Artikel
Pembudi daya ikan putus ketergantungan pada pakan pabrik
Oleh Nyaman Bagus Purwaniawan
13 September 2024 17:29 WIB
Pembudi daya ikan air tawar Pokdakan Maju Berama Kelurahan Waru ,Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Pase Utara, Provinsi Kalimantan Timur, saat memberikan makan ikan peliharaan dengan pakan ikan buatan sendiri (ANTARA/Nyaman Bagus Purwaniawan)
Penajam Paser Utara (ANTARA) - Warga Kelurahan/Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, memiliki keinginan besar mendongkrak ekonomi warga setempat, antara lain melalui budi daya ikan air tawar.
Budi daya ikan dengan sistem keramba jaring apung dilakukan kelompok budi daya perikanan (pokdakan) air tawar, seperti lele, nila, dan gurami.
Pokdakan"Maju Bersama" di Kelurahan Waru yang beranggotakan 33 kepala keluarga (KK) di empat rukun tetangga (RT) di wilayah itu mulai melakukan budi daya ikan air tawar pada 2018.
Ketua pokdakan Joko Sudrajad bercerita, awal memulai budi daya ikan air tawar dengan modal ala kadarnya pada 2018, warga mengandalkan produksi ikan lele tersebut hanya mampu panen 10 kilogram dalam satu bulan.
Dengan ketekunan dan kerja keras, para anggota kelompok yang dinahkodai Joko Sudrajad, perlahan tumbuh berkembang, tahap demi tahap mampu meningkatkan hasil produksi yang bermuara pada bertambahnya pendapatan.
Kini, pokdakan itu tidak hanya melakukan budi daya pembesaran ikan, tetapi juga sudah merambah ke pembibitan benih ikan air tawar.
Pembibitan benih ikan yang sudah berjalan saat ini untuk bibit ikan nila dan sedang dilakukan persiapan untuk melakukan pembibitan benih ikan lele jenis Sangkuriang.
Dengan demikian, ke depan tidak bakal lagi membeli bibit ikan untuk dibudidayakan, dan benih ikan yang dikembangkan diharapkan juga bisa memenuhi kebutuhan bibit ikan pembudi daya ikan air tawar lainnya.
Dinas Perikanan Kabupaten Penajam Paser Utara memberikan dukungan terhadap pembudi daya ikan tawar terkait pengadaan mesin pembuat pakan ikan serta pelatihan pembuatan pakan ikan secara mandiri dan pemberian bibit unggul ikan.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Penajam Paser Utara Rozihan Asward menyatakan program peningkatan produksi yang dilakukan oleh dinas itu, antara lain pengembangan kampung budi daya sekaligus kelompok perikanan, pemanfaatan lahan pekarangan untuk budi daya, dan sistem budi daya dengan bioflok.
Kampung budi daya ikan air tawar ada di Desa Sebakung Jaya, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara, dengan 1.000 kolam, karena hampir semua warga desa itu memiliki kolam ikan di sekitar rumah.
Program lainnya yang dijalankan tahun ini adalah optimalisasi potensi lahan tambak sebagai upaya menambah jumlah produksi dan produktivitas ikan tambak.
Pemerintah daerah terus mendorong masyarakat untuk manfaatkan lahan potensial sebagai tambak dan kolam budi daya ikan air tawar. Dari potensi 1.200 hektare lahan, yang saat ini baru tergarap 450 hektare. Artinya pengembangan potensi ikan air tawar di daerah itu masih sangat luas.
Pada 2023, produksi ikan budi daya di Kabupaten Penajam Paser Utara mencapai lebih kurang 10.000 ton, dan tahun ini ditargetkan naik sekitar 20 persen.
Andalkan lele
Pokdakan di Kelurahan Waru terus mengembangkan budi daya ikan air tawar sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok dan masyarakat setempat dapat bersama-sama meningkatkan ekonomi melalui usaha budi daya tersebut.
Saat ini, pokdakan itu telah memiliki 35 keramba jaring apung yang terdiriatas keramba jaring apung ukuran 2x3 meter dan 2x4 meter.
Selain itu, mereka juga memiliki kolam terpal ukuran 2x3 meter untuk pembibitan benih ikan nila, untuk pemisahan ukuran bibit ikan dan penyesuaian benih ikan, sebelum ditebar di keramba jaring apung.
Dari 35 keramba jaring apung yang dimiliki itu, 19 keramba jaring apung ditebar benih ikan lele dan enam keramba jaring apung disemai bibit ikan nila.
Ada juga kolam tanah 2x4 meter dimiliki pokdakan itu khusus untuk produksi ikan gurami.
Masing-masing keramba jaring apung dan kolam tanah ditebar benih ikan lebih kurang 2.500 ekor, dengan masa panen setiap 10 hari untuk lele, 30 hari panen untuk nila dan gurami.
Produksi ikan air tawar yang diunggulkan pokdakan itu adalah jenis lele Sangkuriang, yang rata-rata dalam 10 hari mampu panen mencapai lebih kurang 200 hingga 300 kilogram untuk satu keramba apung.
Panen ikan lele tersebut dengan sistem tangga atau berjenjang dari satu keramba jaring apung ke keramba jaring apung lainnya, sehingga dengan 19 keramba jaring apung yang disemai bibit lele, dalam satu bulan mampu panen mencapai lebih kurang satu ton lele Sangkuriang.
Rata-rata panen lele untuk satu keramba jaring apung dalam 10 hari mampu meraup penghasilan sekitar Rp6.000.000.
Sementara ikan nila hasilnya belum seberapa, karena satu kali panen dalam satu bulan hanya sekitar 50 kilogram untuk satu keramba jaring apung, dengan total 300 kilogram pada enam keramba jaring apung. Begitu juga dengan gurami yang ditebar di satu kolam tanah, baru mampu panen 50 kilogram dalam satu bulan.
Faktor yang mempengaruhi produksi budi daya ikan di pokdakan yang berdampak terhadap keuntungan yang didapat selama ini, yakni untuk pakan ikan, sebagian besar masih tergantung produk industri atau pabrik.
Selain ketergantungan pakan ikan dari pabrik, harganya pun fluktuatif, bahkan sering naik cepat. Saat ini harga pakan ikan tembus Rp380.000 per karung dengan isi 30 kilogram.
Sementara biaya produksi budi daya ikan, 60 persennya diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan pakan. Artinya, komponen biaya pakan menentukan tingkat keberlanjutan usaha, keuntungan, serta kesejahteraan pembudi daya ikan air tawar.
Membuat pakan mandiri
Ketergantungan pakan pada pabrik, dengan harga yang sering naik, menjadi masalah bagi pembudi. Permasalahan itu membuat pokdakan memikirkan bagaimana bisa memproduksi sendiri pakan ikan dengan memanfaatkan barang bekas dan bahan baku lokal.
Produksi pakan secara mandiri dilakukan dengan berinovasi membuat mesin produksi pakan, memanfaatkan barang bekas dan menggunakan bahan baku yang tersedia di daerah itu.
Awalnya, mereka merancang mesin disel yang sudah tidak terpakai, dimodifikasi memiliki empat mekanisme kerja, hingga menghasilkan pelet yang siap digunakan untuk pakan ikan.
Mesin inovasi pokdakan itu dilabel "Sinpapibabe", akronim dari "mesin pembuat pakan ikan dari barang bekas".
Bahan baku utamanya pun memanfaatkan bahan lokal, sebagian besar dari limbah yang berpengaruh signifikan memberikan nutrisi bagi ikan peliharaan, yakni ikan runcah (ikan kecil-kecil yang tertangkap tidak sengaja oleh nelayan dan tidak digunakan).
Bahan lainya adalah kulit ari kedelai (bungkil kedelai), singkong atau labu merah (untuk dijadikan tapioka), bulu ayam, tulang ayam dan tulang ikan yang besar. Selanjutnya semua bahan baku itu diolah menjadi tepung, berikutnya dengan menggunakan "sinpapibabe" jadilah pelet untuk pakan ikan.
Dalam satu jam sinpapibabe bergerak memproduksi pelet, mampu menghasilkan 50 kilogram pakan dengan kandungan nutrisi yang bagus untuk ikan peliharaan dam mampu memenuhi semua keramba jaring apung, kolam terpal dan kolam tanah yang dimiliki pokdakan itu.
Dengan pembuatan pakan lokal tersebut kelompok tersebut bisa memangkas pengeluaran untuk pakan ikan yang masuk biaya produksi, antara 50 persen hingga 60 persen.
Kelompok itu terus melakukan inovasi untuk pemenuhan pakan secara mandiri, sehingga mampu memenuhi kebutuhan pembudi daya di seluruh daerah di Kabupaten Penajam Paser Utara, bahkan daerah lain. Saat ini, mereka tengah mengincar limbah atau bungkil kelapa sawit untuk penyempurnaan komponen pakan ikan.
Pendampingan berkelanjutan sebagai mitra binaan PT Waru Kaltim Plantation (WKP), anak perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Astra Agro Lestari, akan mendorong perkembangan budi daya ikan air tawar di kelompok itu.
Budi daya ikan dengan sistem keramba jaring apung dilakukan kelompok budi daya perikanan (pokdakan) air tawar, seperti lele, nila, dan gurami.
Pokdakan"Maju Bersama" di Kelurahan Waru yang beranggotakan 33 kepala keluarga (KK) di empat rukun tetangga (RT) di wilayah itu mulai melakukan budi daya ikan air tawar pada 2018.
Ketua pokdakan Joko Sudrajad bercerita, awal memulai budi daya ikan air tawar dengan modal ala kadarnya pada 2018, warga mengandalkan produksi ikan lele tersebut hanya mampu panen 10 kilogram dalam satu bulan.
Dengan ketekunan dan kerja keras, para anggota kelompok yang dinahkodai Joko Sudrajad, perlahan tumbuh berkembang, tahap demi tahap mampu meningkatkan hasil produksi yang bermuara pada bertambahnya pendapatan.
Kini, pokdakan itu tidak hanya melakukan budi daya pembesaran ikan, tetapi juga sudah merambah ke pembibitan benih ikan air tawar.
Pembibitan benih ikan yang sudah berjalan saat ini untuk bibit ikan nila dan sedang dilakukan persiapan untuk melakukan pembibitan benih ikan lele jenis Sangkuriang.
Dengan demikian, ke depan tidak bakal lagi membeli bibit ikan untuk dibudidayakan, dan benih ikan yang dikembangkan diharapkan juga bisa memenuhi kebutuhan bibit ikan pembudi daya ikan air tawar lainnya.
Dinas Perikanan Kabupaten Penajam Paser Utara memberikan dukungan terhadap pembudi daya ikan tawar terkait pengadaan mesin pembuat pakan ikan serta pelatihan pembuatan pakan ikan secara mandiri dan pemberian bibit unggul ikan.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Penajam Paser Utara Rozihan Asward menyatakan program peningkatan produksi yang dilakukan oleh dinas itu, antara lain pengembangan kampung budi daya sekaligus kelompok perikanan, pemanfaatan lahan pekarangan untuk budi daya, dan sistem budi daya dengan bioflok.
Kampung budi daya ikan air tawar ada di Desa Sebakung Jaya, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara, dengan 1.000 kolam, karena hampir semua warga desa itu memiliki kolam ikan di sekitar rumah.
Program lainnya yang dijalankan tahun ini adalah optimalisasi potensi lahan tambak sebagai upaya menambah jumlah produksi dan produktivitas ikan tambak.
Pemerintah daerah terus mendorong masyarakat untuk manfaatkan lahan potensial sebagai tambak dan kolam budi daya ikan air tawar. Dari potensi 1.200 hektare lahan, yang saat ini baru tergarap 450 hektare. Artinya pengembangan potensi ikan air tawar di daerah itu masih sangat luas.
Pada 2023, produksi ikan budi daya di Kabupaten Penajam Paser Utara mencapai lebih kurang 10.000 ton, dan tahun ini ditargetkan naik sekitar 20 persen.
Andalkan lele
Pokdakan di Kelurahan Waru terus mengembangkan budi daya ikan air tawar sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok dan masyarakat setempat dapat bersama-sama meningkatkan ekonomi melalui usaha budi daya tersebut.
Saat ini, pokdakan itu telah memiliki 35 keramba jaring apung yang terdiriatas keramba jaring apung ukuran 2x3 meter dan 2x4 meter.
Selain itu, mereka juga memiliki kolam terpal ukuran 2x3 meter untuk pembibitan benih ikan nila, untuk pemisahan ukuran bibit ikan dan penyesuaian benih ikan, sebelum ditebar di keramba jaring apung.
Dari 35 keramba jaring apung yang dimiliki itu, 19 keramba jaring apung ditebar benih ikan lele dan enam keramba jaring apung disemai bibit ikan nila.
Ada juga kolam tanah 2x4 meter dimiliki pokdakan itu khusus untuk produksi ikan gurami.
Masing-masing keramba jaring apung dan kolam tanah ditebar benih ikan lebih kurang 2.500 ekor, dengan masa panen setiap 10 hari untuk lele, 30 hari panen untuk nila dan gurami.
Produksi ikan air tawar yang diunggulkan pokdakan itu adalah jenis lele Sangkuriang, yang rata-rata dalam 10 hari mampu panen mencapai lebih kurang 200 hingga 300 kilogram untuk satu keramba apung.
Panen ikan lele tersebut dengan sistem tangga atau berjenjang dari satu keramba jaring apung ke keramba jaring apung lainnya, sehingga dengan 19 keramba jaring apung yang disemai bibit lele, dalam satu bulan mampu panen mencapai lebih kurang satu ton lele Sangkuriang.
Rata-rata panen lele untuk satu keramba jaring apung dalam 10 hari mampu meraup penghasilan sekitar Rp6.000.000.
Sementara ikan nila hasilnya belum seberapa, karena satu kali panen dalam satu bulan hanya sekitar 50 kilogram untuk satu keramba jaring apung, dengan total 300 kilogram pada enam keramba jaring apung. Begitu juga dengan gurami yang ditebar di satu kolam tanah, baru mampu panen 50 kilogram dalam satu bulan.
Faktor yang mempengaruhi produksi budi daya ikan di pokdakan yang berdampak terhadap keuntungan yang didapat selama ini, yakni untuk pakan ikan, sebagian besar masih tergantung produk industri atau pabrik.
Selain ketergantungan pakan ikan dari pabrik, harganya pun fluktuatif, bahkan sering naik cepat. Saat ini harga pakan ikan tembus Rp380.000 per karung dengan isi 30 kilogram.
Sementara biaya produksi budi daya ikan, 60 persennya diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan pakan. Artinya, komponen biaya pakan menentukan tingkat keberlanjutan usaha, keuntungan, serta kesejahteraan pembudi daya ikan air tawar.
Membuat pakan mandiri
Ketergantungan pakan pada pabrik, dengan harga yang sering naik, menjadi masalah bagi pembudi. Permasalahan itu membuat pokdakan memikirkan bagaimana bisa memproduksi sendiri pakan ikan dengan memanfaatkan barang bekas dan bahan baku lokal.
Produksi pakan secara mandiri dilakukan dengan berinovasi membuat mesin produksi pakan, memanfaatkan barang bekas dan menggunakan bahan baku yang tersedia di daerah itu.
Awalnya, mereka merancang mesin disel yang sudah tidak terpakai, dimodifikasi memiliki empat mekanisme kerja, hingga menghasilkan pelet yang siap digunakan untuk pakan ikan.
Mesin inovasi pokdakan itu dilabel "Sinpapibabe", akronim dari "mesin pembuat pakan ikan dari barang bekas".
Bahan baku utamanya pun memanfaatkan bahan lokal, sebagian besar dari limbah yang berpengaruh signifikan memberikan nutrisi bagi ikan peliharaan, yakni ikan runcah (ikan kecil-kecil yang tertangkap tidak sengaja oleh nelayan dan tidak digunakan).
Bahan lainya adalah kulit ari kedelai (bungkil kedelai), singkong atau labu merah (untuk dijadikan tapioka), bulu ayam, tulang ayam dan tulang ikan yang besar. Selanjutnya semua bahan baku itu diolah menjadi tepung, berikutnya dengan menggunakan "sinpapibabe" jadilah pelet untuk pakan ikan.
Dalam satu jam sinpapibabe bergerak memproduksi pelet, mampu menghasilkan 50 kilogram pakan dengan kandungan nutrisi yang bagus untuk ikan peliharaan dam mampu memenuhi semua keramba jaring apung, kolam terpal dan kolam tanah yang dimiliki pokdakan itu.
Dengan pembuatan pakan lokal tersebut kelompok tersebut bisa memangkas pengeluaran untuk pakan ikan yang masuk biaya produksi, antara 50 persen hingga 60 persen.
Kelompok itu terus melakukan inovasi untuk pemenuhan pakan secara mandiri, sehingga mampu memenuhi kebutuhan pembudi daya di seluruh daerah di Kabupaten Penajam Paser Utara, bahkan daerah lain. Saat ini, mereka tengah mengincar limbah atau bungkil kelapa sawit untuk penyempurnaan komponen pakan ikan.
Pendampingan berkelanjutan sebagai mitra binaan PT Waru Kaltim Plantation (WKP), anak perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Astra Agro Lestari, akan mendorong perkembangan budi daya ikan air tawar di kelompok itu.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2024
Tags: