Finlandia ingin kenalkan energi berbasis limbah organik
21 April 2014 18:47 WIB
Ilustrasi. Seorang pekerja menumpuk limbah tebu yang dihasil Pabrik Gula di Desa Pangkah, Kab. Tegal, Jateng. (ANTARA/Oky Lukmansyah)
Jakarta (ANTARA News) - Finlandia sangat tertarik mengenalkan teknologi energi berbasis limbah organik kepada Indonesia antara lain karena tingkat pertumbuhan energi yang tinggi.
"Dengan tingkat pertumbuhan keperluan energi delapan persen setahun, Indonesia sangat menarik bagi kami. Terutama pada energi terbarukan dan energi berbasis organik," kata Duta Besar Finlandia untuk Indonesia, Kai Sauer, di Jakarta, Senin.
Finlandia salah satu negara anggota Uni Eropa di kawasan Semenanjung Skandinavia yang minim sumber energi fosil ataupun tenaga surya. Namun Filandia, yang berpenduduk sekitar 4,6 juta jiwa, konsisten mengembangkan teknologi energi terbarukan berbasis limbah organik.
Sebagai salah satu negara yang memimpin dalam industri kehutanan dan turunannya, limbah organik di subsektor industri ini berlimpah dan inilah yang diandalkan Finlandia sebagai satu sumber penting energi terbarukan mereka.
"Kami memiliki perusahaan spesialis di industri bubur kertas dan kertas. Mereka mampu 'menerjemahkan' limbah organik mereka menjadi energi terbarukan," kata Sauer.
"Bukan dengan cara membakar limbah-limbah itu, namun dengan mengaplikasikan teknologi hijau yang sangat akrab lingkungan," kata Sauer. Indonesia memiliki rencana besar mengalihkan sebagian keperluan energinya dari energi berbasis fosil menjadi energi terbarukan dan energi hijau.
"Kami sangat unggul dalam teknologi, manajemen dan efisiensi, baik produk barang ataupun jasa. Saya pikir, 'perkawinan' antara Finlandia dan Indonesia atas banyak kepentingan akan sangat baik sekali. Ukuran besaran masing-masing 'pengantin' ini tidak penting sepanjang mereka saling mencintai," kata dia.
Finlandia menargetkan, 20 persen keperluan energi bagi mobil-mobil mereka disuplai dari energi hijau pada 2020, sementara Uni Eropa menempatkan target itu pada angka 10 persen saja.
"Bahkan, 38 persen keperluan energi nasional Finlandia pada 2020 itu akan disediakan dari energi hijau ini," kata dia.
Salah satu perusahaan energi besar Finlandia adalah Neste, yang semakin gencar mengembangkan teknologi energi hijau. Sebagai misal, dunia penerbangan yang sangat peka atas fluktuasi harga bahan bakar minyak dunia akan sangat diuntungkan dengan kehadiran bahan bakar hijau ini.
"Dengan tingkat pertumbuhan keperluan energi delapan persen setahun, Indonesia sangat menarik bagi kami. Terutama pada energi terbarukan dan energi berbasis organik," kata Duta Besar Finlandia untuk Indonesia, Kai Sauer, di Jakarta, Senin.
Finlandia salah satu negara anggota Uni Eropa di kawasan Semenanjung Skandinavia yang minim sumber energi fosil ataupun tenaga surya. Namun Filandia, yang berpenduduk sekitar 4,6 juta jiwa, konsisten mengembangkan teknologi energi terbarukan berbasis limbah organik.
Sebagai salah satu negara yang memimpin dalam industri kehutanan dan turunannya, limbah organik di subsektor industri ini berlimpah dan inilah yang diandalkan Finlandia sebagai satu sumber penting energi terbarukan mereka.
"Kami memiliki perusahaan spesialis di industri bubur kertas dan kertas. Mereka mampu 'menerjemahkan' limbah organik mereka menjadi energi terbarukan," kata Sauer.
"Bukan dengan cara membakar limbah-limbah itu, namun dengan mengaplikasikan teknologi hijau yang sangat akrab lingkungan," kata Sauer. Indonesia memiliki rencana besar mengalihkan sebagian keperluan energinya dari energi berbasis fosil menjadi energi terbarukan dan energi hijau.
"Kami sangat unggul dalam teknologi, manajemen dan efisiensi, baik produk barang ataupun jasa. Saya pikir, 'perkawinan' antara Finlandia dan Indonesia atas banyak kepentingan akan sangat baik sekali. Ukuran besaran masing-masing 'pengantin' ini tidak penting sepanjang mereka saling mencintai," kata dia.
Finlandia menargetkan, 20 persen keperluan energi bagi mobil-mobil mereka disuplai dari energi hijau pada 2020, sementara Uni Eropa menempatkan target itu pada angka 10 persen saja.
"Bahkan, 38 persen keperluan energi nasional Finlandia pada 2020 itu akan disediakan dari energi hijau ini," kata dia.
Salah satu perusahaan energi besar Finlandia adalah Neste, yang semakin gencar mengembangkan teknologi energi hijau. Sebagai misal, dunia penerbangan yang sangat peka atas fluktuasi harga bahan bakar minyak dunia akan sangat diuntungkan dengan kehadiran bahan bakar hijau ini.
Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014
Tags: