Di Indonesia, olahraga ini diatur oleh Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI), sedangkan secara global, tenis meja berada di bawah naungan International Table Tennis Federation (ITTF).
Sebelumnya, organisasi tenis meja di Indonesia didirikan pada tahun 1939 dengan nama "Persatuan Ping Pong Seluruh Indonesia" (PPPSI). Kemudian, pada tahun 1958, nama tersebut diubah menjadi "Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia" (PTMSI).
Tenis meja merupakan olahraga dalam ruangan yang dimainkan dengan memukul bola kecil melewati net. Bisa dimainkan secara tunggal atau ganda. Saat ini, olahraga ini kini rutin dipertandingkan di ajang cabang olahraga (cabor) internasional.
Perkembangan tenis meja di Indonesia dan dunia tidak lepas dari peran federasi nasional dan internasional. Berikut adalah sejarah organisasi induk tenis meja di Indonesia dan dunia.
Tenis meja mulai dikenal di Indonesia sejak 1930, awalnya sebagai sarana rekreasi bagi orang Belanda dengan akses terbatas bagi masyarakat Indonesia. Pada 1939, muncul inisiatif untuk membentuk organisasi yang menaungi tenis meja, yang kemudian berdiri dengan nama Persatuan Ping Pong Seluruh Indonesia (PPSI) untuk mewadahi para atlet tenis meja di Indonesia.
Kemudian setelah berdirinya PPSI, pada 1948 tenis meja mulai dipertandingkan di Pekan Olahraga Nasional (PON) di Solo. Sepuluh tahun kemudian, pada 1958, nama PPSI diubah menjadi Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) melalui kongres di Surakarta, Jawa Tengah. Nama ini masih digunakan hingga sekarang.
Untuk menegaskan eksistensi tenis meja Indonesia di Asia dan dunia, PTMSI tercatat menjadi anggota resmi Table Tennis tingkat Asia yaitu Federation of Asia (TTFA) dan tingkat dunia International Table Tennis Federation (ITTF).
Dengan demikian, sebagai bagian dari tanggung jawabnya, PTMSI aktif menyelenggarakan turnamen nasional, seperti Kejuaraan Nasional (Kejurnas), yang menjadi ajang pencarian bakat-bakat baru.
Selain itu, organisasi ini juga bekerja sama dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dalam mengelola program-program pelatihan atlet untuk tingkat internasional, termasuk persiapan atlet menuju ajang multi-event seperti SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade.
International Table Tennis Federation (ITTF)
Tenis meja pertama kali dipopulerkan oleh bangsa Inggris pada abad ke-19 dengan nama whiff whaff. Olahraga ini menyebar melalui tentara Inggris di India. Pada 1901, permainan ini mengalami perubahan, dari penggunaan buku sebagai net dan pemukul, hingga E.C. Goode memperkenalkan pemukul modern dengan tambahan karet berbintik.
Pada awalnya, tenis meja belum dianggap sebagai olahraga karena hanya dimainkan oleh bangsawan Inggris sebagai hiburan. Namun, setelah popularitasnya meningkat, permainan ini diakui sebagai cabang olahraga dan membutuhkan induk organisasi untuk mengaturnya.
Saat ini, ITTF berfungsi sebagai induk organisasi tertinggi untuk tenis meja. Berdiri sejak tahun 1926, ITTF bertanggung jawab dalam menetapkan peraturan resmi yang digunakan dalam turnamen internasional, termasuk kejuaraan dunia dan Olimpiade. ITTF juga memantau perkembangan tenis meja di lebih dari 200 negara anggota, termasuk Indonesia.
ITTF secara rutin menyelenggarakan turnamen besar seperti World Table Tennis Championships dan World Cup, yang melibatkan atlet terbaik dari seluruh dunia, baik PTMSI maupun ITTF.
Kedua federasi tersebut memegang peranan penting dalam memajukan tenis meja di tingkat nasional dan internasional. Keduanya bekerja sama untuk memastikan perkembangan olahraga ini berlanjut dan menghasilkan atlet yang mampu bersaing di pentas dunia.
Baca juga: Ping Pong PON
Baca juga: Jadwal tenis meja PON, DKI-Jabar-Jatim ke semifinal beregu putra-putri
Baca juga: Jadwal tenis meja PON XXI, tim favorit hadapi ujian berat