial media dengan basis pengguna yang sangat besar sehingga sangat potensial untuk mendongkrak pemasaran produk-produk UMKM.
Pakar Administrasi Publik Universitas Gachon Korea Selatan, Jin Kwang So, adanya internet dan media sosial mengharuskan UMKM untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan agar dapat mengoptimalkan kegiatan pemasaran digital.
"Kumpulkan banyak informasi mengenai produk Anda, lalu desain produk Anda, dan Anda bisa memasarkan produk tersebut ke warga dunia," ujarnya kepada ANTARA saat ditemui dalam acara pengabdian masyarakat internasional bertajuk "UMKM Inovatif Menuju Pemasaran Digital" di Aula KPPN Mataram, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada 13 September 2024.
Pemasaran digital adalah strategi memasarkan produk yang bertumpu kepada media digital berbasis internet, seperti situs, media sosial, ataupun televisi aliran langsung melalui saluran berbagai video. Internet telah memperluas jaringan pemasaran UMKM tidak hanya skala lokal, tetapi juga global dengan sangat efektif dan efisien.
Metode pemasaran digital kini lebih diminati ketimbang pemasaran konvensional atau tradisional karena persentase profit yang dihasilkan cenderung lebih tinggi. UMKM kian mudah menggenggam pasar berkat kemudahan interaksi antara pelaku usaha dengan calon pembeli atau pembeli.
Peluang
Angka penetrasi internet Indonesia terus bertambah dalam kurun waktu enam tahun terakhir. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat angka penetrasi internet hanya sebesar 64,8 persen pada tahun 2018, lalu melesat menjadi 79,5 persen pada tahun 2024.
Jumlah pengguna internet Indonesia tahun ini menembus 221,56 juta jiwa dari total populasi 278,69 juta jiwa penduduk pada tahun 2023. Populasi pengguna internet yang sangat besar itu menjadi peluang bagi UMKM untuk melakukan pemasaran produk secara digital.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan pemanfaatan internet sebagai media komunikasi telah menumbuhkan wadah niaga elektronik dan transaksi daring.
UMKM bisa menjangkau konsumen secara lebih mudah dan memperluas cakupan bisnis. Konsumen tidak perlu lagi pergi ke toko untuk membeli suatu produk, cukup dengan memakai ponsel pintar atau komputer, maka mereka sudah bisa berbelanja.
Bahkan wadah niaga elektronik, seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak, dan Lazada kini menyediakan ruang bagi para pelaku UMKM untuk memasarkan berbagai produk. Konsumen bisa memberikan umpan balik secara lebih interaktif.
Perajin kain tenun khas Bima bernama Nita Setiawati (32 tahun) yang bernaung di bawah UMKM Dina mengungkapkan metode pemasaran digital kain tenun melalui media sosial Facebook mampu menarik minat konsumen luar negeri untuk berbelanja produk tenun.
Meski rumah produksinya berada di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, produk tenun yang dipasarkan melalui internet dan media sosial tersebut mampu menjangkau pembeli yang berada di luar Indonesia dengan lebih mudah.
Kantor Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Nusa Tenggara Barat melihat kemampuan generasi muda dalam mengelola UMKM dengan memanfaatkan keunggulan internet dan sosial media membuat bisnis yang digeluti kian bertumbuh besar.
Ketika era pandemi virus Corona merebak--yang berlangsung sejak tahun 2019 sampai 2022 membatasi jarak fisik setiap orang--pemasaran digital membawa angin baru bagi dunia bisnis terutama UMKM dan menjadi tren yang terus berlanjut hingga sekarang.
Pakar administrasi bisnis Universitas Telkom Aditya Wardhana mengungkapkan implementasi pemasaran digital berdampak hingga 78 persen terhadap keunggulan bersaing UMKM dalam memasarkan produk.
Kehadiran internet memungkinkan para pelaku UMKM untuk memasarkan produk secara daring, bahkan melakukan transaksi pembayaran melalui sistem perbankan yang juga secara daring. Strategi pemasaran digital mampu memberikan dampak sosial yang besar bagi para pelaku usaha, mereka dapat mengamati reaksi konsumen secara lebih mudah.
Tantangan
UMKM memiliki peran yang sangat besar bagi pertumbuhan perekonomian nasional. Ketika roda ekonomi bergerak melambat saat terjadi krisis moneter tahun 1998 dan pandemi COVID-19 pada tahun 2019 sampai 2022, UMKM menunjukkan ketahanannya menghadapi badai tersebut dan muncul sebagai lokomotif pendorong ekonomi nasional.
Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mengungkapkan jumlah pelaku UMKM di Indonesia mencapai 66 juta pada tahun 2023. UMKM memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan domestik bruto dan lapangan kerja pada skala nasional maupun lokal.
Kontribusi UMKM mencapai 61 persen dari pertumbuhan domestik bruto yang setara Rp9.580 triliun dan mampu menyerap 117 juta pekerja atau 97 persen dari total tenaga kerja.
Walau sangat kuat dalam menggerakkan perekonomian nasional, UMKM masih memiliki banyak tantangan terutama dari aspek literasi digital. Gagap teknologi hingga blank spot area menjadi tantangan serius yang menghambat implementasi pemasaran digital, sehingga perlu dukungan penuh dari berbagai pemangku kepentingan.
Banyak UMKM membangun rumah produksi yang dekat dengan sumber bahan baku untuk mengurangi biaya produksi. Tak jarang UMKM berada di wilayah perdesaan yang belum terjangkau internet sehingga mereka harus memasarkan secara konvensional atau menjualnya kepada tengkulak. Potret itu mudah ditemukan terutama UMKM yang bergerak di bidang usaha kerajinan tangan.
Data Kementerian Koperasi dan UKM menyebutkan, dari 66 juta pelaku UMKM di Indonesia pada tahun 2023, jumlah UMKM yang masuk ke dalam ekosistem digital baru sebanyak 24 juta atau hanya sekitar 36,3 persen. Ini tentu angka yang masih terbilang sedikit dan harus terus ditingkatkan dari waktu ke waktu.
Di tengah berbagai kemudahan yang ditawarkan internet dan sosial media, harus diakui UMKM di Indonesia tidak sampai separuh yang melek digital. Bila seluruh UMKM di negeri ini mampu memanfaatkan internet dan media sosial dengan sangat baik, maka bukan hal yang mustahil kontribusi UMKM bisa mencapai Rp3.000 triliun dari produk domestik bruto.
Direktur Politeknik Keuangan Negara STAN Evy Mulyani mengajak UMKM dapat memanfaatkan kesempatan menggunakan teknologi digital yang kini sudah sangat maju. UMKM mesti mempunyai kapasitas mumpuni untuk bisa memasarkan produk secara digital.
Komposisi Generasi Z--yang merupakan mayoritas pengguna terbesar internet dan sosial media saat ini--punya kebiasaan untuk mendapatkan produk hanya dengan sentuhan jari pada layar ponsel pintar. Oleh karena itu, UMKM harus bisa mengambil peluang dan mengoptimalkan pemasaran digital.
Setiap institusi baik itu kementerian/lembaga, sektor swasta, maupun lembaga swadaya masyarakat harus terus menggencarkan pelatihan dan bimbingan teknis kepada UMKM agar para wirausahawan bisa menguasai ilmu mengelola pemasaran digital. Sinergi dapat membawa percepatan mencapai peningkatan omset UMKM guna menuju Indonesia Emas 2045.
Data yang dihimpun Statista menyebutkan ada 5,45 miliar pengguna internet di seluruh dunia yang setara dengan 67,1 persen populasi global pada Juli 2024. Dari jumlah itu terdapat sebanyak 5,17 miliar atau setara 63,7 persen adalah pengguna media sosial.
Statistik itu memperlihatkan kekuatan internet dan sosial media dengan basis pengguna yang sangat besar sehingga sangat potensial untuk mendongkrak pemasaran produk-produk UMKM.
Pakar Administrasi Publik Universitas Gachon Korea Selatan, Jin Kwang So, adanya internet dan media sosial mengharuskan UMKM untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan agar dapat mengoptimalkan kegiatan pemasaran digital.
"Kumpulkan banyak informasi mengenai produk Anda, lalu desain produk Anda, dan Anda bisa memasarkan produk tersebut ke warga dunia," ujarnya kepada ANTARA saat ditemui dalam acara pengabdian masyarakat internasional bertajuk "UMKM Inovatif Menuju Pemasaran Digital" di Aula KPPN Mataram, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada 13 September 2024.
Pemasaran digital adalah strategi memasarkan produk yang bertumpu kepada media digital berbasis internet, seperti situs, media sosial, ataupun televisi aliran langsung melalui saluran berbagai video. Internet telah memperluas jaringan pemasaran UMKM tidak hanya skala lokal, tetapi juga global dengan sangat efektif dan efisien.
Metode pemasaran digital kini lebih diminati ketimbang pemasaran konvensional atau tradisional karena persentase profit yang dihasilkan cenderung lebih tinggi. UMKM kian mudah menggenggam pasar berkat kemudahan interaksi antara pelaku usaha dengan calon pembeli atau pembeli.
Peluang
Angka penetrasi internet Indonesia terus bertambah dalam kurun waktu enam tahun terakhir. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat angka penetrasi internet hanya sebesar 64,8 persen pada tahun 2018, lalu melesat menjadi 79,5 persen pada tahun 2024.
Jumlah pengguna internet Indonesia tahun ini menembus 221,56 juta jiwa dari total populasi 278,69 juta jiwa penduduk pada tahun 2023. Populasi pengguna internet yang sangat besar itu menjadi peluang bagi UMKM untuk melakukan pemasaran produk secara digital.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan pemanfaatan internet sebagai media komunikasi telah menumbuhkan wadah niaga elektronik dan transaksi daring.
UMKM bisa menjangkau konsumen secara lebih mudah dan memperluas cakupan bisnis. Konsumen tidak perlu lagi pergi ke toko untuk membeli suatu produk, cukup dengan memakai ponsel pintar atau komputer, maka mereka sudah bisa berbelanja.
Bahkan wadah niaga elektronik, seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak, dan Lazada kini menyediakan ruang bagi para pelaku UMKM untuk memasarkan berbagai produk. Konsumen bisa memberikan umpan balik secara lebih interaktif.
Perajin kain tenun khas Bima bernama Nita Setiawati (32 tahun) yang bernaung di bawah UMKM Dina mengungkapkan metode pemasaran digital kain tenun melalui media sosial Facebook mampu menarik minat konsumen luar negeri untuk berbelanja produk tenun.
Meski rumah produksinya berada di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, produk tenun yang dipasarkan melalui internet dan media sosial tersebut mampu menjangkau pembeli yang berada di luar Indonesia dengan lebih mudah.
Kantor Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Nusa Tenggara Barat melihat kemampuan generasi muda dalam mengelola UMKM dengan memanfaatkan keunggulan internet dan sosial media membuat bisnis yang digeluti kian bertumbuh besar.
Ketika era pandemi virus Corona merebak--yang berlangsung sejak tahun 2019 sampai 2022 membatasi jarak fisik setiap orang--pemasaran digital membawa angin baru bagi dunia bisnis terutama UMKM dan menjadi tren yang terus berlanjut hingga sekarang.
Pakar administrasi bisnis Universitas Telkom Aditya Wardhana mengungkapkan implementasi pemasaran digital berdampak hingga 78 persen terhadap keunggulan bersaing UMKM dalam memasarkan produk.
Kehadiran internet memungkinkan para pelaku UMKM untuk memasarkan produk secara daring, bahkan melakukan transaksi pembayaran melalui sistem perbankan yang juga secara daring. Strategi pemasaran digital mampu memberikan dampak sosial yang besar bagi para pelaku usaha, mereka dapat mengamati reaksi konsumen secara lebih mudah.
Tantangan
UMKM memiliki peran yang sangat besar bagi pertumbuhan perekonomian nasional. Ketika roda ekonomi bergerak melambat saat terjadi krisis moneter tahun 1998 dan pandemi COVID-19 pada tahun 2019 sampai 2022, UMKM menunjukkan ketahanannya menghadapi badai tersebut dan muncul sebagai lokomotif pendorong ekonomi nasional.
Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mengungkapkan jumlah pelaku UMKM di Indonesia mencapai 66 juta pada tahun 2023. UMKM memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan domestik bruto dan lapangan kerja pada skala nasional maupun lokal.
Kontribusi UMKM mencapai 61 persen dari pertumbuhan domestik bruto yang setara Rp9.580 triliun dan mampu menyerap 117 juta pekerja atau 97 persen dari total tenaga kerja.
Walau sangat kuat dalam menggerakkan perekonomian nasional, UMKM masih memiliki banyak tantangan terutama dari aspek literasi digital. Gagap teknologi hingga blank spot area menjadi tantangan serius yang menghambat implementasi pemasaran digital, sehingga perlu dukungan penuh dari berbagai pemangku kepentingan.
Banyak UMKM membangun rumah produksi yang dekat dengan sumber bahan baku untuk mengurangi biaya produksi. Tak jarang UMKM berada di wilayah perdesaan yang belum terjangkau internet sehingga mereka harus memasarkan secara konvensional atau menjualnya kepada tengkulak. Potret itu mudah ditemukan terutama UMKM yang bergerak di bidang usaha kerajinan tangan.
Data Kementerian Koperasi dan UKM menyebutkan, dari 66 juta pelaku UMKM di Indonesia pada tahun 2023, jumlah UMKM yang masuk ke dalam ekosistem digital baru sebanyak 24 juta atau hanya sekitar 36,3 persen. Ini tentu angka yang masih terbilang sedikit dan harus terus ditingkatkan dari waktu ke waktu.
Di tengah berbagai kemudahan yang ditawarkan internet dan sosial media, harus diakui UMKM di Indonesia tidak sampai separuh yang melek digital. Bila seluruh UMKM di negeri ini mampu memanfaatkan internet dan media sosial dengan sangat baik, maka bukan hal yang mustahil kontribusi UMKM bisa mencapai Rp3.000 triliun dari produk domestik bruto.
Direktur Politeknik Keuangan Negara STAN Evy Mulyani mengajak UMKM dapat memanfaatkan kesempatan menggunakan teknologi digital yang kini sudah sangat maju. UMKM mesti mempunyai kapasitas mumpuni untuk bisa memasarkan produk secara digital.
Komposisi Generasi Z--yang merupakan mayoritas pengguna terbesar internet dan sosial media saat ini--punya kebiasaan untuk mendapatkan produk hanya dengan sentuhan jari pada layar ponsel pintar. Oleh karena itu, UMKM harus bisa mengambil peluang dan mengoptimalkan pemasaran digital.
Setiap institusi baik itu kementerian/lembaga, sektor swasta, maupun lembaga swadaya masyarakat harus terus menggencarkan pelatihan dan bimbingan teknis kepada UMKM agar para wirausahawan bisa menguasai ilmu mengelola pemasaran digital. Sinergi dapat membawa percepatan mencapai peningkatan omset UMKM guna menuju Indonesia Emas 2045.
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Tags: