Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore menguat sebesar 35 poin menjadi Rp11.510 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp11.545 per dolar AS.

"Optimisme menjelang pemilu Presiden mendatang masih memberikan topangan bagi mata uang rupiah terhadap dolar AS," kata Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, euforia pemilu masih terjaga seiring dengan investor yang menantikan hasil resmi pemilu legislatif pada 9 Mei mendatang.

Secara teknikal, lanjut dia, pada grafik harian mata uang rupiah juga masih menunjukan potensi penguatan. Namun, rupiah perlu mencatatkan level ke posisi Rp11.440 per dolar AS untuk membuka peluang penguatan lebih lanjut.

Dari sisi fundamental, Zulfirman Basir mengatakan bahwa penguatan rupiah cenderung terbatas seiring dengan rilis data produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang dinilai belum cukup kuat. Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2014 mencapai 5,21 persen.

Pengamat pasar uang dari Bank Himpunan Saudara Rully Nova menambahkan bahwa ekspektasi pelaku pasar terhadap rilis data neraca perdagangan Amerika Serikat akan mengalami penurunan ekspor membuat mata uang dolar AS menjadi kurang menarik.

Di sisi lain, lanjut dia, The Fed juga belum merencanakan untuk menaikkan suku bunga acuannya, sehingga membuat mata uang dolar AS cenderung kurang diminati pelaku pasar.

Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari Selasa ini (6/5), tercatat mata uang rupiah bergerak mendatar atau stagnan di posisi Rp11.511 per dolar AS.