Perayaan Paskah di Kupang khidmat
21 April 2014 02:51 WIB
Pawai Obor Paskah Ribuan umat Kristiani yang didominasi pemuda/remaja dan anak-anak mengikuti pawai obor Paskah mengelilingi Kota Timika, Papua, Minggu (31/3). Pawai Obor Paskah merupakan ungkapan kegembiraan umat Kristiani karena kebangkitan Yesus Kristus. (FOTO ANTARA/Spedy Paereng) ()
Kupang (ANTARA News) - Perayaan Paskah mengenang kebangkitan Kristus di gereja-gereja dalam Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur berjalan lancar dan khidmat.
Sejak Minggu pukul 05.00 Wita, umat tampak berbondong-bodong menuju gereja untuk mengikuti misa kebangkitan Yesus dari kematian di kayu salib disertai puji-pujian kebangkitan Kristus.
"Paskah sebagai perayaan Kristus yang bangkit dari kematian, membuktikan bahwa penderitaan dan sengsara kalah oleh kasih Allah," kata Romo Stef Mau, Pr ketika memimpin misa Kebangkitan di Kapela St Fransiskus Xaverius Naimata, Kota Kupang, Minggu.
Menurut dia, Paskah sebagai perayaan atas budaya kehidupan. Kematian Yesus melalui penyaliban itu telah dikalahkan oleh budaya kehidupan.
"Kebangkitan Yesus diharapkan memberikan semangat bagi umat untuk menuju pembaruan hidup menjadi lebih baik pada masa mendatang. Semoga dengan Paskah, kita disadarkan bahwa Allah menebus dosa-dosa kita, supaya kita menjadi manusia baru," katanya.
Selain di berbagai gereja Katolik wilayah Keuskupan Agung Kupang, di gereja Kristen Protestan setempat, jemaat juga memadati gereja setempat untuk melakukan kebaktian serupa.
Pemandangan yang sama juga terlihat di beberapa gereja Katolik lainnya serta gereja-gereja Kristen Protestan seperti di Gereja Ebenheizer Oeba Kupang serta Gereja Kota Baru di Kelapa Lima Kupang.
Dalam tradisi Gereja Katolik Roma, Gereja Anglikan, dan gereja-gereja Ortodoks, kebaktian ini merupakan ritual yang terpenting di dalam kalender liturgi gereja, dan juga merupakan sakramen Perjamuan Kudus yang pertama selama masa Paskah bagi penganut Kristen Protestan.
Peristiwa kebangkitan ini, menurut dia, mengajak semua umat kristiani untuk mengubah cara pandang hidupnya dalam kehidupan bermasyarakat, dengan cara saling menghormati dan menghargai satu sama lain tanpa membedakan agama dan aliran kepercayaan serta suku dan asal usul.
"Peristiwa ini diawali dengan malam Paskah ini seakan membangkitkan kita semua untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain dengan meninggalkan kebiasaan buruk selama ini dan memperbaharuinya dengan menanamkan benih-benih kebaikan bagi sesama," ujarnya.
Malam Paskah merupakan awal dari Hari Raya Kebangkitan Kristus, yang rangkaian perayaannya telah diawali dengan perayaan Kamis Putih sebagai kenangan akan Yesus yang mengadakan Perjamuan Malam Terakhir bersama murid-murid-Nya.
Setelah perayaan Kamis Putih, dilanjutkan dengan perayaan Jumat Agung untuk mengenangkan wafatnya Yesus Kristus di kayu salib.
"Saat ini, tiba saatnya kita merayakan kebangkitan-Nya. Ketiga rangkaian Tri Hari Suci ini meneguhkan iman kita bahwa dengan wafat-Nya, Kristus menghacurkan kematian, dan dengan kebangkitan-Nya, Ia memulihkan serta memperbaharui kehidupan kita," katanya.
Berkat misteri Paskah Kristus, kata dia, "Dosa, maut, dan kematian telah dikalahkan sehingga tidak dapat menguasai kita lagi. Sebaliknya, kepada kita dianugerahkan keselamatan dan hidup yang baru."
Oleh karena itu, makna terdalam dari Perayaan Paskah adalah pembaruan hidup, sebagaimana dinyatakan dalam bacaan Epistola.
"Seperti halnya, Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Bagi kita, pembaruan hidup itulah yang akan membuahkan keselamatan," katanya.
Dalam tradisi Gereja Katolik, misa malam Paskah ditandai pula dengan rangkaian bacaan mulai dari Kisah Penciptaan sampai Kisah Kebangkitan Yesus, menggambarkan bahwa Allah terus-menerus berkarya untuk memperbarui hidup umat manusia dan juga alam semesta.
Pada awal mula, ketika alam semesta ini belum berbentuk, masih kosong, dan gelap gulita, Allah menciptakannya secara baru. Diciptakanlah terang sebagai ciptaan yang pertama, sebab dengan terang itu, akan terlihat dengan jelas langkah-langkah pembaruan untuk selanjutnya sehingga semua menjadi baik adanya. (HMB/KWR)
Sejak Minggu pukul 05.00 Wita, umat tampak berbondong-bodong menuju gereja untuk mengikuti misa kebangkitan Yesus dari kematian di kayu salib disertai puji-pujian kebangkitan Kristus.
"Paskah sebagai perayaan Kristus yang bangkit dari kematian, membuktikan bahwa penderitaan dan sengsara kalah oleh kasih Allah," kata Romo Stef Mau, Pr ketika memimpin misa Kebangkitan di Kapela St Fransiskus Xaverius Naimata, Kota Kupang, Minggu.
Menurut dia, Paskah sebagai perayaan atas budaya kehidupan. Kematian Yesus melalui penyaliban itu telah dikalahkan oleh budaya kehidupan.
"Kebangkitan Yesus diharapkan memberikan semangat bagi umat untuk menuju pembaruan hidup menjadi lebih baik pada masa mendatang. Semoga dengan Paskah, kita disadarkan bahwa Allah menebus dosa-dosa kita, supaya kita menjadi manusia baru," katanya.
Selain di berbagai gereja Katolik wilayah Keuskupan Agung Kupang, di gereja Kristen Protestan setempat, jemaat juga memadati gereja setempat untuk melakukan kebaktian serupa.
Pemandangan yang sama juga terlihat di beberapa gereja Katolik lainnya serta gereja-gereja Kristen Protestan seperti di Gereja Ebenheizer Oeba Kupang serta Gereja Kota Baru di Kelapa Lima Kupang.
Dalam tradisi Gereja Katolik Roma, Gereja Anglikan, dan gereja-gereja Ortodoks, kebaktian ini merupakan ritual yang terpenting di dalam kalender liturgi gereja, dan juga merupakan sakramen Perjamuan Kudus yang pertama selama masa Paskah bagi penganut Kristen Protestan.
Peristiwa kebangkitan ini, menurut dia, mengajak semua umat kristiani untuk mengubah cara pandang hidupnya dalam kehidupan bermasyarakat, dengan cara saling menghormati dan menghargai satu sama lain tanpa membedakan agama dan aliran kepercayaan serta suku dan asal usul.
"Peristiwa ini diawali dengan malam Paskah ini seakan membangkitkan kita semua untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain dengan meninggalkan kebiasaan buruk selama ini dan memperbaharuinya dengan menanamkan benih-benih kebaikan bagi sesama," ujarnya.
Malam Paskah merupakan awal dari Hari Raya Kebangkitan Kristus, yang rangkaian perayaannya telah diawali dengan perayaan Kamis Putih sebagai kenangan akan Yesus yang mengadakan Perjamuan Malam Terakhir bersama murid-murid-Nya.
Setelah perayaan Kamis Putih, dilanjutkan dengan perayaan Jumat Agung untuk mengenangkan wafatnya Yesus Kristus di kayu salib.
"Saat ini, tiba saatnya kita merayakan kebangkitan-Nya. Ketiga rangkaian Tri Hari Suci ini meneguhkan iman kita bahwa dengan wafat-Nya, Kristus menghacurkan kematian, dan dengan kebangkitan-Nya, Ia memulihkan serta memperbaharui kehidupan kita," katanya.
Berkat misteri Paskah Kristus, kata dia, "Dosa, maut, dan kematian telah dikalahkan sehingga tidak dapat menguasai kita lagi. Sebaliknya, kepada kita dianugerahkan keselamatan dan hidup yang baru."
Oleh karena itu, makna terdalam dari Perayaan Paskah adalah pembaruan hidup, sebagaimana dinyatakan dalam bacaan Epistola.
"Seperti halnya, Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Bagi kita, pembaruan hidup itulah yang akan membuahkan keselamatan," katanya.
Dalam tradisi Gereja Katolik, misa malam Paskah ditandai pula dengan rangkaian bacaan mulai dari Kisah Penciptaan sampai Kisah Kebangkitan Yesus, menggambarkan bahwa Allah terus-menerus berkarya untuk memperbarui hidup umat manusia dan juga alam semesta.
Pada awal mula, ketika alam semesta ini belum berbentuk, masih kosong, dan gelap gulita, Allah menciptakannya secara baru. Diciptakanlah terang sebagai ciptaan yang pertama, sebab dengan terang itu, akan terlihat dengan jelas langkah-langkah pembaruan untuk selanjutnya sehingga semua menjadi baik adanya. (HMB/KWR)
Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014
Tags: