"Bagan itu suatu alat untuk menangkap ikan tapi relatif besar. Itu mimpinya masyarakat Tihi-Tihi untuk mendapatkan atau mempunyai sebuah bagan," kata dia.
Bagan apung merupakan metode tangkap ikan tambahan yang menggunakan atraktor dalam bentuk buatan dan alami. Proses penangkapan tersebut dilakukan pada malam hari dengan menggunakan lampu dan jaring.
Tidak seperti bagan biasa, bagan apung yang dinamai Jaka Samudra tersebut dilengkapi dengan pelampung FRP yang memiliki ketahanan hingga 40 tahun. Pelampung ini juga dilengkapi sensor pintar untuk mendeteksi kebocoran dini dan mendeteksi kemiringan fasilitas tersebut
Lebih lanjut, pembuatan sensor pintar juga memanfaatkan limbah non B3 yaitu tubing AC. Sensor pintar yang terpasang dapat memberikan peringatan kepada nelayan di Tihi-Tihi melalui notifikasi via telepon seluler jika ada masalah pada bagan.
Ketua RT Kampung Tihi-Tihi Muslimin menyampaikan, bagan yang sudah dibangun, dikelola oleh kelompok nelayan Marina yang beranggotakan 20 orang, dengan sistem penggunaan bergantian selama 2--3 hari.
Menurut dia, sejak adanya fasilitas penangkapan tersebut, warganya memperoleh peningkatan pendapatan hingga dua kali lipat, yang dalam satu kali sesi penangkapan bisa mendapatkan 125 kilogram ikan per hari.
Baca juga: Badak LNG siap ekspansi bisnis sebagai penyedia jasa penyimpanan
Baca juga: Badak LNG bersiap hadapi peningkatan kebutuhan gas
Baca juga: PT BKI-Badak LNG kerja sama sertifikasi dan pengembangan sumber daya