Jakarta (ANTARA News) - Industri kelapa sawit yang dikelola melalui praktik agribisnis terbaik diyakini merupakan salah satu kontributor pertumbuhan hijau atau pembangunan yang pro lingkungan di Asia.

Chairman Golden Agri Resources Ltd (GAR), Franky Oesman Widjaja dalam "Forests Asia Summit" 2014 di Jakarta, Senin, mengatakan melalui pengelolaan berkelanjutan, perkebunan kelapa sawit di Indonesia mampu menghasilkan devisa dalam jumlah besar dengan melibatkan begitu banyak tenaga kerja.

"Sekaligus mengedepankan pengelolaan yang ramah lingkungan melalui pengurangan emisi gas rumah kaca dari seluruh rantai pasok," katanya.

Saat ini, katanya, minyak kelapa sawit mentah memasok hampir 30 persen dari keseluruhan kebutuhan minyak nabati dunia melalui perkebunan yang luasannya hanya sekitar 5 persen dari keseluruhan perkebunan penghasil minyak nabati.

Dari sisi produktivitas, tambahnya, minyak kelapa sawit mentah adalah yang terbaik mengingat luas keseluruhan perkebunan kelapa sawit yang ada jauh berada di bawah luas perkebunan penghasil minyak nabati dunia.

Pola pengembangan perkebunan kelapa sawit melalui skema inti dan plasma, menurut dia, juga memberi kesempatan bagi petani independen untuk terlibat dalam sektor ini.

Hal ini terlihat dari keseluruhan luas perkebunan kelapa sawit Indonesia yang mencapai sekitar 9 juta hektar yang mana 8 persen dintaranya adalah milik pemerintah, 50 persen milik sektor swasta.

Sekitar 42 persen merupakan lahan petani kecil dengan sekitar separuh dari jumlah tersebut adalah petani independen.

"Melalui pendampingan dari pemerintah dan swasta, berikut penyediaan skema kerja sama keuangan yang inovatif dengan sektor perbankan, produktivitas perkebunan para petani tadi masih dapat terus ditingkatkan," kata Franky.