ISF 2024
Puteri Indonesia: Validasi sosial bisa untuk promosikan keberlanjutan
Puteri Indonesia Lingkungan Sophie Kirana (kiri) bersama President Director Nestle Indonesia Samer Chedid (kedua kanan), dan Southeast Asia Head of Government and Public Policy Affairs Nike Devi Kusumaningtyas (kanan) menyampaikan pemaparan diskusi sesi pleno ketujuh International Sustainbility Forum (ISF) 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Jumat (6/9/2024). Sesi pleno ketujuh tersebut membahas tentang Revolutionizing Consumer Sustainability and Waste Management. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/foc. (ANTARA FOTO/ASPRILLA DWI ADHA)
Sophie mengatakan terdapat sebuah fenomena di mana orang cenderung mengikuti hal yang kebanyakan orang lakukan, dan mereka berpikir bahwa jika sesuatu tersebut dilakukan banyak orang maka hal tersebut adalah benar. Dengan melakukan hal itu, katanya, mereka mendapatkan validasi sosial.
"Saya kira dengan fenomena validasi sosial ini, kita bisa (memanfaatkannya) dengan cara berkolaborasi dengan banyak figur publik yang bisa menginspirasi dan memberikan dampak, serta menunjukkan seperti apa hidup yang berkelanjutan (diterapkan) dalam keseharian," katanya.
Dia menjelaskan banyak yang mengira bahwa hidup berkelanjutan itu sekedar membeli barang-barang ramah lingkungan. Namun, katanya, hal itu merupakan sebuah miskonsepsi.
"Saya mendefinisikan keberlanjutan sebagai sebuah aksi untuk menjadi sadar tanpa merusak lingkungan, serta mengambil langkah-langkah tanpa merusak lingkungan," katanya.
Baca juga: Dirjen EBTKE sebut draf revisi PP KEN telah disepakati
Baca juga: Pendanaan campuran bantu negara berkembang wujudkan transisi energi
Dia berharap keberlanjutan menjadi sebuah gaya hidup yang diterapkan dalam keseharian orang-orang.
Dalam kesempatan itu, Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Rut Krüger Giverin mengatakan bahwa setiap orang memiliki peran penting dalam mempromosikan keberlanjutan pada khalayak, contohnya figur publik yang mempengaruhi kebiasaan orang, serta korporasi yang membuat produk-produk ramah lingkungan yang terjangkau namun tetap menguntungkan.
Namun, katanya, dalam membangun kebiasaan itu, publik dipengaruhi oleh sistem sehingga perlu ada sistem yang dibangun pemerintah yang dapat membangun gaya hidup itu.
Dia mencontohkan pengalamannya di Norwegia, di mana di setiap kemasan produk yang dia pakai terdapat simbol yang memberitahukan ke mana kemasan tersebut harus dibuang setelah selesai dipakai.
"Dan setelah masuk situ (tempat sampah), ke mana saya harus memindahkannya? Dan saya juga tentunya merasa yakin bahwa ini akan diurus oleh pemerintah lokal, dan akan diproses sebaik mungkin dalam ekonomi sirkular," katanya.
Dia mengatakan dengan memberikan informasi serta membuat orang percaya melalui regulasi, standar dan insentif, maka gaya hidup itu terbangun.
Baca juga: Paul Polman sebut tiga hal untuk membangun bisnis berkelanjutan di RI
Baca juga: Kemenko Marves sebut perubahan iklim harus diatasi dari berbagai sudut
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024