PMI tuan rumah SEA Meeting Red Cross and Red Cresent 2024
6 September 2024 18:58 WIB
Palang Merah Indonesia (PMI) jadi tuan rumah gelaran South-East Asia (SEA) Meeting Red Cross and Red Cresent 2024 yang berlangsung pada 2-7 September 2024 di Bali. ANTARA/HO-PMI
Jakarta (ANTARA) - Palang Merah Indonesia (PMI) menjadi tuan rumah dalam gelaran South-East Asia (SEA) Meeting Red Cross and Red Cresent 2024 yang berlangsung pada 2-7 September dengan tema besar “Lebih Kuat Bersama untuk Ketahanan dan Pemulihan Iklim”.
Sekretaris Jenderal PMI A.M. Fachir dalam keterangan resminya, Jumat, mengatakan, kegiatan ini menjadi momen yang penting bagi Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah untuk memperkuat kolaborasi serta menghasilkan upaya-upaya konkret dalam menghadapi tantangan kemanusiaan terbesar saat ini, yaitu krisis iklim.
“Krisis ini telah menjadi persoalan global yang mendesak dan memengaruhi semua aspek kehidupan. Ini adalah bencana global yang memerlukan respons global, terutama dari kita, para pembawa misi dan mandat kemanusiaan," kata A.M. Fachir.
Kegiatan yang diikuti oleh negara yang berada di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Timor Leste, Filipina, Vietnam, Thailand, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Indonesia ini juga membahas krisis kesehatan.
Menurut dia, COVID-19 memberikan pelajaran bagi dunia untuk bisa menghadapi ganasnya virus tersebut yang banyak merenggut nyawa manusia dan juga kerugian sosial serta memengaruhi perekonomian.
“Seperti yang kita ketahui, saat ini sejumlah negara tengah menghadapi merebaknya epidemi baru, yaitu penyakit Monkeypox atau Mpox. Sejumlah kasus juga telah terjadi di Indonesia dan Thailand. Hal ini harus menjadi perhatian kita bersama karena Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan Mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat global,” ujar dia.
Pertemuan yang diklaim membawa banyak manfaat untuk kemanusiaan ini juga membahas bagaimana memperkuat sinergi, jejaring, dan kerja sama antarlembaga, baik itu perhimpunan nasional, ASEAN, mitra Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, pemerintah, sektor swasta, maupun pemangku kepentingan lainnya untuk menghadapi tantangan kemanusiaan.
Selain itu, kegiatan ini juga banyak membahas peran perhimpunan nasional dalam memberdayakan dan mendidik masyarakat, agar mereka tidak hanya siap dan tangguh menghadapi potensi krisis, tetapi juga mampu berkontribusi dalam pengurangan risiko, terutama melalui tindakan adaptasi lingkungan.
Untuk diketahui, kegiatan ini terbagi dalam empat pertemuan seperti SEA Youth Forum, yang dihadiri oleh perwakilan pemimpin muda dan relawan, dan SEA First Aid Network, yang dihadiri oleh para praktisi pertolongan pertama.
Lalu ada juga SEA National RCRC Societies - IFRC Engagement with ASEAN yang dihadiri oleh pimpinan Sekretariat ASEAN, Presiden dan Sekretaris Jenderal perhimpunan nasional, serta Wakil Tetap Negara Asean untuk ASEAN serta SEA Leaders Meeting, yang dihadiri oleh pimpinan perhimpunan nasional, delegasi Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), serta Komite Internasional Palang Merah (ICRC).
Baca juga: Sri Mulyani ungkap krisis iklim dapat sebabkan penurunan PDB 10 persen
Baca juga: Menteri Malaysia: Urgensi krisis iklim tuntut respons global, regional
Sekretaris Jenderal PMI A.M. Fachir dalam keterangan resminya, Jumat, mengatakan, kegiatan ini menjadi momen yang penting bagi Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah untuk memperkuat kolaborasi serta menghasilkan upaya-upaya konkret dalam menghadapi tantangan kemanusiaan terbesar saat ini, yaitu krisis iklim.
“Krisis ini telah menjadi persoalan global yang mendesak dan memengaruhi semua aspek kehidupan. Ini adalah bencana global yang memerlukan respons global, terutama dari kita, para pembawa misi dan mandat kemanusiaan," kata A.M. Fachir.
Kegiatan yang diikuti oleh negara yang berada di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Timor Leste, Filipina, Vietnam, Thailand, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Indonesia ini juga membahas krisis kesehatan.
Menurut dia, COVID-19 memberikan pelajaran bagi dunia untuk bisa menghadapi ganasnya virus tersebut yang banyak merenggut nyawa manusia dan juga kerugian sosial serta memengaruhi perekonomian.
“Seperti yang kita ketahui, saat ini sejumlah negara tengah menghadapi merebaknya epidemi baru, yaitu penyakit Monkeypox atau Mpox. Sejumlah kasus juga telah terjadi di Indonesia dan Thailand. Hal ini harus menjadi perhatian kita bersama karena Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan Mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat global,” ujar dia.
Pertemuan yang diklaim membawa banyak manfaat untuk kemanusiaan ini juga membahas bagaimana memperkuat sinergi, jejaring, dan kerja sama antarlembaga, baik itu perhimpunan nasional, ASEAN, mitra Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, pemerintah, sektor swasta, maupun pemangku kepentingan lainnya untuk menghadapi tantangan kemanusiaan.
Selain itu, kegiatan ini juga banyak membahas peran perhimpunan nasional dalam memberdayakan dan mendidik masyarakat, agar mereka tidak hanya siap dan tangguh menghadapi potensi krisis, tetapi juga mampu berkontribusi dalam pengurangan risiko, terutama melalui tindakan adaptasi lingkungan.
Untuk diketahui, kegiatan ini terbagi dalam empat pertemuan seperti SEA Youth Forum, yang dihadiri oleh perwakilan pemimpin muda dan relawan, dan SEA First Aid Network, yang dihadiri oleh para praktisi pertolongan pertama.
Lalu ada juga SEA National RCRC Societies - IFRC Engagement with ASEAN yang dihadiri oleh pimpinan Sekretariat ASEAN, Presiden dan Sekretaris Jenderal perhimpunan nasional, serta Wakil Tetap Negara Asean untuk ASEAN serta SEA Leaders Meeting, yang dihadiri oleh pimpinan perhimpunan nasional, delegasi Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), serta Komite Internasional Palang Merah (ICRC).
Baca juga: Sri Mulyani ungkap krisis iklim dapat sebabkan penurunan PDB 10 persen
Baca juga: Menteri Malaysia: Urgensi krisis iklim tuntut respons global, regional
Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024
Tags: