BRIN sebut Mpox varian Clade Ib miliki tingkat penularan lebih cepat
4 September 2024 14:46 WIB
Penumpang dari luar negeri melintas di area pemindai suhu tubuh milik Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan (BBKK) Soekarno-Hatta setibanya di Terminal 3 Internasional Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (2/9/2024). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/Spt.
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan virus cacar monyet atau monkey pox (Mpox) varian Clade Ib terindikasi memiliki tingkat penularan lebih cepat dan keparahan lebih tinggi, termasuk terhadap populasi anak-anak.
"BRIN sebagai badan organisasi riset memiliki salah satu tanggung jawab dalam upaya pencegahan wabah/KLB di Indonesia. Penelitian lebih lanjut perlu terus dilakukan terkait epidemiologi, transmisi dan pengembangan vaksin atau terapi baru dalam upaya pengendalian Mpox," kata kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN Ni Luh Putu Indi Dharmayanti dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu.
Indi menjelaskan, Mpox dipengaruhi oleh beberapa clade yaitu clade Ia, clade lb, dan clade Ilb. Clade Ia berkaitan dengan kasus yang terjadi pada anak-anak dan juga dewasa dengan manifestasi klinis yang lebih berat.
Sedangkan clade lb dan Ilb, penularan antar manusia sebagian besar terjadi melalui kontak seksual. Skrining ketat dilakukan menyusul ditemukannya varian Clade Ib di luar kawasan Afrika.
Ia menjelaskan untuk mencegah peningkatan kasus Mpox, pemerintah melakukan gerak cepat dengan memperketat pemeriksaan kesehatan di pintu masuk negara dan mengaktifkan kembali pelacakan mobilitas pelaku perjalanan melalui aplikasi SATUSEHAT Health Pass.
Diketahui, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pemerintah memutuskan untuk mengaktifkan kembali sistem deteksi dini penyakit menular guna mencegah importasi penyakit Mpox di dalam negeri.
Upaya tersebut merupakan strategi surveilans yang ditempuh pemerintah dalam merespons kemunculan strain Mpox terbaru yang bernama 1B, karena lebih berisiko mematikan dari strain pendahulunya, 2B.
"Strain 1B ini fatalitasnya lebih tinggi daripada yang sebelumnya, yang ada di Indonesia, di Asia itu umumnya 2B. Jadi rupanya kekhawatirannya lebih, karena adanya varian baru yang fatalitasnya mendekati 10 persen dibandingkan dengan varian lama yang 0,1 persen," katanya.
Metode Electronic Surveillance Card, kata Budi, sama halnya seperti Aplikasi Pedulilindungi yang sebelumnya diterapkan sepanjang periode pandemi COVID-19.
Setiap orang yang datang dari luar negeri, kara Budi, akan memindai kode batang atau QR code, yang merekam riwayat perjalanan, dengan notifikasi warna kuning, hijau, dan merah.
Kemenkes sudah menyiapkan dua unit mesin PCR yang bisa 30-40 menit mendeteksi gejala Mpox, masing-masing disimpan di Jakarta, Cengkareng, dan Bali.
Baca juga: BRIN ingatkan disiplin protokol kesehatan cegah penularan cacar monyet
Baca juga: Citilink sterilisasi seluruh armada pesawat cegah MPox
Baca juga: Indonesia donasikan vaksin kepada negara Afrika terdampak wabah Mpox
"BRIN sebagai badan organisasi riset memiliki salah satu tanggung jawab dalam upaya pencegahan wabah/KLB di Indonesia. Penelitian lebih lanjut perlu terus dilakukan terkait epidemiologi, transmisi dan pengembangan vaksin atau terapi baru dalam upaya pengendalian Mpox," kata kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN Ni Luh Putu Indi Dharmayanti dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu.
Indi menjelaskan, Mpox dipengaruhi oleh beberapa clade yaitu clade Ia, clade lb, dan clade Ilb. Clade Ia berkaitan dengan kasus yang terjadi pada anak-anak dan juga dewasa dengan manifestasi klinis yang lebih berat.
Sedangkan clade lb dan Ilb, penularan antar manusia sebagian besar terjadi melalui kontak seksual. Skrining ketat dilakukan menyusul ditemukannya varian Clade Ib di luar kawasan Afrika.
Ia menjelaskan untuk mencegah peningkatan kasus Mpox, pemerintah melakukan gerak cepat dengan memperketat pemeriksaan kesehatan di pintu masuk negara dan mengaktifkan kembali pelacakan mobilitas pelaku perjalanan melalui aplikasi SATUSEHAT Health Pass.
Diketahui, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pemerintah memutuskan untuk mengaktifkan kembali sistem deteksi dini penyakit menular guna mencegah importasi penyakit Mpox di dalam negeri.
Upaya tersebut merupakan strategi surveilans yang ditempuh pemerintah dalam merespons kemunculan strain Mpox terbaru yang bernama 1B, karena lebih berisiko mematikan dari strain pendahulunya, 2B.
"Strain 1B ini fatalitasnya lebih tinggi daripada yang sebelumnya, yang ada di Indonesia, di Asia itu umumnya 2B. Jadi rupanya kekhawatirannya lebih, karena adanya varian baru yang fatalitasnya mendekati 10 persen dibandingkan dengan varian lama yang 0,1 persen," katanya.
Metode Electronic Surveillance Card, kata Budi, sama halnya seperti Aplikasi Pedulilindungi yang sebelumnya diterapkan sepanjang periode pandemi COVID-19.
Setiap orang yang datang dari luar negeri, kara Budi, akan memindai kode batang atau QR code, yang merekam riwayat perjalanan, dengan notifikasi warna kuning, hijau, dan merah.
Kemenkes sudah menyiapkan dua unit mesin PCR yang bisa 30-40 menit mendeteksi gejala Mpox, masing-masing disimpan di Jakarta, Cengkareng, dan Bali.
Baca juga: BRIN ingatkan disiplin protokol kesehatan cegah penularan cacar monyet
Baca juga: Citilink sterilisasi seluruh armada pesawat cegah MPox
Baca juga: Indonesia donasikan vaksin kepada negara Afrika terdampak wabah Mpox
Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024
Tags: