Rifki mengatakan, pengecekan rutin dilakukan untuk mengetahui secara berkala kondisi pompa.
Dia menjelaskan, pihaknya melakukan ini sebagai salah satu upaya preventif untuk memastikan kesiapan infrastruktur menghadapi musim hujan.
"Kami pastikan tujuh rumah pompa di bawah jalan yang terbilang besar-besar ini, nantinya akan mampu mengantisipasi genangan saat terjadi hujan deras," ujarnya.
Baca juga: Jakpus perbesar saluran di Jalan Cempaka Putih untuk antisipasi banjir
Menurutnya, pengecekan ini secara teknis juga bertujuan mengevaluasi kondisi operasional setiap rumah pompa, termasuk ketersediaan sumber daya listrik, kesiapan mesin pompa, serta efektivitas sistem drainase di sekitar bawah jalan.
"Melalui pemantauan secara langsung kondisi rumah pompa, diharapkan setiap potensi masalah dapat diidentifikasi dan ditangani segera," ujarnya.
Rifki meminta kepada seluruh jajaran Suku Dinas Bina Marga Jakarta Selatan, baik itu kepala seksi ataupun petugas di lapangan harus selalu mementingkan dan memastikan kesiapan infrastruktur atau perlengkapan pendukung lainnya untuk mengantisipasi potensi genangan.
"Kita ingin warga merasa aman dan nyaman, tidak terganggu mobilitas meski kondisi hujan," tambahnya.
Baca juga: Antisipasi banjir di Jakbar jadi salah satu indikator Proklim Nasional
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengungkapkan bahwa kerugian ekonomi akibat banjir di DKI Jakarta mencapai Rp2,1 triliun per tahun sehingga perlu adanya mitigasi untuk menekan kerugian tersebut.Baca juga: Antisipasi banjir di Jakbar jadi salah satu indikator Proklim Nasional
BPBD DKI Jakarta juga mengerahkan personel untuk memonitor kondisi banjir di setiap wilayah dan mengkoordinasikan unsur Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI, Dinas Bina Marga DKI, Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI.
Total ada 267 personel petugas penanggulangan bencana atau tim reaksi cepat (TRC) yang bertugas di seluruh wilayah rawan banjir di daerah ini.