China rangkul negara Afrika untuk modernisasi ramah lingkungan
5 September 2024 17:00 WIB
Presiden China Xi Jinping berdiri di panggung bersama dengan para pemimpin negara dan pemerintahan Afrika dalam Konferensi Tingkat Tinggi Forum Kerja Sama Tiongkok-Afrika (FOCAC) 2024 di Beijing, Kamis (5/9/2024). ANTARA/Desca Lidya Natalia.
Beijing (ANTARA) - Presiden China Xi Jinping mengajak negara-negara Afrika untuk melakukan modernisasi yang ramah lingkungan dengan menyediakan teknologi rendah karbon.
"Kita harus bersama-sama memajukan modernisasi yang ramah lingkungan. Pembangunan hijau merupakan ciri khas modernisasi di era baru dan China siap membantu Afrika membangun 'mesin pertumbuhan hijau', mempersempit kesenjangan dalam aksesibilitas energi dan bersama-sama mendorong transisi global menuju pembangunan hijau dan rendah karbon," kata Xi saat menyampaikan pidato pembuka dalam Konferensi Tingkat Tinggi (FOCAC) 2024 di Beijing, China pada Kamis.
KTT FOCAC 2024 berlangsung pada 4-6 September 2024 di Beijing. FOCAC (Forum on China-Africa Cooperation) adalah forum kerja sama resmi antara China, 53 negara di benua Afrika (kecuali Eswatini) dan Komisi Uni Afrika yang terbentuk pertama kali pada 2000 dan mengadakan KTT di level kepala negara/pemerintahan setiap tiga tahun sekali.
"Kita harus bersama-sama memajukan modernisasi yang didukung oleh perdamaian dan keamanan. Modernisasi tidak akan mungkin terjadi tanpa lingkungan yang damai dan stabil untuk pembangunan," tambah Presiden Xi.
China, menurut Xi, siap membantu Afrika meningkatkan kapasitasnya dalam menjaga perdamaian dan stabilitas secara mandiri, memprioritaskan Afrika dalam melaksanakan Prakarsa Keamanan Global serta bekerja sama dengan Afrika untuk menegakkan perdamaian dan stabilitas dunia.
Selain itu, Xi juga mengaku ingin mempromosikan modernisasi yang setara.
"Kita tidak hanya harus mengikuti aturan-aturan umum, tetapi juga bertindak berdasarkan realitas dalam negeri kita. China mendukung semua negara dalam mengeksplorasi jalur-jalur modernisasi yang sesuai dengan kondisi nasional mereka," ungkap Xi.
Modernisasi versi China, kata Xi, adalah modernisasi yang terbuka dan saling menguntungkan.
"China siap mempererat kerja sama dengan Afrika di bidang industri, pertanian, infrastruktur, perdagangan, dan investasi, mempromosikan proyek kerja sama 'Belt and Road Initiative' yang layak dicontoh dan berkualitas tinggi, serta membangun bersama model untuk pelaksanaan Inisiatif Pembangunan Global," tambah Presiden Xi.
Presiden Xi menyebut tujuan akhir modernisasi adalah pengembangan manusia yang bebas dan total.
"China akan bekerja sama dengan Afrika untuk mempromosikan pelatihan personel, pengurangan kemiskinan, membuka lapangan kerja, meningkatkan keamanan masyarakat saat proses modernisasi dan memastikan bahwa semua pihak akan memperoleh manfaat dari proses tersebut," kata Xi.
Ia pun meminta agar negara-negara Afrika dapat ikut bersama-sama memajukan modernisasi yang menonjolkan keberagaman dan inklusivitas.
"China akan meningkatkan pertukaran antarmasyarakat dan budaya dengan Afrika, memperjuangkan rasa saling menghormati, inklusivitas, dan koeksistensi berbagai peradaban dalam perjalanan menuju modernisasi serta berjuang bersama untuk hasil yang lebih bermanfaat," jelas Xi.
Presiden Mauritania Mohamed Ould Cheikh El Ghazouani yang juga menjabat sebagai Ketua Uni Afrika (AU) mengaku bahwa negara-negara Afrika adalah pihak yang paling membutuhkan bantuan, stabilitas keamanan dan asistensi dalam pembangunan agar dapat terlibat dalam pembangunan global.
"Kami membuatkan sistem politik global yang seimbang sehingga semua negara dapat menikmati modernisasi secara seimbang, dan hal itu tampak dalam kerja sama 'Belt and Road Initiative' yang digagas oleh China," kata Presiden Mohamed Ould saat memberikan sambutan.
Sebelumnya, Pemerintah China mengungkapkan sejak FOCAC berdiri pada 2000, perusahaan-perusahaan China telah membantu negara-negara Afrika untuk membangun atau meningkatkan lebih dari 10.000 km rel kereta api, 100.000 km jalan raya, 1.000 jembatan, dan hampir 100 pelabuhan. Selain itu teknologi di bidang pertanian dari China disebut berhasil meningkatkan hasil panen lokal rata-rata 30-60 persen.
Sedangkan berdasarkan data Kementerian Perdagangan China dari Desember 2021 - Juli 2024, impor China dari Afrika mencapai 305,9 miliar dolar AS. China juga sudah menjadi mitra dagang utama Afrika selama 15 tahun berturut-turut.
Hadir dalam KTT FOCAC 2024 antara lain Presiden Senegal Bassirou Diomaye Faye, Presiden Mauritania Mohamed Ould Cheikh El Ghazouani sekaligus Ketua Uni Afrika (AU), Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Kongo Felix Tshisekedi, Presiden Nigeria Bola Tinubu, Presiden Tanzania Samia Suluhu, Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dan pemimpin negara maupun pemerintahan lainnya.
Baca juga: China akan beri hibah militer senilai Rp2,1 triliun ke Afrika
Baca juga: Xi Jinping: hubungan China-Afrika ada di titik terbaik dalam sejarah
Baca juga: China beri stimulus ke dalam transisi energi hijau Afrika: UNECA
"Kita harus bersama-sama memajukan modernisasi yang ramah lingkungan. Pembangunan hijau merupakan ciri khas modernisasi di era baru dan China siap membantu Afrika membangun 'mesin pertumbuhan hijau', mempersempit kesenjangan dalam aksesibilitas energi dan bersama-sama mendorong transisi global menuju pembangunan hijau dan rendah karbon," kata Xi saat menyampaikan pidato pembuka dalam Konferensi Tingkat Tinggi (FOCAC) 2024 di Beijing, China pada Kamis.
KTT FOCAC 2024 berlangsung pada 4-6 September 2024 di Beijing. FOCAC (Forum on China-Africa Cooperation) adalah forum kerja sama resmi antara China, 53 negara di benua Afrika (kecuali Eswatini) dan Komisi Uni Afrika yang terbentuk pertama kali pada 2000 dan mengadakan KTT di level kepala negara/pemerintahan setiap tiga tahun sekali.
"Kita harus bersama-sama memajukan modernisasi yang didukung oleh perdamaian dan keamanan. Modernisasi tidak akan mungkin terjadi tanpa lingkungan yang damai dan stabil untuk pembangunan," tambah Presiden Xi.
China, menurut Xi, siap membantu Afrika meningkatkan kapasitasnya dalam menjaga perdamaian dan stabilitas secara mandiri, memprioritaskan Afrika dalam melaksanakan Prakarsa Keamanan Global serta bekerja sama dengan Afrika untuk menegakkan perdamaian dan stabilitas dunia.
Selain itu, Xi juga mengaku ingin mempromosikan modernisasi yang setara.
"Kita tidak hanya harus mengikuti aturan-aturan umum, tetapi juga bertindak berdasarkan realitas dalam negeri kita. China mendukung semua negara dalam mengeksplorasi jalur-jalur modernisasi yang sesuai dengan kondisi nasional mereka," ungkap Xi.
Modernisasi versi China, kata Xi, adalah modernisasi yang terbuka dan saling menguntungkan.
"China siap mempererat kerja sama dengan Afrika di bidang industri, pertanian, infrastruktur, perdagangan, dan investasi, mempromosikan proyek kerja sama 'Belt and Road Initiative' yang layak dicontoh dan berkualitas tinggi, serta membangun bersama model untuk pelaksanaan Inisiatif Pembangunan Global," tambah Presiden Xi.
Presiden Xi menyebut tujuan akhir modernisasi adalah pengembangan manusia yang bebas dan total.
"China akan bekerja sama dengan Afrika untuk mempromosikan pelatihan personel, pengurangan kemiskinan, membuka lapangan kerja, meningkatkan keamanan masyarakat saat proses modernisasi dan memastikan bahwa semua pihak akan memperoleh manfaat dari proses tersebut," kata Xi.
Ia pun meminta agar negara-negara Afrika dapat ikut bersama-sama memajukan modernisasi yang menonjolkan keberagaman dan inklusivitas.
"China akan meningkatkan pertukaran antarmasyarakat dan budaya dengan Afrika, memperjuangkan rasa saling menghormati, inklusivitas, dan koeksistensi berbagai peradaban dalam perjalanan menuju modernisasi serta berjuang bersama untuk hasil yang lebih bermanfaat," jelas Xi.
Presiden Mauritania Mohamed Ould Cheikh El Ghazouani yang juga menjabat sebagai Ketua Uni Afrika (AU) mengaku bahwa negara-negara Afrika adalah pihak yang paling membutuhkan bantuan, stabilitas keamanan dan asistensi dalam pembangunan agar dapat terlibat dalam pembangunan global.
"Kami membuatkan sistem politik global yang seimbang sehingga semua negara dapat menikmati modernisasi secara seimbang, dan hal itu tampak dalam kerja sama 'Belt and Road Initiative' yang digagas oleh China," kata Presiden Mohamed Ould saat memberikan sambutan.
Sebelumnya, Pemerintah China mengungkapkan sejak FOCAC berdiri pada 2000, perusahaan-perusahaan China telah membantu negara-negara Afrika untuk membangun atau meningkatkan lebih dari 10.000 km rel kereta api, 100.000 km jalan raya, 1.000 jembatan, dan hampir 100 pelabuhan. Selain itu teknologi di bidang pertanian dari China disebut berhasil meningkatkan hasil panen lokal rata-rata 30-60 persen.
Sedangkan berdasarkan data Kementerian Perdagangan China dari Desember 2021 - Juli 2024, impor China dari Afrika mencapai 305,9 miliar dolar AS. China juga sudah menjadi mitra dagang utama Afrika selama 15 tahun berturut-turut.
Hadir dalam KTT FOCAC 2024 antara lain Presiden Senegal Bassirou Diomaye Faye, Presiden Mauritania Mohamed Ould Cheikh El Ghazouani sekaligus Ketua Uni Afrika (AU), Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Kongo Felix Tshisekedi, Presiden Nigeria Bola Tinubu, Presiden Tanzania Samia Suluhu, Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dan pemimpin negara maupun pemerintahan lainnya.
Baca juga: China akan beri hibah militer senilai Rp2,1 triliun ke Afrika
Baca juga: Xi Jinping: hubungan China-Afrika ada di titik terbaik dalam sejarah
Baca juga: China beri stimulus ke dalam transisi energi hijau Afrika: UNECA
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024
Tags: