Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan Jasa TKI (PJTKI) memprotes perusahaan penerbangan Garuda Indonesia, karena menaikkan harga tiket TKI ke Saudi Arabia secara sepihak, yakni dari 340 dolar Amerika Serikat (AS) per tiket menjadi 510 dolar AS. "Jadi, terjadi kenaikan sampai 200 dolar AS dan sangat memberatkan TKI," kata Ketua Badan Otonom (BO) Ikhlas, Rusdi Basalamah, di Jakarta, Senin. BO Ikhlas adalah himpunan PJTKI yang mengkhususkan penempatan TKI ke Saudi Arabia. Rusdi menjelaskan, menjelang dan setiap Ramadhan memang terjadi fenomena peningkatan arus penumpang dari Jakarta ke Saudi Arabia. "Kondisi ini terjadi setiap tahun, tetapi Garuda seperti biasa tidak pernah mengantisipasinya," kata Rusdi. Dia menyatakan, organisasinya pantas menuntut pelayanan yang lebih baik kepada Garuda karena penempatan TKI turut membantu Garuda agar tetap eksis dalam menjalankan rute ke kawasan Timur Tengah. Indikasinya, kata Rusdi, sederhana, yakni pada saat pemerintah menghentikan pengiriman TKI, maka Garuda selalu datang ke organisasi jasa TKI untuk menanyakan perkembangan kemungkian penempatan TKI ke kawasan timur tengah dihidupkan kembali. Penghentian itu menjadikan jumlah kursi kosong di penerbangan Garuda meningkat tajam, karena selama ini yang mengidupkan rute Garuda ke kawasan Timur Tengah adalah TKI, katanya. Namun, ia mengemukakan, seperti yang selalu terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini, menjelang dan selama puasa jemaah umrah selalu meningkat tajam. "Garuda harusnya mengantisipasi untuk menyediakan penerbangan ekstra, agar tidak merugikan program penempatan TKI yang sudah menghidupinya selama ini," kata Rusdi. Saat ini rata-rata sekitar 20.000 TKI ditempatkan ke Saudi dan sekitar 50 persen diantaranya menggunakan jasa maskapai penerbangan Garuda. Peningkatan harga jual tiket Garuda, menurut dia, sangat mencolok, sementara penerbangan lain, seperti Saudi hanya menaikkan tiket menjadi 365 dolar AS, selain ada juga yang menaikkan menjadi 374 hingga 382 dolar AS per tiket. "Tetapi, tidak ada yang mencapai 510 dolar AS. Jika masih di bawah 400 dolar AS masih bisa kita beli, kalau di atas itu, rugi," kata Rusdi. BO Ikhlas sudah mengimbau kepada anggotanya untuk tidak menggunakan Garuda. Ketika ada tanggapan bahwa imbauan BO Ikhlas itu tidak nasionalis, Rusdi menyatakan, justru sikap Garuda yang menaikkan tiket untuk TKI yang masih harus berjuang di negeri orang untuk mendapat devisa merupakan tindakan a-nasionalis yang nyata. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah menyatakan bahwa penempatan TKI adalah program nasional karena pemerintah belum bisa menyediakan lapangan kerja di dalam negeri. "Tindakan sepihak menaikkan harga tiket itu berarti tidak mendukung program pemerintah untuk mengatasi pengangguran," kata Rusdi. Dia menilai, TKI yang baru akan bekerja dengan terbang ke Saudi seharusnya diberi stimulus dengan pelayanan yang baik dan harga tiket yang murah, bukan dibebani harga tiket mahal dan memberatkan dan pelayanan seadanya. Selain itu, ia juga mengimbau, perusahaan penerbangan swasta lainnya untuk mendobrak dominasi Garuda ke Saudi. "Selama ini mereka mengunci peluang pembukaan rute ke Saudi dengan menjalin kerjasama dengan Saudia, untuk angkutan haji. Namun, jika penerbangan swasta lain bisa memberikan pelayanan yang lebih baik, maka pihak Saudia mungkin akan berpikir ulang," demikian Rusdi. Saudia adalah maskapai jasa penerbangan dari Arab Saudi yang selama ini memiliki kerjasama dengan Garuda Indonesia. (*)