BPJPH jembatani industri fesyen–pasar global lewat sertifikasi halal
10 September 2024 17:55 WIB
Kepala BPJPH Muhammad Aqil Irham (kedua kiri) dan Ketua Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Poppy Dharsono (tengah) di sela-sela diskusi yang diikuti di Jakarta, Selasa (10/9/2024). (ANTARA/Sean Filo Muhamad)
Jakarta (ANTARA) - Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama menjembatani industri fesyen dalam negeri dengan pasar fesyen global melalui sertifikasi kain halal.
"BPJPH menjembatani para pelaku usaha, asosiasi, juga desainer yang memproduksi kain ke pasar global, agar bisa bertemu buyer (pembeli) dan industri di sana," kata Kepala BPJPH Muhammad Aqil Irham dalam diskusi di Jakarta, Selasa.
Ia menilai berbagai produk fesyen dalam negeri memiliki potensi untuk dikembangkan serta dipasarkan ke mancanegara, di mana pada saat ini belum banyak dikembangkan di seluruh dunia.
Oleh karenanya, katanya, di samping sertifikasi, BPJPH juga melakukan sejumlah upaya lainnya dalam mendukung ekosistem fesyen halal di Indonesia, untuk dapat dipasarkan ke kancah mancanegara, seperti melalui gelaran Indonesia Global Halal Fashion, beberapa waktu lalu.
Gelaran ini, kata dia, langkah awal sebelum menuju gelaran fesyen terkemuka di sejumlah negara kiblat fesyen, seperti London Fashion Week di Inggris, Milano Fashion Week di Italia, dan Paris Fashion Week di Prancis.
"Pintu masuk kita sudah betul, nanti akan dipamerkan di London, Milan, dan Paris. Negara kaya di Timur Tengah itu kan kiblatnya di situ, sekarang Indonesia bikin belum jadi kiblat, tapi kalau kita berhasil masuk pasar itu tentu nanti akan diminati," ujarnya.
Baca juga: BPJPH: Lebih dari 50 negara berminat kerja sama JPH dengan Indonesia
Di samping mengupayakan produk halal Indonesia untuk dapat dipasarkan, kata Aqil, upaya ini sekaligus menjalankan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang dipromosikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Hal tersebut, kata dia, dikarenakan gaya hidup halal saat ini juga senada dengan SDGs, di mana sertifikasi kain halal saat ini memperhatikan keberlanjutan, terutama dalam penggunaan bahan baku berbasis hewan dan kimia.
Terkait dengan hal tersebut, Ketua Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Poppy Dharsono mengapresiasi langkah BPJPH dalam upayanya menjembatani pengusaha kain Indonesia untuk bersaing di kancah global.
Ia menekankan bahwa hal ini peluang yang harus dimanfaatkan oleh Indonesia.
Jika Indonesia tidak memulai, katanya, negara lain akan memulainya lebih dahulu, sebab gaya hidup halal saat ini telah menjadi tren yang populer di seluruh dunia.
Ia menjelaskan tren halal dinilai positif, baik bagi umat Muslim maupun nonmuslim.
"Indonesia merupakan negara dengan pemeluk Muslim terbesar di dunia. Maka sudah sepatutnya pula untuk menjadi negara yang pertama kali mencanangkan fesyen halal," kata Poppy Dharsono.
Baca juga: BPJPH sebut aturan wajib halal jamin keamanan konsumen dan produsen
Baca juga: BI sebut gaya hidup halal bisa berdampak positif bagi ekonomi
Baca juga: Gaya hidup halal jadi peluang kembangkan ekosistem syariah
"BPJPH menjembatani para pelaku usaha, asosiasi, juga desainer yang memproduksi kain ke pasar global, agar bisa bertemu buyer (pembeli) dan industri di sana," kata Kepala BPJPH Muhammad Aqil Irham dalam diskusi di Jakarta, Selasa.
Ia menilai berbagai produk fesyen dalam negeri memiliki potensi untuk dikembangkan serta dipasarkan ke mancanegara, di mana pada saat ini belum banyak dikembangkan di seluruh dunia.
Oleh karenanya, katanya, di samping sertifikasi, BPJPH juga melakukan sejumlah upaya lainnya dalam mendukung ekosistem fesyen halal di Indonesia, untuk dapat dipasarkan ke kancah mancanegara, seperti melalui gelaran Indonesia Global Halal Fashion, beberapa waktu lalu.
Gelaran ini, kata dia, langkah awal sebelum menuju gelaran fesyen terkemuka di sejumlah negara kiblat fesyen, seperti London Fashion Week di Inggris, Milano Fashion Week di Italia, dan Paris Fashion Week di Prancis.
"Pintu masuk kita sudah betul, nanti akan dipamerkan di London, Milan, dan Paris. Negara kaya di Timur Tengah itu kan kiblatnya di situ, sekarang Indonesia bikin belum jadi kiblat, tapi kalau kita berhasil masuk pasar itu tentu nanti akan diminati," ujarnya.
Baca juga: BPJPH: Lebih dari 50 negara berminat kerja sama JPH dengan Indonesia
Di samping mengupayakan produk halal Indonesia untuk dapat dipasarkan, kata Aqil, upaya ini sekaligus menjalankan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang dipromosikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Hal tersebut, kata dia, dikarenakan gaya hidup halal saat ini juga senada dengan SDGs, di mana sertifikasi kain halal saat ini memperhatikan keberlanjutan, terutama dalam penggunaan bahan baku berbasis hewan dan kimia.
Terkait dengan hal tersebut, Ketua Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Poppy Dharsono mengapresiasi langkah BPJPH dalam upayanya menjembatani pengusaha kain Indonesia untuk bersaing di kancah global.
Ia menekankan bahwa hal ini peluang yang harus dimanfaatkan oleh Indonesia.
Jika Indonesia tidak memulai, katanya, negara lain akan memulainya lebih dahulu, sebab gaya hidup halal saat ini telah menjadi tren yang populer di seluruh dunia.
Ia menjelaskan tren halal dinilai positif, baik bagi umat Muslim maupun nonmuslim.
"Indonesia merupakan negara dengan pemeluk Muslim terbesar di dunia. Maka sudah sepatutnya pula untuk menjadi negara yang pertama kali mencanangkan fesyen halal," kata Poppy Dharsono.
Baca juga: BPJPH sebut aturan wajib halal jamin keamanan konsumen dan produsen
Baca juga: BI sebut gaya hidup halal bisa berdampak positif bagi ekonomi
Baca juga: Gaya hidup halal jadi peluang kembangkan ekosistem syariah
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024
Tags: