New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia turun pada Rabu (Kamis pagi WIB), setelah persediaan minyak mentah komersial AS naik mencapai rekor tertinggi, karena menguatnya produksi di negara konsumen minyak terbesar dunia itu.

Kontrak utama minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, turun 31 sen pada hari pertama perdagangannya menjadi ditutup pada 101,44 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, lapor AFP.

Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni turun 16 sen menjadi berakhir pada 109,11 dolar AS per barel di perdagangan London.

Departemen Energi AS (DoE) melaporkan stok minyak mentah komersial AS naik 3,5 juta barel menjadi 397,7 juta barel untuk pekan yang berakhir 18 April.

Itu adalah tingkat persediaan tertinggi sejak DoE mulai mengeluarkan data mingguan pada 1982 dan tingkat tertinggi sejak 1931, menurut data bulanan disimpan oleh agen.

Peningkatan persediaan ini lebih besar dari perkiraan para analis, dengan perkiraan rata-rata 2,4 juta barel yang dilaporkan oleh Dow Jones Newswire, tetapi investor telah bersiap untuk rekor baru pada Selasa, mengirim WTI melemah tajam.

Carl Larry dari Oil Outlooks and Opinion mengatakan pasar "agak netral" setelah laporan persediaan sekilas "bearish".

"Setelah langkah kemarin, Anda melihat nilai wajar lagi," katanya.

"Ada lebih banyak sisi kenaikan ketika permintaan mulai menggeliat lagi ... karena ekonomi menunjukkan pertumbuhan yang stabil."

Reaksi pasar diperlemah oleh data DoE yang menunjukkan persediaan di pusat perdagangan Cushing, Oklahoma, yang diawasi ketat, turun 800.000 barel menjadi 26,0 juta barel, menurut John Kilduff dari Again Capital.

Investor juga terus memantau perkembangan krisis antara Rusia dan Ukraina, yang merupakan saluran utama untuk pengiriman gas alam Rusia ke Eropa Barat, kata para analis.

Pedagang tetap "waspada terhadap setiap perkembangan yang meyakinkan di Kawasan Timur Ukraina yang akan meningkatkan ketegangan atau meningkatkan kemungkinan suatu gangguan dalam pasokan minyak dan gas Rusia," kata Tim Evans dari Citi Futures.





Penerjemah: Apep Suhendar