Buku "Di Balik Layar" KAA 1955 diluncurkan
24 April 2014 09:55 WIB
Penutupan KAA Kelompok "Karinding Bolang Sangu Liwet" tampil memainkan kesenian karinding pada penutupan peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-59 di kawasan Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat, Minggu (20/4).(ANTARA FOTO/Agus Bebeng)
Bandung (ANTARA News) - Buku yang mengupas pelaku sejarah pada Konferensi Asia Afrika, "Di Balik Layar" diluncurkan pada rangkaian peringatan HUT ke-59 Konferensi Asia Afrika (KAA) di Museum Konferensi Asia Afrika Bandung.
"Buku berjudul Di Balik Layar ini berisikan berbagai rekam sejarah KAA tahun 1955 di mata para pelakunya. Melalui buku ini diharapkan generasi muda dapat merasakan dan meneruskan gairah semangat KAA," kata penulis buku, Sulhan Syafei di Bandung, Kamis.
Menurut Sulhan, melalui KAA banyak negara-negara yang terinspirasi untuk melawan ketidakadilan.
Oleh karena itu melalui buku ini ia berusaha untuk memberikan inspirasi dan panduan dengan informasi-informasi yang akurat.
"Semoga buku ini bisa jadi panduan bacaan dengan isinya yang benar," kata Sulhan.
Kepala Museum KAA Thomas Adrian Siregar menyambut baik hadirnya buku "Di Balik Layar" yang mengupas sisi lain dari kegiatan yang diikuti oleh 106 negara dari Asia dan Afrika itu.
Buku sejarah seperti ini dapat memperkaya wawasan dan menambah informasi yang ada di buku-buku sejarah lain.
Buku sejarah diperlukan untuk membantu masyarakat dan generasi muda merasakan energi pada KAA tahun 1955.
Beberapa acara peringatan KAA juga menghadirkan para saksi sejarah yang turut terlibat dalam KAA.
Para saksi sejarah tersebut diantaranya Hj Romlah Rustandi Martakusumah selaku pendamping delegasi, Paul Tedja Surja selaku wartawan muda yang meliput KAA tahun 1955 dan Solihin GP, yang pada saat itu turut mengamankan pelaksanaan KAA.
"Buku berjudul Di Balik Layar ini berisikan berbagai rekam sejarah KAA tahun 1955 di mata para pelakunya. Melalui buku ini diharapkan generasi muda dapat merasakan dan meneruskan gairah semangat KAA," kata penulis buku, Sulhan Syafei di Bandung, Kamis.
Menurut Sulhan, melalui KAA banyak negara-negara yang terinspirasi untuk melawan ketidakadilan.
Oleh karena itu melalui buku ini ia berusaha untuk memberikan inspirasi dan panduan dengan informasi-informasi yang akurat.
"Semoga buku ini bisa jadi panduan bacaan dengan isinya yang benar," kata Sulhan.
Kepala Museum KAA Thomas Adrian Siregar menyambut baik hadirnya buku "Di Balik Layar" yang mengupas sisi lain dari kegiatan yang diikuti oleh 106 negara dari Asia dan Afrika itu.
Buku sejarah seperti ini dapat memperkaya wawasan dan menambah informasi yang ada di buku-buku sejarah lain.
Buku sejarah diperlukan untuk membantu masyarakat dan generasi muda merasakan energi pada KAA tahun 1955.
Beberapa acara peringatan KAA juga menghadirkan para saksi sejarah yang turut terlibat dalam KAA.
Para saksi sejarah tersebut diantaranya Hj Romlah Rustandi Martakusumah selaku pendamping delegasi, Paul Tedja Surja selaku wartawan muda yang meliput KAA tahun 1955 dan Solihin GP, yang pada saat itu turut mengamankan pelaksanaan KAA.
Pewarta: Syarif Abdullah
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014
Tags: