PBB (ANTARA News) - Perserikatan Bangsa Bangsa, Senin (21/4) menyerukan penyelidikan atas pembantaian ratusan penduduk sipil oleh pasukan pemberontak di bagian utara Sudan Selatan.

Menurut misi PBB di Sudan Selatan, pasukan yang setia kepada wakil presiden Riek Machar yang dipecat melakukan pembantaian pekan lalu di kota minyak Bentiu.

Lebih dari 200 orang tewas di sebuah masjid dan yang lainnya di gereja, di bangunan PBB yang kosong dan rumah sakit.

Misi penjaga perdamaian PBB di Sudan Selatan (UNMISS) "sangat mengutuk pembunuhan yang ditargetkan ini," kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric.

"Misi ini menyerukan dilakukan penyelidikan atas kekejaman itu dan untuk komandan mereka serta para pelaku diminta pertanggungjawaban," katanya.

Mengingatkan kewajiban para pihak dalam konflik untuk melindungi warga sipil, Dujarric mengatakan UNMISS "meminta mereka untuk menghentikan segera penargetan kepada warga sipil tak bersenjata dan menghormati perjanjian penghentian permusuhan yang ditandatangani Januari."

Pembantaian terbaru itu adalah salah satu yang terburuk sejak pertempuran meletus pada 15 Desember antara pasukan militer yang setia kepada Presiden Salva Kiir dan pendukung Machar.

Hal ini kemudian menyebar ke seluruh negeri, disertai banyak kekejaman terhadap warga sipil.

Pertempuran, yang telah menewaskan beberapa ribu orang, telah diambil dari dimensi etnis dengan akar permusuhan lama antara kelompok masyarakat Dinka dan Nuer, masing-masing diwakili oleh Kiir dan Machar, demikian laporan AFP.

(H-AK)