Jakarta (ANTARA News) - Bakal calon presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo (Jokowi) menyatakan belum mempersiapkan tim pemenangan untuk menghadapi Pemilu Presiden 9 Juli karena masih fokus pada penentuan bakal calon wakil presiden.
"Belum siapkan tim pemenangan karena wapresnya saja belum ditentukan," ujar Jokowi di Balai Kota, Jakarta, Selasa.
Menurut dia, meski sudah mengerucut ke beberapa nama, PDI Perjuangan masih mempertimbangkan nama yang dianggap paling pas menjadi pendampingnya.
"Cawapres sangat penting untuk segera diputuskan," kata Jokowi, yang saat ini masih menjabat Gubernur DKI.
Terkait ketua tim pemenangan, Jokowi mengatakan belum memutuskan, tapi yang jelas orang tersebut harus bisa mengelola dan mengerti manajemen yang baik.
Dalam pemberitaan, Direktur Political Communication Institute (PolcoMM Institute) Heri Budianto mengatakan, capres yang salah memilih pasangan bisa berakibat pada penurunan suara.
Hasil riset yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC)
yang dipublikasikan pada Minggu (4/5) lalu menemukan siapapun pendamping Jokowi
sebagai cawapres, Jokowi akan menang dan mengalahkan Prabowo dan
pasangannya.
Menurut Heri, temuan survei SMRC itu cukup unik. Karena menemukan bahwa
seorang bakal capres hanya bagus bila tak dipasangkan dengan siapapun
alias maju sendiri.
Survei SMRC menemukan bila ada tiga kandidat capres, maka Joko Widodo
akan meraup 47,1 persen suara, Prabowo Subianto meraup 32,1 persen
suara, sementara Aburizal Bakrie dengan 9,2 persen. Sisa responden 11,5
persen menyatakan tidak tahu.
Namun, ada kecenderungan suara Prabowo Subianto malah tergerus jauh ketika dipasangkan dengan seorang calon wakil presiden.
Ketika dipasangkan dengan Hatta Radjasa, kesimpulan SMRC sendiri
menyatakan Prabowo takkan terbantu dan malah akan cenderung menurun.
Jokowi bisa mendapat 47,1 persen bila dipasangkan dengan Mahfud MD,
sementara Prabowo-Hatta hanya mendapat 27,4 persen.
Menurut survei itu, apabila hanya ada dua
pasangan capres-cawapres yang maju ke pilpres. Dimana yang paling
mungkin adalah Jokowi dan pasangannya, dengan Prabowo-Ahmad Heryawan
yang diusung bersama PKS.
Tanpa wakil, Jokowi akan memperoleh suara responden 51,6 persen,
sementara Prabowo memperoleh suara 35,7 persen. Begitu Jokowi
dipasangkan dengan Mahfud MD, maka suara Jokowi naik ke 52,8 persen,
sementara Prabowo turun ke 32,8 persen.
Seandainya Jokowi dipasangkan dengan Jusuf Kalla, suaranya naik ke 52,4
persen, sementara Prabowo turun ke 32,4 persen. Begitupun bila Jokowi
dipasangkan dengan Dahlan Iskan, suara Jokowi naik ke 52 persen,
sementara suara Prabowo turun ke 32,8 persen.
"Simulasi demikian sangat rentan di dalam satu sisi karena peta politik
bisa berubah. Tapi data itu jelas menunjukkan Jokowi dipasangkan ke
siapapun pasti menang. Hanya saja, ini perlu menjadi catatan juga,
khususnya untuk Prabowo, bahwa kalau dia tak dipasangkan dengan
siapapun, elektabilitasnya bagus,” ujarnya.
Heri Budianto sendiri memprediksi bahwa apabila pasangan capres-cawapres
hanya berjumlah tiga saja, kemungkinan besar Jokowi akan menang pilpres
dengan satu putaran saja."Kalau kondisi sekarang, Jokowi dengan
pasangan siapapun, itu pasti menang,” ulasnya.
Kendati demikian, Heri mengatakan bahwa masih ada waktu bagi
masing-masing bakal capres untuk memilih bakal cawapres yang pas. Dia
juga menyatakan masih ada waktu juga bagi para kontestan itu untuk
meningkatkan elektabilitas mereka.
Jokowi fokus pada penentuan cawapres
6 Mei 2014 20:38 WIB
Joko Widodo (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014
Tags: