KKP beri pelatihan budi daya nila dan lele kepada delegasi Afrika
9 September 2024 14:16 WIB
Kementerian Kelautan dan Perikanan saat membuka pelatihan internasional budi daya perikanan di Badung, Bali, Senin (9/9/2024). ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari
Badung (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memberikan pelatihan mengenai budi daya ikan nila dan lele kepada delegasi dari 10 negara di kawasan Afrika.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDM KP) KKP I Nyoman Radiarta mengatakan pemilihan budi daya ikan ini atas keinginan delegasi sendiri.
“Jadi Pemerintah Indonesia memberi opsi ke peserta, mereka ingin belajar apa, dan muncul keinginan belajar nila dan lele sehingga kami fasilitasi itu, permintaan pemerintah Afrika sendiri,” kata dia di Badung, Bali, Senin.
Adapun 10 negara Afrika yang mengikuti pelatihan internasional ini yaitu Angola, Burundi, Ethiopia, Libya, Madagascar, Malawi, Mozambique, Namibia, Nigeria, dan Tanzania, dengan masing-masing mengirim dua orang delegasi.
Radiarta mengatakan pelatihan internasional ini akan berlangsung pada 9-14 September 2024 dengan konsep pembelajaran teori dalam ruangan dan kunjungan lapangan ke tiga lokasi di Bali.
Untuk kunjungan lapangan, ke-20 delegasi akan dibawa ke Desa Sulahan, Bangli, untuk dikenalkan dengan kelompok pembudidaya ikan nila dan lele.
Selanjutnya masih di kabupaten yang sama, KKP mengajak peserta ke kelompok yang menyiapkan induk-induk ikan nila dan menyiapkan benihnya, kemudian lokasi terakhir melihat pengolahan pakan berbasis magot.
“Ini artinya kami memberikan kegiatan kepada peserta dari hulu sampai hilir, ini bentuk kerja sama selatan-selatan yang sudah dilakukan sejak 2009 sampai 2024, sempat terhenti 2020 dan 2021 karena COVID-19 namun 2022 kami melakukan pelatihan di Banyuwangi dan 2023 di Ambon,” ujarnya.
Radiarta mengatakan budi daya perikanan memberikan kontribusi yang besar terhadap ekonomi Afrika, sektor ini berkaitan erat dengan ketahanan pangan dan gizi serta mata pencaharian masyarakat perikanan disana, sehingga perubahan iklim saja dapat berpengaruh besar pada rantai produksi.
Untuk itu selain menguatkan sumber daya manusia masyarakat kawasan Afrika, kerja sama Indonesia dengan mereka mencakup ekspor produk perikanan untuk membantu pemenuhan negara disana.
“Tentu ini memberi peluang bagi Indonesia memperkuat kerja sama dengan negara-negara Afrika selain mengirim kepakaran kita bertukar keahlian, target kami dengan adanya pelatihan ini akan membuka peluang investasi bagi kita semua,” ujar Radiarta.
Komoditas ikan nila dan lele sendiri disebut sebagai salah satu produk yang diekspor ke 10 negara tersebut, sebab produk perikanan air tawar yang menjadi primadona dari Indonesia.
Setelah pelatihan ini, KKP rencananya akan mengunjungi negara tersebut untuk memantau dampak dari pelatihan internasional ini.
Baca juga: Trenggono: Budi daya ikan nila di danau dapat mencemari lingkungan
Baca juga: KKP sulap tambak udang jadi modeling budi daya nila salin
Baca juga: Dirut BRI sebut ada potensi bisnis dari budidaya nila salin
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDM KP) KKP I Nyoman Radiarta mengatakan pemilihan budi daya ikan ini atas keinginan delegasi sendiri.
“Jadi Pemerintah Indonesia memberi opsi ke peserta, mereka ingin belajar apa, dan muncul keinginan belajar nila dan lele sehingga kami fasilitasi itu, permintaan pemerintah Afrika sendiri,” kata dia di Badung, Bali, Senin.
Adapun 10 negara Afrika yang mengikuti pelatihan internasional ini yaitu Angola, Burundi, Ethiopia, Libya, Madagascar, Malawi, Mozambique, Namibia, Nigeria, dan Tanzania, dengan masing-masing mengirim dua orang delegasi.
Radiarta mengatakan pelatihan internasional ini akan berlangsung pada 9-14 September 2024 dengan konsep pembelajaran teori dalam ruangan dan kunjungan lapangan ke tiga lokasi di Bali.
Untuk kunjungan lapangan, ke-20 delegasi akan dibawa ke Desa Sulahan, Bangli, untuk dikenalkan dengan kelompok pembudidaya ikan nila dan lele.
Selanjutnya masih di kabupaten yang sama, KKP mengajak peserta ke kelompok yang menyiapkan induk-induk ikan nila dan menyiapkan benihnya, kemudian lokasi terakhir melihat pengolahan pakan berbasis magot.
“Ini artinya kami memberikan kegiatan kepada peserta dari hulu sampai hilir, ini bentuk kerja sama selatan-selatan yang sudah dilakukan sejak 2009 sampai 2024, sempat terhenti 2020 dan 2021 karena COVID-19 namun 2022 kami melakukan pelatihan di Banyuwangi dan 2023 di Ambon,” ujarnya.
Radiarta mengatakan budi daya perikanan memberikan kontribusi yang besar terhadap ekonomi Afrika, sektor ini berkaitan erat dengan ketahanan pangan dan gizi serta mata pencaharian masyarakat perikanan disana, sehingga perubahan iklim saja dapat berpengaruh besar pada rantai produksi.
Untuk itu selain menguatkan sumber daya manusia masyarakat kawasan Afrika, kerja sama Indonesia dengan mereka mencakup ekspor produk perikanan untuk membantu pemenuhan negara disana.
“Tentu ini memberi peluang bagi Indonesia memperkuat kerja sama dengan negara-negara Afrika selain mengirim kepakaran kita bertukar keahlian, target kami dengan adanya pelatihan ini akan membuka peluang investasi bagi kita semua,” ujar Radiarta.
Komoditas ikan nila dan lele sendiri disebut sebagai salah satu produk yang diekspor ke 10 negara tersebut, sebab produk perikanan air tawar yang menjadi primadona dari Indonesia.
Setelah pelatihan ini, KKP rencananya akan mengunjungi negara tersebut untuk memantau dampak dari pelatihan internasional ini.
Baca juga: Trenggono: Budi daya ikan nila di danau dapat mencemari lingkungan
Baca juga: KKP sulap tambak udang jadi modeling budi daya nila salin
Baca juga: Dirut BRI sebut ada potensi bisnis dari budidaya nila salin
Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: