Ia membeberkan, prestasi ini untuk ibunya dan berharap orang yang telah melahirkannya itu bisa senang dan bersemangat untuk sembuh dari penyakit gangguan saraf.
"Saya juga ingin menggunakan bonus hadiah yang didapatkan untuk membawa ibu saya berobat ke rumah sakit yang lebih baik, sehingga bisa cepat sembuh," kata Wahyudi usai memastikan diri menyabet emas di Stadion Madya Atletik Sumut Sport Center, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Sabtu.
Lebih lanjut dia membeberkan, ibunya yang berada di Kota Padang, Sumatera Barat sakit pada dua bulan, saat Wahyudi mengikuti pemusatan latihan (TC).
Baca juga: Atletik - DKI Jakarta kawinkan emas 1.500 meter putra dan putri
Oleh sebab itu, dia berharap akan mendapatkan tempat untuk mengikuti pemusatan latihan nasional, dalam rangka membela Indonesia di kancah internasional.
"Saya setelah PON 2016 absen dan masuk TNI, dan baru memulai latihan lagi pada 2022," ujar dia.
Dalam perlombaan final 1.500 meter PON XXI, Wahyudi berhasil membukukan 3 menit 50,2 detik.
Pencapaian itu telah memecahkan rekor PON yang bertahan hampir 31 tahun atau sejak 9 Desember 1993, milik Julius Leuwol asal Maluku.
Pada PON XIII Jakarta 1993, atlet asal Maluku mencatatkan waktu 3 menit 51,93 detik.
Namun, untuk rekor nasional, Wahyudi yang berumur 26 tahun belum mampu memecahkan rekor yang juga dimiliki oleh Julius.
Atlet asal Indonesia wilayah Timur itu membukukan waktu 3 menit 46,21 detik.
Sementara itu, final nomor 1.500 meter putra diikuti oleh 11 peserta.
Baca juga: Raih emas PON, Sri berhasrat bela atletik Indonesia di pentas dunia
Baca juga: Sumut tambah emas dari lempar cakram putra di PON 2024
Baca juga: Atletik - Sumsel rebut emas 400 meter putri lewat kaki anggota TNI