PON Aceh Sumut 2024
"Jurnalis dadakan" pun bermunculan di PON 2024
Oleh Muhammad Ramdan
11 September 2024 22:53 WIB
Seorang siswa mewawancarai peloncat indah Jawa Timur Gladies Lariesa Garina Hagakore (kiri) yang meraih medali emas pada nomor papan 1 meter putri pada PON XXI/2024 Aceh-Sumatera Utara di Kolam Renang Selayang, Medan, Sumatera Utara, Rabu (11/9/2024). (ANTARA/Muhammad Ramdan)
Medan (ANTARA) - Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI/2024 Aceh-Sumatera Utara tak hanya menyuguhkan persaingan sengit antar atlet dari berbagai daerah, namun juga banyak peristiwa menarik di luar lapangan.
Salah satu fenomena yang mencuri perhatian adalah hadirnya para “jurnalis dadakan” dalam beberapa hari terakhir di Kolam Renang Selatang, Medan, Sumatera Utara, yang menjadi lokasi perlombaan cabang olahraga akuatik.
Jika biasanya wartawan yang meliput sebuah acara besar terlihat dengan tanda pengenal resmi yang dikeluarkan oleh penyelenggara, kali ini berbeda.
Di bangku penonton, terlihat sekelompok anak muda berseragam sama, mengamati setiap gerakan para atlet yang berlomba dengan seksama.
Mereka adalah para pelajar dari SMK Negeri 8 Medan, yang mendapat tugas dari guru mereka untuk meliput PON 2024.
Layaknya jurnalis sungguhan, para pelajar ini terlihat sibuk mencatat poin-poin penting dari pertandingan.
Beberapa dari mereka bahkan langsung berbaur dengan wartawan profesional yang tengah meliput untuk media nasional maupun lokal. Mereka pun tak segan-segan menghampiri para atlet usai perlombaan untuk melakukan wawancara.
Baca juga: PB PON Sumut sediakan 20 pusat media peliputan PON XXI 2024
Selanjutnya: Hafiza Syakira
Hafiza Syakira, siswi kelas 10 jurusan tata boga SMK Negeri 8 Medan, adalah salah satu dari sekian banyak pelajar yang mendapat kesempatan unik ini.
Bersama rekan-rekannya, ia ditugaskan untuk meliput pertandingan dan membuat laporan yang nantinya akan dipresentasikan di kelas.
“Kami dibagi dalam beberapa kelompok, setiap anggota kelompok punya tugas masing-masing, ada yang menjadi pewawancara, ada yang merekam video, dan ada juga yang nanti mengedit hasil liputan kami,” kata Hafiza.
Senada, Zaskia juga mengatakan bahwa pengalaman ini bukan sekadar tugas sekolah, tetapi juga kesempatan untuk melatih kepercayaan diri dan keterampilan komunikasi.
Tidak hanya itu, para siswa ini mengaku makin tertarik dengan dunia jurnalistik setelah merasakan langsung bagaimana proses meliput sebuah acara besar.
Menjadi bagian dari pesta olahraga terbesar di Indonesia ini memberikan pelajaran yang tak ternilai, terutama dalam hal membangun rasa percaya diri dan kemampuan berkomunikasi siswa-siswa tersebut.
“Rasanya seru bisa ikut terlibat, apalagi ini acara besar seperti PON. Kami jadi tahu bagaimana prosesnya, dari mengamati pertandingan sampai wawancara atlet,” ujar Zaskia.
Menariknya lagi para atlet yang menjadi narasumber mereka juga dengan antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan dari “jurnalis dadakan” ini.
Misalnya, dua atlet Jawa Timur Gladies Lariesa Garina Hagakore dan Aldinsyah Putra Rafi, serta peloncat indah DKI Jakarta Nur Mufiidah Sudirman yang semangat melayani setiap pertanyaan.
Baca juga: Kemenkominfo siapkan bandwidth memadai di pusat media PON XXI
Baca juga: Panwasrah sebut pusat media utama PON di Sumut bertaraf internasional
Selanjutnya: Tantangan reportase
Tantangan reportase
Namun, bukan hanya “jurnalis dadakan” seperti Hafiza dan kawan-kawannya yang menghadapi tantangan. Bahkan para jurnalis profesional pun mengakui bahwa liputan PON Aceh-Sumut 2024 bukanlah hal yang mudah.
Meski panitia penyelenggara telah merancang jadwal pertandingan jauh-jauh hari, kenyataan di lapangan kerap kali berbeda. Banyak informasi yang simpang siur di arena olahraga, membuat tugas para pewarta menjadi lebih menantang.
Salah satu tantangan terbesar adalah ketidaksesuaian antara jadwal yang dirilis dengan pelaksanaan di lapangan.
Situasi ini mengharuskan para jurnalis, baik yang sudah berpengalaman maupun yang baru meliput multicabang untuk sigap dan fleksibel dalam menghadapi perubahan mendadak.
Sebelumnya, Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Nezar Patria, juga mengingatkan kepada seluruh insan pers untuk selalu melakukan verifikasi informasi terkait pelaksanaan PON 2024.
"Sebagai jurnalis, yang harus dilakukan adalah check dan recheck. Sumber informasi sekarang tidak hanya satu, ada yang official dan unofficial, baik di media sosial maupun di masyarakat,” ujar Nezar.
Nezar juga menekankan pentingnya platform digital dalam penyebaran informasi yang akurat dan mencegah hoaks.
Melalui kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Pengurus Besar PON dan media nasional, Kemenkominfo berupaya memastikan bahwa semua informasi yang diterima publik sudah terverifikasi dengan baik.
Baca juga: PB PON sebut PON di Sumatera Utara diliput 700 insan media
Baca juga: Pj Gubernur Sumatera Utara harapkan publikasi PON gaungkan persatuan
Selanjutnya: Peran media
Peran media
Dalam sebuah ajang sebesar PON, peran media massa tak bisa dipandang sebelah mata. Sekretaris Jenderal Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Lukman Djajadikusuma bahkan menyebut bahwa keberhasilan penyelenggaraan PON sangat bergantung pada publikasi media.
"PON dengan media itu tidak bisa dipisahkan. Adanya multievent tanpa adanya media itu seperti makan tidak pakai garam," ujar Lukman.
Menurutnya, peran media tak hanya terbatas pada pemberitaan mengenai prestasi atlet, tetapi juga mampu mengangkat sisi lain dari acara, seperti dampak ekonomi dan sosial bagi daerah penyelenggara.
Ia mencontohkan bagaimana media internasional seperti The New York Times mengangkat cerita menarik dari Olimpiade Paris 2024, yang tak hanya berfokus pada pertandingan, tetapi juga sisi humanis dan budaya dari kompetisi olahraga tersebut.
Dengan adanya media center yang dilengkapi fasilitas memadai, Lukman berharap publikasi PON Aceh-Sumut 2024 dapat dioptimalkan, sehingga tidak hanya prestasi atlet yang terangkat, tetapi juga nilai-nilai persatuan dan kebersamaan yang diusung oleh ajang ini.
Pada sisi lain, Penjabat Gubernur Sumatera Utara, Agus Fatoni, juga mengatakan pentingnya peran media dalam menyebarluaskan pesan persatuan yang dibawa oleh PON 2024.
Dengan sejarah baru sebagai PON pertama yang diselenggarakan di dua provinsi sekaligus, Fatoni berharap ajang ini menjadi momentum untuk menyebarkan nilai-nilai positif, tidak hanya bagi dunia olahraga, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Melalui publikasi yang masif, baik dari media nasional maupun lokal, PON Aceh-Sumut 2024 diharapkan dapat menjadi ajang yang bukan hanya merayakan prestasi, tetapi juga merajut persatuan dan kebersamaan di antara seluruh komponen bangsa.
Dan bagi para “jurnalis dadakan” dari SMK Negeri 8 Medan, ini menjadi pengalaman berharga yang tak akan mereka lupakan, serta pelajaran penting untuk masa depan mereka di dunia jurnalistik atau profesi lainnya.
Baca juga: KONI tekankan pentingnya peran media massa sukseskan PON Aceh-Sumut
Salah satu fenomena yang mencuri perhatian adalah hadirnya para “jurnalis dadakan” dalam beberapa hari terakhir di Kolam Renang Selatang, Medan, Sumatera Utara, yang menjadi lokasi perlombaan cabang olahraga akuatik.
Jika biasanya wartawan yang meliput sebuah acara besar terlihat dengan tanda pengenal resmi yang dikeluarkan oleh penyelenggara, kali ini berbeda.
Di bangku penonton, terlihat sekelompok anak muda berseragam sama, mengamati setiap gerakan para atlet yang berlomba dengan seksama.
Mereka adalah para pelajar dari SMK Negeri 8 Medan, yang mendapat tugas dari guru mereka untuk meliput PON 2024.
Layaknya jurnalis sungguhan, para pelajar ini terlihat sibuk mencatat poin-poin penting dari pertandingan.
Beberapa dari mereka bahkan langsung berbaur dengan wartawan profesional yang tengah meliput untuk media nasional maupun lokal. Mereka pun tak segan-segan menghampiri para atlet usai perlombaan untuk melakukan wawancara.
Baca juga: PB PON Sumut sediakan 20 pusat media peliputan PON XXI 2024
Selanjutnya: Hafiza Syakira
Hafiza Syakira, siswi kelas 10 jurusan tata boga SMK Negeri 8 Medan, adalah salah satu dari sekian banyak pelajar yang mendapat kesempatan unik ini.
Bersama rekan-rekannya, ia ditugaskan untuk meliput pertandingan dan membuat laporan yang nantinya akan dipresentasikan di kelas.
“Kami dibagi dalam beberapa kelompok, setiap anggota kelompok punya tugas masing-masing, ada yang menjadi pewawancara, ada yang merekam video, dan ada juga yang nanti mengedit hasil liputan kami,” kata Hafiza.
Senada, Zaskia juga mengatakan bahwa pengalaman ini bukan sekadar tugas sekolah, tetapi juga kesempatan untuk melatih kepercayaan diri dan keterampilan komunikasi.
Tidak hanya itu, para siswa ini mengaku makin tertarik dengan dunia jurnalistik setelah merasakan langsung bagaimana proses meliput sebuah acara besar.
Menjadi bagian dari pesta olahraga terbesar di Indonesia ini memberikan pelajaran yang tak ternilai, terutama dalam hal membangun rasa percaya diri dan kemampuan berkomunikasi siswa-siswa tersebut.
“Rasanya seru bisa ikut terlibat, apalagi ini acara besar seperti PON. Kami jadi tahu bagaimana prosesnya, dari mengamati pertandingan sampai wawancara atlet,” ujar Zaskia.
Menariknya lagi para atlet yang menjadi narasumber mereka juga dengan antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan dari “jurnalis dadakan” ini.
Misalnya, dua atlet Jawa Timur Gladies Lariesa Garina Hagakore dan Aldinsyah Putra Rafi, serta peloncat indah DKI Jakarta Nur Mufiidah Sudirman yang semangat melayani setiap pertanyaan.
Baca juga: Kemenkominfo siapkan bandwidth memadai di pusat media PON XXI
Baca juga: Panwasrah sebut pusat media utama PON di Sumut bertaraf internasional
Selanjutnya: Tantangan reportase
Tantangan reportase
Namun, bukan hanya “jurnalis dadakan” seperti Hafiza dan kawan-kawannya yang menghadapi tantangan. Bahkan para jurnalis profesional pun mengakui bahwa liputan PON Aceh-Sumut 2024 bukanlah hal yang mudah.
Meski panitia penyelenggara telah merancang jadwal pertandingan jauh-jauh hari, kenyataan di lapangan kerap kali berbeda. Banyak informasi yang simpang siur di arena olahraga, membuat tugas para pewarta menjadi lebih menantang.
Salah satu tantangan terbesar adalah ketidaksesuaian antara jadwal yang dirilis dengan pelaksanaan di lapangan.
Situasi ini mengharuskan para jurnalis, baik yang sudah berpengalaman maupun yang baru meliput multicabang untuk sigap dan fleksibel dalam menghadapi perubahan mendadak.
Sebelumnya, Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Nezar Patria, juga mengingatkan kepada seluruh insan pers untuk selalu melakukan verifikasi informasi terkait pelaksanaan PON 2024.
"Sebagai jurnalis, yang harus dilakukan adalah check dan recheck. Sumber informasi sekarang tidak hanya satu, ada yang official dan unofficial, baik di media sosial maupun di masyarakat,” ujar Nezar.
Nezar juga menekankan pentingnya platform digital dalam penyebaran informasi yang akurat dan mencegah hoaks.
Melalui kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Pengurus Besar PON dan media nasional, Kemenkominfo berupaya memastikan bahwa semua informasi yang diterima publik sudah terverifikasi dengan baik.
Baca juga: PB PON sebut PON di Sumatera Utara diliput 700 insan media
Baca juga: Pj Gubernur Sumatera Utara harapkan publikasi PON gaungkan persatuan
Selanjutnya: Peran media
Peran media
Dalam sebuah ajang sebesar PON, peran media massa tak bisa dipandang sebelah mata. Sekretaris Jenderal Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Lukman Djajadikusuma bahkan menyebut bahwa keberhasilan penyelenggaraan PON sangat bergantung pada publikasi media.
"PON dengan media itu tidak bisa dipisahkan. Adanya multievent tanpa adanya media itu seperti makan tidak pakai garam," ujar Lukman.
Menurutnya, peran media tak hanya terbatas pada pemberitaan mengenai prestasi atlet, tetapi juga mampu mengangkat sisi lain dari acara, seperti dampak ekonomi dan sosial bagi daerah penyelenggara.
Ia mencontohkan bagaimana media internasional seperti The New York Times mengangkat cerita menarik dari Olimpiade Paris 2024, yang tak hanya berfokus pada pertandingan, tetapi juga sisi humanis dan budaya dari kompetisi olahraga tersebut.
Dengan adanya media center yang dilengkapi fasilitas memadai, Lukman berharap publikasi PON Aceh-Sumut 2024 dapat dioptimalkan, sehingga tidak hanya prestasi atlet yang terangkat, tetapi juga nilai-nilai persatuan dan kebersamaan yang diusung oleh ajang ini.
Pada sisi lain, Penjabat Gubernur Sumatera Utara, Agus Fatoni, juga mengatakan pentingnya peran media dalam menyebarluaskan pesan persatuan yang dibawa oleh PON 2024.
Dengan sejarah baru sebagai PON pertama yang diselenggarakan di dua provinsi sekaligus, Fatoni berharap ajang ini menjadi momentum untuk menyebarkan nilai-nilai positif, tidak hanya bagi dunia olahraga, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Melalui publikasi yang masif, baik dari media nasional maupun lokal, PON Aceh-Sumut 2024 diharapkan dapat menjadi ajang yang bukan hanya merayakan prestasi, tetapi juga merajut persatuan dan kebersamaan di antara seluruh komponen bangsa.
Dan bagi para “jurnalis dadakan” dari SMK Negeri 8 Medan, ini menjadi pengalaman berharga yang tak akan mereka lupakan, serta pelajaran penting untuk masa depan mereka di dunia jurnalistik atau profesi lainnya.
Baca juga: KONI tekankan pentingnya peran media massa sukseskan PON Aceh-Sumut
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: