MSP & IAF Bali
Wamenlu sebut nilai perjanjian bisnis di IAF bisa sentuh Rp55 triliun
3 September 2024 15:25 WIB
Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury saat konferensi pers di sela-sela Indonesia-Africa Forum (IAF) ke-2 di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa (3/9/2024). ANTARA/Kuntum Riswan
Badung (ANTARA) - Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury menyebut nilai perjanjian bisnis antara Indonesia dan Afrika selama momentum penyelenggaraan Indonesia-Africa Forum (IAF) dan High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP) bisa menyentuh angka 3,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp55 triliun.
“Saat ini totalnya adalah 2,95 miliar dolar AS (Rp45,8 triliun). Jadi kita berharap nanti sebelum akhir bulan September, sudah bisa melampaui angka 3,5 miliar dolar AS (sekitar Rp55 triliun),” kata Wamenlu Pahala saat konferensi pers di sela-sela Indonesia-Africa Forum (IAF) ke-2 di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa.
Wamenlu menjelaskan bahwa sebagian besar kesepakatan bisnis antara Indonesia dan negara-negara Afrika memang difinalisasi selama forum IAF dan HLF MSP berlangsung pada 1-3 September 2024.
Sejumlah kerja sama tersebut di antaranya optimalisasi suplai gas menjadi pupuk dan amonia, serta kegiatan upstream pengelolaan di sektor migas.
Setelah IAF dan HLF MSP, lanjutnya, sejumlah pembahasan yang sebelumnya telah dijajaki akan disepakati hingga pertengahan September.
Sehingga nilainya diperkirakan akan bertambah menjadi sekitar Rp55-56 triliun.
“Kita terus kumpulkan, diperkirakan nanti sampai dengan pertengahan bulan September menuju ke akhir bulan September dengan beberapa tambahan kesempatan yang sudah kita jajaki saat ini, kita cukup optimis bahwa kita akan bisa mencapai target,” ucapnya.
Selain penandatanganan kerja sama bisnis, Indonesia juga sepakat untuk meningkatkan kerja sama strategis antara Indonesia dengan Afrika Selatan, termasuk mengembangkan rencana aksi kemitraan strategis di tahun 2024 hingga 2029.
Lalu, peningkatan kontak bisnis melalui pembebasan visa bagi pemegang paspor dan eksplorasi penjajakan Preferential Trade Agreement (PTA).
“Barusan saya baru saja menyelesaikan pertemuan juga dengan East Africa Community atau EAC di mana memang fokus daripada EAC adalah pengembangan daripada integrasi ekonomi di Afrika Timur,” tambahnya.
Pahala menjelaskan bahwa East Africa Community memiliki 8 anggota tetapi mereka terus berharap bahwa nanti dengan pengembangannya akan memiliki jumlah anggota sampai dengan 15.
Kementerian Keuangan mencatat saat ini nilai perdagangan antara Indonesia dengan EAC mencapai kurang lebih sekitar 1,2 miliar dolar AS (Rp18,6 triliun) dan capaian tersebut diharapkan dapat bertambah melalui pemanfaatan PTA.
“Kita berharap tentunya kita akan bisa mendapatkan manfaat dengan meningkatnya produk-produk kita termasuk produk kesehatan, pangan dan juga produk di sektor lain seperti misalnya tekstil dan juga garmen,” tutur dia.
Baca juga: Kemlu jadikan hasil IAF sebagai masukan untuk Majelis Umum PBB
Baca juga: Kemparekraf fasilitasi kerja sama selatan-selatan dalam IAF
Baca juga: Amplifikasi hilirisasi sektor mineral di bumi Afrika melalui IAF
“Saat ini totalnya adalah 2,95 miliar dolar AS (Rp45,8 triliun). Jadi kita berharap nanti sebelum akhir bulan September, sudah bisa melampaui angka 3,5 miliar dolar AS (sekitar Rp55 triliun),” kata Wamenlu Pahala saat konferensi pers di sela-sela Indonesia-Africa Forum (IAF) ke-2 di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa.
Wamenlu menjelaskan bahwa sebagian besar kesepakatan bisnis antara Indonesia dan negara-negara Afrika memang difinalisasi selama forum IAF dan HLF MSP berlangsung pada 1-3 September 2024.
Sejumlah kerja sama tersebut di antaranya optimalisasi suplai gas menjadi pupuk dan amonia, serta kegiatan upstream pengelolaan di sektor migas.
Setelah IAF dan HLF MSP, lanjutnya, sejumlah pembahasan yang sebelumnya telah dijajaki akan disepakati hingga pertengahan September.
Sehingga nilainya diperkirakan akan bertambah menjadi sekitar Rp55-56 triliun.
“Kita terus kumpulkan, diperkirakan nanti sampai dengan pertengahan bulan September menuju ke akhir bulan September dengan beberapa tambahan kesempatan yang sudah kita jajaki saat ini, kita cukup optimis bahwa kita akan bisa mencapai target,” ucapnya.
Selain penandatanganan kerja sama bisnis, Indonesia juga sepakat untuk meningkatkan kerja sama strategis antara Indonesia dengan Afrika Selatan, termasuk mengembangkan rencana aksi kemitraan strategis di tahun 2024 hingga 2029.
Lalu, peningkatan kontak bisnis melalui pembebasan visa bagi pemegang paspor dan eksplorasi penjajakan Preferential Trade Agreement (PTA).
“Barusan saya baru saja menyelesaikan pertemuan juga dengan East Africa Community atau EAC di mana memang fokus daripada EAC adalah pengembangan daripada integrasi ekonomi di Afrika Timur,” tambahnya.
Pahala menjelaskan bahwa East Africa Community memiliki 8 anggota tetapi mereka terus berharap bahwa nanti dengan pengembangannya akan memiliki jumlah anggota sampai dengan 15.
Kementerian Keuangan mencatat saat ini nilai perdagangan antara Indonesia dengan EAC mencapai kurang lebih sekitar 1,2 miliar dolar AS (Rp18,6 triliun) dan capaian tersebut diharapkan dapat bertambah melalui pemanfaatan PTA.
“Kita berharap tentunya kita akan bisa mendapatkan manfaat dengan meningkatnya produk-produk kita termasuk produk kesehatan, pangan dan juga produk di sektor lain seperti misalnya tekstil dan juga garmen,” tutur dia.
Baca juga: Kemlu jadikan hasil IAF sebagai masukan untuk Majelis Umum PBB
Baca juga: Kemparekraf fasilitasi kerja sama selatan-selatan dalam IAF
Baca juga: Amplifikasi hilirisasi sektor mineral di bumi Afrika melalui IAF
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2024
Tags: