Indonesia berpotensi mendominasi pasar global lewat hilirisasi nikel
13 September 2024 21:36 WIB
General Manager Permitting and Compliance PT Merdeka Copper Gold Muhammad Toha dalam Media Gathering, di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (13/9/2024). ANTARA/Astrid Faidlatul Habibah
Surabaya (ANTARA) - General Manager Permitting and Compliance PT Merdeka Copper Gold Muhammad Toha menyatakan Indonesia dinilai mampu mendominasi pasar global asalkan melakukan upaya hilirisasi nikel.
“Siapa yang menguasai sumber daya alam yang strategis, termasuk nikel, itu akan mampu menguasai pasar global,” katanya dalam Media Gathering, di Surabaya, Jawa Timur, Jumat.
Toha menyebutkan Indonesia sendiri memiliki cadangan dan sumber daya bijih nikel terbesar di dunia dengan porsi sebanyak 23,7 persen dari seluruh cadangan dunia dengan terbesar ada di Maluku dan Sulawesi.
Sementara itu, produksi penambangan bijih nikel di Indonesia mencapai 560.000 ton Ni (nikel) yang merupakan terbesar di dunia.
Pada sisi lain, Toha menuturkan Indonesia masih perlu upaya lebih dalam melakukan hilirisasi terhadap sumber daya nikel tersebut agar dapat memberi nilai tambah.
Menurutnya, sejauh ini Indonesia baru bisa melalukan hilirisasi nikel sampai ke tahap midstream atau tahap kedua dari empat tahap hilirisasi nikel yaitu upstream, midstream, downstream, dan end industry.
Ia mengatakan Jepang dapat menjadi sebuah negara yang sangat maju, karena negara tersebut mampu mengolah bahan baku mineral kritis seperti nikel menjadi produk mahal atau sampai tahap end industry.
Beberapa bentuk hilirisasi nikel yang sampai tahap end industry seperti peralatan industri berbasis nikel, peralatan rumah, peralatan medis, super electromotor, consumer electronics, jet engine, aeronautika, electric vehicle, dan power storage.
“Itu kenapa Jepang menjadi negara industri mengolah itu menjadi produk mahal,” ujar Toha pula.
Baca juga: Menko Marvest: Keputusan Jokowi larang ekspor nikel untuk hilirisasi
Baca juga: Mengangkat nilai ekonomi negara selatan global
“Siapa yang menguasai sumber daya alam yang strategis, termasuk nikel, itu akan mampu menguasai pasar global,” katanya dalam Media Gathering, di Surabaya, Jawa Timur, Jumat.
Toha menyebutkan Indonesia sendiri memiliki cadangan dan sumber daya bijih nikel terbesar di dunia dengan porsi sebanyak 23,7 persen dari seluruh cadangan dunia dengan terbesar ada di Maluku dan Sulawesi.
Sementara itu, produksi penambangan bijih nikel di Indonesia mencapai 560.000 ton Ni (nikel) yang merupakan terbesar di dunia.
Pada sisi lain, Toha menuturkan Indonesia masih perlu upaya lebih dalam melakukan hilirisasi terhadap sumber daya nikel tersebut agar dapat memberi nilai tambah.
Menurutnya, sejauh ini Indonesia baru bisa melalukan hilirisasi nikel sampai ke tahap midstream atau tahap kedua dari empat tahap hilirisasi nikel yaitu upstream, midstream, downstream, dan end industry.
Ia mengatakan Jepang dapat menjadi sebuah negara yang sangat maju, karena negara tersebut mampu mengolah bahan baku mineral kritis seperti nikel menjadi produk mahal atau sampai tahap end industry.
Beberapa bentuk hilirisasi nikel yang sampai tahap end industry seperti peralatan industri berbasis nikel, peralatan rumah, peralatan medis, super electromotor, consumer electronics, jet engine, aeronautika, electric vehicle, dan power storage.
“Itu kenapa Jepang menjadi negara industri mengolah itu menjadi produk mahal,” ujar Toha pula.
Baca juga: Menko Marvest: Keputusan Jokowi larang ekspor nikel untuk hilirisasi
Baca juga: Mengangkat nilai ekonomi negara selatan global
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024
Tags: