Menlu Retno sampaikan tiga hal penting dari penyelenggaraan IAF Ke-2
5 September 2024 13:28 WIB
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan keterangan pers terkait pelaksanaan High Level Forum on Multi Stakeholder Partnerships (HLF MSP) and Indonesia Afrika Forum (IAF) II di Nusa Dua, Badung, Bali, Senin (2/9/2024). Menlu Retno Marsudi memaparkan relevansi Bandung Spirit yang dihasilkan dari Konferensi Asia Afrika 1955 sebagai fondasi untuk melanjutkan pembangunan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara Afrika di masa mendatang. ANTARA FOTO/Media Center IAF II-HLF MSP/Paramayuda/nym
Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyampaikan tiga hal penting yang dapat ditarik sebagai hasil dari penyelenggaraan Indonesia-Afrika Forum (IAF) Ke-2 di Bali pada 1–3 September 2024.
"Pertama, mengenai Bandung Spirit. Bandung Spirit masih terus menjadi rujukan dalam pelaksanaan kerja sama selatan-selatan," kata Retno dalam rapat kerja bersama Komisi I DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis.
Menlu mengatakan bahwa Bandung Spirit yang dihasilkan dari Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 masih relevan, bahkan menjadi pelita yang menerangi jalinan kerja sama di antara negara-negara selatan.
"Bandung Spirit bukan hanya masih relevan, namun menjadi lebih relevan dan bahkan menjadi pelita yang menerangi jalan kerja sama di antara negara-negara selatan," ujarnya.
Baca juga: Menlu sebut negara-negara Afrika tertarik dengan industri kelapa sawit
Kedua, kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan, sebagaimana yang menjadi harapan dari negara-negara Afrika.
Retno mengatakan bahwa kemitraan yang saling menguntungkan dan tidak terkait dengan ambisi geopolitik menjadi alternatif kerja sama.
Menurut Retno, Afrika adalah benua yang penuh harapan dengan memiliki jumlah penduduk besar, muda, dan memiliki sumber daya manusia yang besar pula.
"Rata-rata keinginan kerja sama mereka di bidang peningkatan perdagangan, peningkatan investasi, terutama pada pembangunan, infrastruktur, industri hilir, pertanian, energi, kesehatan, dan lain-lain," ucapnya.
Baca juga: IAF 2024 catat kesepakatan bisnis capai 3,5 miliar dolar AS
Ketiga, kerja sama pembangunan. Retno mengatakan bahwa pengembangan kapasitas yang diharapkan oleh negara-negara Afrika, antara lain di bidang pertanian dan industri hilir.
"Guna memberikan impact yang lebih besar maka kerja sama triangular menjadi salah satu pilihan yang tepat," tuturnya.
Retno menjelaskan bahwa penyelenggaraan IAF Ke-2 ditutup dengan high note, dengan naiknya angka deliverables atau kerja sama konkret senilai 3,5 miliar dollar AS, yang terdiri atas sektor energi, kesehatan, pangan, infrastruktur, dan industri strategis.
Menlu menambahkan kesepakatan bisnis IAF Ke-2 itu melonjak tinggi dibanding IAF Ke-1 yang diselenggarakan tahun 2018, dengan kesepakatan bisnis senilai 586 juta dollar AS.
Baca juga: Indonesia serukan Global South sebagai penggerak perubahan di IAF 2024
Dia juga menambahkan beberapa memorandum of understanding (MoU) turut ditandatangani pada IAF Ke-2, antara lain MoU pengelolaan panas bumi dan tenaga matahari, serta MoU kerja sama farmasi dan transfer teknologi vaksin.
"Dan LoI (letter of intent) pembelian dan perawatan pesawat oleh Republic Democratic Kongo dan juga dengan Senegal," katanya.
IAF Ke-2 diselenggarakan bersama dengan Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak (HLF-MSP) dalam rangka mendorong kerja sama pembangunan dengan negara-negara Afrika.
Pertemuan Indonesia-Africa Parliamentary Forum (IAPF) diselenggarakan sebelum pelaksanaan IAF Ke-2 di Bali pada 31 Agustus hingga 2 September 2024.
Baca juga: Indonesia capai perjanjian bisnis industri strategis, kesehatan, EBT
Baca juga: Sebanyak 40 perusahaan Indonesia jalin kerja sama strategis di IAF-2
"Pertama, mengenai Bandung Spirit. Bandung Spirit masih terus menjadi rujukan dalam pelaksanaan kerja sama selatan-selatan," kata Retno dalam rapat kerja bersama Komisi I DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis.
Menlu mengatakan bahwa Bandung Spirit yang dihasilkan dari Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 masih relevan, bahkan menjadi pelita yang menerangi jalinan kerja sama di antara negara-negara selatan.
"Bandung Spirit bukan hanya masih relevan, namun menjadi lebih relevan dan bahkan menjadi pelita yang menerangi jalan kerja sama di antara negara-negara selatan," ujarnya.
Baca juga: Menlu sebut negara-negara Afrika tertarik dengan industri kelapa sawit
Kedua, kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan, sebagaimana yang menjadi harapan dari negara-negara Afrika.
Retno mengatakan bahwa kemitraan yang saling menguntungkan dan tidak terkait dengan ambisi geopolitik menjadi alternatif kerja sama.
Menurut Retno, Afrika adalah benua yang penuh harapan dengan memiliki jumlah penduduk besar, muda, dan memiliki sumber daya manusia yang besar pula.
"Rata-rata keinginan kerja sama mereka di bidang peningkatan perdagangan, peningkatan investasi, terutama pada pembangunan, infrastruktur, industri hilir, pertanian, energi, kesehatan, dan lain-lain," ucapnya.
Baca juga: IAF 2024 catat kesepakatan bisnis capai 3,5 miliar dolar AS
Ketiga, kerja sama pembangunan. Retno mengatakan bahwa pengembangan kapasitas yang diharapkan oleh negara-negara Afrika, antara lain di bidang pertanian dan industri hilir.
"Guna memberikan impact yang lebih besar maka kerja sama triangular menjadi salah satu pilihan yang tepat," tuturnya.
Retno menjelaskan bahwa penyelenggaraan IAF Ke-2 ditutup dengan high note, dengan naiknya angka deliverables atau kerja sama konkret senilai 3,5 miliar dollar AS, yang terdiri atas sektor energi, kesehatan, pangan, infrastruktur, dan industri strategis.
Menlu menambahkan kesepakatan bisnis IAF Ke-2 itu melonjak tinggi dibanding IAF Ke-1 yang diselenggarakan tahun 2018, dengan kesepakatan bisnis senilai 586 juta dollar AS.
Baca juga: Indonesia serukan Global South sebagai penggerak perubahan di IAF 2024
Dia juga menambahkan beberapa memorandum of understanding (MoU) turut ditandatangani pada IAF Ke-2, antara lain MoU pengelolaan panas bumi dan tenaga matahari, serta MoU kerja sama farmasi dan transfer teknologi vaksin.
"Dan LoI (letter of intent) pembelian dan perawatan pesawat oleh Republic Democratic Kongo dan juga dengan Senegal," katanya.
IAF Ke-2 diselenggarakan bersama dengan Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak (HLF-MSP) dalam rangka mendorong kerja sama pembangunan dengan negara-negara Afrika.
Pertemuan Indonesia-Africa Parliamentary Forum (IAPF) diselenggarakan sebelum pelaksanaan IAF Ke-2 di Bali pada 31 Agustus hingga 2 September 2024.
Baca juga: Indonesia capai perjanjian bisnis industri strategis, kesehatan, EBT
Baca juga: Sebanyak 40 perusahaan Indonesia jalin kerja sama strategis di IAF-2
Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2024
Tags: