Cadangan batu bara BUMI capai 2,4 miliar ton
2 September 2024 20:12 WIB
Ilustrasi - Stockpile batu bara PT Kaltim Prima Coal (KPC), anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI), di Sangatta, Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. ANTARA/HO-BUMI
Jakarta (ANTARA) - Emiten saham batu bara terbesar di Indonesia, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menyatakan posisi cadangan yang tersimpan pada lokasi tambang batu baranya mencapai 2,4 miliar ton.
Cadangan batu bara tersebut berasal dari anak usaha BUMI, PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia (Arutmin) serta aset di Pendopo, Sumatera Selatan. Sementara, perkiraan potensi sumber daya mencapai 6,81 miliar ton.
Menurut Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI, Dileep Srivastava dalam keterangan di Jakarta, Senin, KPC memiliki cadangan batu bara sebesar 721 juta ton dan Arutmin sebesar 327 juta ton.
Adapun aset BUMI di Pendopo memiliki cadangan sekitar 1,3 miliar ton.
BUMI mengklaim bahwa dengan cadangan tersebut masih bisa memproduksi batu bara hingga 30 tahun dengan volume produksi mencapai 80 juta ton per tahun.
Dileep mengatakan BUMI akan mengoptimalkan pendapatan dan laba bersih jangka panjang dari cadangan yang ada.
"Untuk itu, BUMI akan mengadopsi proses digital dalam operasional dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi biaya produksi lainnya," kata Dileep.
BUMI berkomitmen memenuhi wajib pasok dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) yang ditetapkan pemerintah.
Tujuannya adalah menjamin keamanan pasokan batu bara domestik secara berkelanjutan dan optimasi penerimaan negara.
Setidaknya secara nasional, BUMI berkontribusi terhadap DMO sebesar 25 persen.
Lebih lanjut, Dileep menyatakan perusahaan mencatatkan kenaikan produksi batu bara menjadi 37,7 juta ton di semester I 2024, naik dari periode sama tahun 2023 yaitu sebesar 35,4 juta ton.
Kenaikan produksi batu bara itu didorong oleh performa kontraktor yang lebih baik, dan curah hujan yang lebih sedikit di wilayah pertambangan KPC.
Kendati produksi meningkat 7 persen, pendapatan BUMI turun pada semester I 2024. BUMI mencatatkan pendapatan konsolidasi (KPC dan Arutmin) sebesar 2,89 miliar dolar AS, turun 13 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dari sebelumnya 3,30 miliar dolar AS.
Sementara itu, laba sebelum pajak 141 juta dolar AS, total pendapatan 135 juta dolar AS dan pendapatan yang dapat diatribusikan 85 juta dolar AS (naik 3,8 persen YoY).
Ia mengatakan pada semester pertama di tahun ini, terdapat beberapa tantangan baik dari segi harga, pasokan, permintaan, produksi, tantangan regulasi, DMO, dampak subsidi harga, serta struktur royalti yang tidak merata antarsektor dan subsidi mineral.
Untuk itu, rencana ekspansi BUMI di tahun ini adalah mengoptimalkan pendapatan dan laba bersih jangka panjang, selain itu BUMI juga akan mengadopsi proses digital dalam proses operasional dan berupaya semaksimal mungkin untuk menekan biaya produksi lainnya meski harga jualnya turun, ujar Dileep.
Baca juga: BUMI jadi salah satu pemasok batu bara terbesar PLN
Baca juga: BUMI catat kinerja positif produksi batu bara 77,8 juta ton pada 2023
Baca juga: Reklamasi lahan BUMI dukung keanekaragaman hayati dan keberadaan warga
Cadangan batu bara tersebut berasal dari anak usaha BUMI, PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia (Arutmin) serta aset di Pendopo, Sumatera Selatan. Sementara, perkiraan potensi sumber daya mencapai 6,81 miliar ton.
Menurut Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI, Dileep Srivastava dalam keterangan di Jakarta, Senin, KPC memiliki cadangan batu bara sebesar 721 juta ton dan Arutmin sebesar 327 juta ton.
Adapun aset BUMI di Pendopo memiliki cadangan sekitar 1,3 miliar ton.
BUMI mengklaim bahwa dengan cadangan tersebut masih bisa memproduksi batu bara hingga 30 tahun dengan volume produksi mencapai 80 juta ton per tahun.
Dileep mengatakan BUMI akan mengoptimalkan pendapatan dan laba bersih jangka panjang dari cadangan yang ada.
"Untuk itu, BUMI akan mengadopsi proses digital dalam operasional dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi biaya produksi lainnya," kata Dileep.
BUMI berkomitmen memenuhi wajib pasok dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) yang ditetapkan pemerintah.
Tujuannya adalah menjamin keamanan pasokan batu bara domestik secara berkelanjutan dan optimasi penerimaan negara.
Setidaknya secara nasional, BUMI berkontribusi terhadap DMO sebesar 25 persen.
Lebih lanjut, Dileep menyatakan perusahaan mencatatkan kenaikan produksi batu bara menjadi 37,7 juta ton di semester I 2024, naik dari periode sama tahun 2023 yaitu sebesar 35,4 juta ton.
Kenaikan produksi batu bara itu didorong oleh performa kontraktor yang lebih baik, dan curah hujan yang lebih sedikit di wilayah pertambangan KPC.
Kendati produksi meningkat 7 persen, pendapatan BUMI turun pada semester I 2024. BUMI mencatatkan pendapatan konsolidasi (KPC dan Arutmin) sebesar 2,89 miliar dolar AS, turun 13 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dari sebelumnya 3,30 miliar dolar AS.
Sementara itu, laba sebelum pajak 141 juta dolar AS, total pendapatan 135 juta dolar AS dan pendapatan yang dapat diatribusikan 85 juta dolar AS (naik 3,8 persen YoY).
Ia mengatakan pada semester pertama di tahun ini, terdapat beberapa tantangan baik dari segi harga, pasokan, permintaan, produksi, tantangan regulasi, DMO, dampak subsidi harga, serta struktur royalti yang tidak merata antarsektor dan subsidi mineral.
Untuk itu, rencana ekspansi BUMI di tahun ini adalah mengoptimalkan pendapatan dan laba bersih jangka panjang, selain itu BUMI juga akan mengadopsi proses digital dalam proses operasional dan berupaya semaksimal mungkin untuk menekan biaya produksi lainnya meski harga jualnya turun, ujar Dileep.
Baca juga: BUMI jadi salah satu pemasok batu bara terbesar PLN
Baca juga: BUMI catat kinerja positif produksi batu bara 77,8 juta ton pada 2023
Baca juga: Reklamasi lahan BUMI dukung keanekaragaman hayati dan keberadaan warga
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: