Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan semua pihak, terkhusus nelayan atau penyeberangan laut untuk mewaspadai dampak tidak langsung Siklon Tropis Yagi berupa tinggi gelombang laut hingga mencapai 2,5 meter di Maluku Utara dan sekitarnya.

Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Fenomena Khusus BMKG, Miming di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa dampak tidak langsung angin kencang di wilayah perairan Samudera Pasifik sebelah utara Maluku Utara itu diperkirakan berlangsung dalam dua hari ke depan.

Baca juga: BMKG imbau pengguna jasa pelayaran di Malut waspadai gelombang laut

Kedeputian Meteorologi BMKG melaporkan Siklon Tropis Yagi itu saat ini terpantau di Laut Filipina, tepatnya pada koordinat 15.1 °LU, 122.9 °BT atau sekitar 1.340 kilometer sebelah utara Tahuna.

Dari hasil analisa BMKG mendapati pergerakan kecepatan angin maksimum 40 knot atau 75 kilometer per jam dan tekanan udara minimum 994 hPa, sehingga mempengaruhi tinggi gelombang laut 1,25 meter - 2,5 meter di Samudera Pasifik Utara Halmahera, Maluku Utara.

Meski demikian, kata Miming, secara umum Siklon Tropis Yagi atau secara lokal dikenal dengan Badai Tropis Enteng itu tidak berdampak signifikan terhadap potensi cuaca di Indonesia, karena posisinya sudah sangat jauh dari wilayah Tanah Air.

Sehingga, kata dia, masyarakat Maluku Utara dan sekitarnya, baik yang beraktivitas di perairan ataupun di daratan tidak perlu khawatir berlebihan, namun membutuhkan kewaspadaan.

Baca juga: BMKG: Waspadai gelombang di Malut yang mencapai 4 meter

Baca juga: Nelayan di Malut diminta BMKG berhati-hati kondisi gelombang tinggi


Hal tersebut diungkapkan BMKG untuk merespons peristiwa cuaca ekstrem akibat Siklon Tropis Yagi yang menewaskan dua orang warga dan mengakibatkan pembatalan banyak penerbangan akibat di Bicol dan Calabarzon, Filipina sebagaimana yang dilaporkan Dewan Manajemen dan Pengurangan Risiko Bencana Nasional Filipina, Senin.