Baghdad (ANTARA News) - Sedikitnya 16 warga sipil dan puluhan gerilyawan tewas pada Jumat ketika pasukan pemerintah menyerang Kota Fallujah, yang telah dikuasai selama berbulan-bulan oleh pemberontak.

Operasi yang berlangsung itu dilakukan oleh prajurit Angkatan Darat Irak, pasukan anti-teror dan pasukan Kementerian Dalam Negeri, melalui kerja sama dengan para tetua suku di Provinsi Anbar, kata Kementerian Pertahanan Irak di dalam pernyataan seperti dikutip Xinhua.

Puluhan anggota Negara Islam irak dan Levant (ISIL), cabang Al Qaida di irak, tewas dalam beberapa operasi yang ditujukan untuk mengusir gerilyawan dari Fallujah, kata pernyataan tersebut.

Satu sumber polisi mengatakan pasukan Irak melancarkan serangan di sekitar Fallujah dari semua empat arah dengan melibatkan pemboman gencar terhadap beberapa daerah tempat gerilyawan diduga beroperasi.

Pemboman itu mengakibatkan kerugian harta benda pada sejumlah rumah, termasuk Masjid Al-Kulafa di bagian tengah Fallujah, kata sumber itu.

Baku-tembak juga meletus sekitar pukul 03.00 waktu setempat (07.00 WIB) di kota itu dan dan sekitarnya, yang mayoritas penduduknya pemeluk Sunni, dan berlangsung selama beberapa jam, kata seorang pemimin suku.

Sembilan orang lagi cedera dalam bentrokan bersenjata tersebut dan serangan bom.

Dalam satu tanda kemajuan milisi anti-pemerintah dan lemahnya pasukan keamanan, seluruh Fallujah dan beberapa bagian Ibu Kota Provinsi Anbar, Ramadi, lebih jauh ke barat, berada di luar kekuasaan pemerintah sejak awal Januari.

Krisis di Provinsi Gurun, Anbar, itu, yang terletak di perbatasan dengan Suriah --yang dilanda konflik, meletus akhir Desember, ketika pasukan keamanan membongkar kamp pemrotes Arab Suni anti-pemerintah Irak, persis di dekat Ramadi.

Pertumpahan darah tersebut terjadi saat penghitungan suara pemilu pada 30 April, yang pertama sejak pasukan Amerika Serikat ditarik pada akhir 2011, dan di tengah ketegangan yang berlarut-larut di negara itu.

(Uu.C003)