Bogor (ANTARA News) - Rektor Institut Pertanian Bogor Prof Herry Suhardiyanto menyatakan bahwa pendidikan tinggi perlu memperhatikan akar masalah yang melandasi beragam ketidakadilan dan berbagai salah urus pengelolaan.

"Di antaranya salah urus pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, ekonomi, budaya, sosial-politik, dan sumber daya lainnya yang menyebabkan keterpurukan bangsa dan negara," katanya di Bogor, Jawa Barat, Kamis, menyongsong Hari Pendidikan Nasional 2014 yang diperingati setiap 2 Mei.

Bersama Ketua Dewan Guru Besar (DGB) IPB Prof Roedhy Poerwanto dan anggota DGB Prof MA Chozin, IPB memberikan paparan bertema "Pendidikan Tinggi Dalam Peningkatan Martabat Bangsa".

Rektor menegaskan bahwa pendidikan tinggi harus mampu membalik keterpurukan mental anak bangsa dalam beragam tindakan amoral, seperti korupsi dan tindak kejahatan lainnya.

"Sebaliknya, pendidikan tinggi bisa mewujudkan jatidiri semacam moral publik yang menjadi pegangan kehidupan orang per orang dalam suatu bangsa, yang ditentukan oleh keragaman sejarah, tradisi dan konsekuensinya," katanya.

Sebagai contoh, kata dia, IPB sebagai lembaga pendidikan tinggi di bidang pertanian harus mampu menghasilkan calon-calon pemimpin bangsa dan negara yang berdedikasi pada pembangunan pertanian dalam arti luas.

Termasuk di dalamnya pengembangan potensi biodiversitas yang dapat memperjuangan peran penting dan keunggulan sektor pertanian dan petaninya, baik di tingkat nasional, regional maupun internasional.

Karena itu, katanya, alumni IPB wajib memahami politik pertanian, sehingga di mana pun mereka berada akan selalu memberi advokasi di bidang pertanian, mengambil kebijakan yang tepat dan benar bagi pembangunan dan pengembangan sektor pertanian yang dapat mengangkat derajat bangsa dan negara agraris-maritim.

Selain itu, alumni diharapkan mampu berkembang dan memperbaiki lingkungan, memiliki keberpihakan pada pembangunan pertanian dalam arti luas dan kehidupan petani, menghargai kearifan lokal dan mampu berkomunikasi dan memiliki kekuatan untuk mewujudkan pertanian sebagai sokoguru pembangunan nasional.

Rektor juga mengatakan bahwa karakter, jatidiri dan budaya unggul bangsa Indonesia pada masa-masa terakhir ini kurang kuat diyakini dan tidak tercermin dalam pola pikir, sikap dan perilaku bangsa.

"Karena itu, pendidikan karakter bangsa perlu dilakukan sebagai upaya untuk merevitalisasi kembali karakter dan budaya unggul bangsa Indonesia," katanya.

Menurut dia, dengan bekerjanya alumni IPB di berbagai bidang, merupakan potensi besar dan diharapkan menjadi kekuatan dalam membangun keberpihakan terhadap pembangunan pertanian dan petani.

"Hal ini menjadi perhatian utama IPB ke depan untuk memperbaiki sistem pendidikan yang berkarakter," demikian Herry Suhardiyanto.

(A035/F006)