PHE ONWJ manfaatkan ban bekas untuk tanggulangi abrasi di Karawang
12 September 2024 10:26 WIB
Masyarakat di Pasir Putih, Karawang sedang membuat "Appostraps" yang berbahan dasar ban bekas. Selain berbiaya murah, "Appostraps" juga mudah diduplikasi masyarakat. ANTARA/HO-PHE ONWJ
Jakarta (ANTARA) - Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) menginisiasi inovasi penanggulangan abrasi di Karawang, Jawa Barat dengan Appostraps, singkatan dari alat pemecah, peredam ombak, dan sedimen traps.
"Appostraps merupakan bagian dari komitmen kami untuk pelestarian lingkungan dengan pendekatan yang terjangkau dan dapat diakses oleh semua pihak. Kami berharap inovasi ini dapat digunakan secara luas untuk menyelamatkan lebih banyak masyarakat dan wilayah pesisir di Nusantara dari dampak abrasi," kata General Manager PHE ONWJ Muzwir Wiratama dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Pemanfaatan ban bekas sebagai bahan Appostraps itu terbukti efektif mengatasi abrasi dan membentuk sedimentasi wilayah pesisir di tiga kabupaten di Jawa Barat, yaitu Karawang, Subang, dan Indramayu.
Dibuat dari ban bekas, Appostraps mudah dirakit dan diduplikasi serta memiliki biaya pemasangan yang jauh lebih murah dibanding materi alat penahan abrasi lainnya seperti geobag atau tanggul beton.
Selain itu, Appostraps telah memperoleh hak paten dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham).
Pada Selasa (10/9), Muzwir juga mengunjungi ke kawasan ekowisata Pasir Putih, Karawang yang merupakan bagian dari program CSR PHE ONWJ "Jaga Alam Melalui Pemberdayaan Masyarakat Pesisir" (Jam Pasir).
"Di lokasi tersebut, program Appostraps berhasil memulihkan lahan seluas 3,62 hektare yang hilang akibat abrasi dan mengembalikan garis pantai sejauh 400 meter," ungkap Muzwir.
Pada kunjungan yang sama, Direktur Utama Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa Wisnu Hindadari mengapresiasi perusahaan mampu memberikan solusi inovatif.
"Limbah ban bekas dapat dimanfaatkan menjadi barang yang berguna untuk melindungi kawasan pesisir dari abrasi. Kami percaya bahwa perlindungan lingkungan tidak hanya menjadi tanggung jawab perusahaan besar, tetapi juga harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, kami membuka akses solusi inovatif ini untuk keperluan non-komersial," kata Wisnu.
Menurut Climate Center, sebuah organisasi nirlaba internasional yang menganalisa isu perubahan iklim, sejumlah wilayah di pesisir pantai utara Jawa Barat diprediksi akan tenggelam dalam 8 tahun ke depan, tepatnya pada 2030.
Wilayah yang berpotensi tenggelam meliputi Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu, dan Cirebon. Tenggelamnya pesisir utara Jawa itu dipicu oleh kenaikan permukaan air laut dan abrasi yang menggerus daratan.
Ancaman abrasi itu dulu dirasakan Sahari, tokoh masyarakat Pasir Putih Karawang. "Sepuluh tahun lalu, kami rasanya hidup dalam kecemasan karena wilayah kami tergerus laut," ujar Sahari.
Sebelum program Appostraps, PHE ONWJ menyebut air laut yang masuk sampai dalam rumah setinggi 10-15 cm merupakan pemandangan biasa. Banjir rob pun datang tanpa aba-aba kadang setiap tiga bulan atau setiap dua minggu. Ratusan masyarakat Pasir Putih kerap mengungsi ke tempat lebih tinggi atau ke kerabat yang rumahnya jauh dari pesisir.
Saat ini, masyarakat yang bermukim di Pasir Putih Karawang bersama warga di Desa Ciparagejaya, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang; Desa Mayangan, Kecamatan Legonkulon, Kabupaten Subang serta Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu bisa merasakan manfaat dari inovasi Appostraps untuk menghindari ancaman abrasi.
Sejak 2017, program pemberdayaan masyarakat PHE ONWJ mulai menyasar ke Pasir Putih, dimulai dengan penanaman 30 ribu bibit mangrove.
Penanaman melibatkan masyarakat Pasir Putih yang tergabung dalam Kelompok Kerja Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (KKPMP) Desa Sukajaya. Sahari, tokoh masyarakat Pasir Putih Karawang juga merupakan salah satu inisiasi pendiri kelompok itu.
Di 2017 pula, PHE ONWJ melanjutkan kolaborasi dengan KKPMP Desa Sukajaya melaksanakan program pemasangan Appostraps.
Baca juga: FSO Arco Ardjuna milik PHE ONWJ akhiri tugas usai operasi 50 tahun
Baca juga: PHE ONWJ tingkatkan produksi migas dari di lepas pantai Karawang
Baca juga: Pertamina kerahkan sejumlah kapal tangani kebocoran pipa di Karawang
"Appostraps merupakan bagian dari komitmen kami untuk pelestarian lingkungan dengan pendekatan yang terjangkau dan dapat diakses oleh semua pihak. Kami berharap inovasi ini dapat digunakan secara luas untuk menyelamatkan lebih banyak masyarakat dan wilayah pesisir di Nusantara dari dampak abrasi," kata General Manager PHE ONWJ Muzwir Wiratama dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Pemanfaatan ban bekas sebagai bahan Appostraps itu terbukti efektif mengatasi abrasi dan membentuk sedimentasi wilayah pesisir di tiga kabupaten di Jawa Barat, yaitu Karawang, Subang, dan Indramayu.
Dibuat dari ban bekas, Appostraps mudah dirakit dan diduplikasi serta memiliki biaya pemasangan yang jauh lebih murah dibanding materi alat penahan abrasi lainnya seperti geobag atau tanggul beton.
Selain itu, Appostraps telah memperoleh hak paten dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham).
Pada Selasa (10/9), Muzwir juga mengunjungi ke kawasan ekowisata Pasir Putih, Karawang yang merupakan bagian dari program CSR PHE ONWJ "Jaga Alam Melalui Pemberdayaan Masyarakat Pesisir" (Jam Pasir).
"Di lokasi tersebut, program Appostraps berhasil memulihkan lahan seluas 3,62 hektare yang hilang akibat abrasi dan mengembalikan garis pantai sejauh 400 meter," ungkap Muzwir.
Pada kunjungan yang sama, Direktur Utama Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa Wisnu Hindadari mengapresiasi perusahaan mampu memberikan solusi inovatif.
"Limbah ban bekas dapat dimanfaatkan menjadi barang yang berguna untuk melindungi kawasan pesisir dari abrasi. Kami percaya bahwa perlindungan lingkungan tidak hanya menjadi tanggung jawab perusahaan besar, tetapi juga harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, kami membuka akses solusi inovatif ini untuk keperluan non-komersial," kata Wisnu.
Menurut Climate Center, sebuah organisasi nirlaba internasional yang menganalisa isu perubahan iklim, sejumlah wilayah di pesisir pantai utara Jawa Barat diprediksi akan tenggelam dalam 8 tahun ke depan, tepatnya pada 2030.
Wilayah yang berpotensi tenggelam meliputi Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu, dan Cirebon. Tenggelamnya pesisir utara Jawa itu dipicu oleh kenaikan permukaan air laut dan abrasi yang menggerus daratan.
Ancaman abrasi itu dulu dirasakan Sahari, tokoh masyarakat Pasir Putih Karawang. "Sepuluh tahun lalu, kami rasanya hidup dalam kecemasan karena wilayah kami tergerus laut," ujar Sahari.
Sebelum program Appostraps, PHE ONWJ menyebut air laut yang masuk sampai dalam rumah setinggi 10-15 cm merupakan pemandangan biasa. Banjir rob pun datang tanpa aba-aba kadang setiap tiga bulan atau setiap dua minggu. Ratusan masyarakat Pasir Putih kerap mengungsi ke tempat lebih tinggi atau ke kerabat yang rumahnya jauh dari pesisir.
Saat ini, masyarakat yang bermukim di Pasir Putih Karawang bersama warga di Desa Ciparagejaya, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang; Desa Mayangan, Kecamatan Legonkulon, Kabupaten Subang serta Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu bisa merasakan manfaat dari inovasi Appostraps untuk menghindari ancaman abrasi.
Sejak 2017, program pemberdayaan masyarakat PHE ONWJ mulai menyasar ke Pasir Putih, dimulai dengan penanaman 30 ribu bibit mangrove.
Penanaman melibatkan masyarakat Pasir Putih yang tergabung dalam Kelompok Kerja Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (KKPMP) Desa Sukajaya. Sahari, tokoh masyarakat Pasir Putih Karawang juga merupakan salah satu inisiasi pendiri kelompok itu.
Di 2017 pula, PHE ONWJ melanjutkan kolaborasi dengan KKPMP Desa Sukajaya melaksanakan program pemasangan Appostraps.
Baca juga: FSO Arco Ardjuna milik PHE ONWJ akhiri tugas usai operasi 50 tahun
Baca juga: PHE ONWJ tingkatkan produksi migas dari di lepas pantai Karawang
Baca juga: Pertamina kerahkan sejumlah kapal tangani kebocoran pipa di Karawang
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: